Kesempatan Emas

Pukul 8 malam. Elnada bersama dengan kedua orang tuanya sampai di sebuah hotel yang memang sengaja untuk bertemu dengan keluarga dari sahabat mama Inta. Sepanjang perjalanan tadi tidak banyak yang Elnada katakan. Gadis itu memilih untuk diam dengan memainkan ponsel miliknya. Sesekali ia juga menjawab jika mami atau papinya bertanya.

"Sayang, ayo turun," ajak mami Inta mengejutkan Elnada yang duduk di kursi bagian belakang.

Tanpa menjawab gadis itu turun dari mobil seraya mengambil tas kecil yang dibawa olehnya. Tidak ada rasa gugup sama sekali. Elnada justru merasa sedikit enggan sebenarnya dari dalam hatinya menuruti keinginan kedua orang tuanya. Namun apa boleh buat, mengiyakan permintaan Maminya akhirnya tetap ia turuti. Meski dengan berat hati.

Sementara di sebuah ruangan yang sudah disulap sedemikian rupa untuk pertemuan dua keluarga kini tengah duduk keluarga Wijaya. Beliau sedang duduk bersama istrinya, Arlina.

"Ka Arlin," ujar mami Inta melihat adanya sosok wanita yang sangat dikenalinya.

Mendengar namanya disebutkan oleh suara yang tidak asing lagi sontak saja membuat wanita paruh baya yang masih terlihat cantik dan awet muda itu menoleh.

"Inta," balas beliau seraya beranjak dari duduknya.

"Maaf lama menunggu," ujar mami Inta tidak enak hati.

"Tidak Inta, kita baru tiba beberapa menit yang lalu," ujar beliau menjelaskan. "Oh iya, apakah dia Elnada, Inta?" tanya bunda Arlin melihat adanya gadis cantik yang berdiri tidak jauh dari sahabatnya.

"Benar ka Arlin, ini Elnada anaku," beritahu beliau.

"Ya ampun nak, kamu sudah besar rupanya, tambah cantik," puji bunda Arlin melihat bagaimana tumbuh kembang Elnada yang sudah menjelma menjadi gadis sangat cantik sekarang.

Masih teringat jelas dulu, bagaimana bunda Arlin sering menemani dan bahkan ikut membantu mami Inta ketika mengasuh Elnada pada waktu itu. Masa-masa sulit mami Inta yang tidak Elnada ketahui sampai sekarang.

"Terimakasih tante," balas Elnada dengan sopan.

Tadinya Elnada teramat malas untuk sekadar bertemu dengan keluarga dari sahabat maminya. Namun agaknya Elnada menyesali hal itu sekarang. Semua cukup menyenangkan untuk saat ini.

Hanya menemui keluarga dari sahabat maminya bukan suatu yang berat bukan? Setidaknya itu yang Elnada pikirkan saat ini.

"Ka Arlin, apa kakak datang hanya berdua saja dengan suami kaka?" tanya mami Inta tidak melihat adanya orang lain selain mereka berdua.

"Maksud kamu anak saya Ta?" goda bunda Arlin membuat mami Inta tersenyum tipis.

"Dia pamit menerima telepon dari temannya. Sebentar lagi juga ke sini," beritahu bunda Arlin.

Elnada hanya diam melihat kedua orang tua yang sedang asik mengobrol, bahkan papinya pun terlihat sudah cukup akrab dengan laki-laki paruh baya yang baru saja Elnada ketahui namanya sebagai Wijaya, atau ia menyebutnya om Wijaya.

"Bosan juga gue,"batin Elnada kembali memainkan ponsel miliknya.

Ia sedang berbalas pesan dengan kedua sahabatnya. Bahkan ia sampa tertawa tatkala membaca pesan terakhir yang dikirimkan oleh Gladis.

Bagaimana bisa Gladis mengumpat di dalam grup karena baru saja ditembak oleh satpam komplek perumahannya. Itu termasuk penghinaan kata Gladis. Dan karena hal itu membuat Elnada tanpa sengaja tertawa kencang diiringi dengan kata-kata yang sedikit tidak pantas sebagai candaan untuk Gladis. Semua melihat ke arah Elnada karena hal itu.

"Maaf," lirihnya tersenyum canggung.

Ia merasa kikuk atau tidak enak hati sendiri mendapat tatapan dari mereka.

"Tidak apa nak, anak muda," ujar pak Wijaya memaklumi.

Beliau juga pernah muda tentunya sebelum menjadi tua dan sukses seperti sekarang.

Baru setelah itu semua kembali normal, namun hanya beberapa saat saja, karena tidak lama setelahnya datang seorang pemuda yang menghampiri mereka dan membuat suasana kembali hening seketika.

"Enggar sini sayang," ujar bunda Arlin melihat kedatangan anaknya.

Semua yang berada di sana langsung terpusat akan Enggaraksa, tidak terkecuali Elnada yang langsung membulatkan matanya setelah melihat siapa pemuda yang baru saja datang di depannya.

"Ini ngga lucu," ujarnya dalam hati.

Tidak berbeda jauh dengan Elnada, Enggar pun sama terkejutnya dengan Elnada. Ia sempat terdiam beberapa saat melihat adanya gadis yang sangat ia kenali. Bahkan keduanya sempat melempar pandang secara bersamaan.

"Malam om, tante," sapanya kepada kedua orang tua Elnada.

Enggar tetap bisa bersikap setenang mungkin. layaknya tidak ada keterkejutan dengan bertemunya keluarga mereka malam ini. Terlebih gadis yang sering bermasalah dengannya ketika di sekolah turut hadir saat ini.

"Nak Enggar sekarang sudah besar ya? makin ganteng," puji mami Inta melihat sosok Enggaraksa yang memang tumbuh seperti apa yang baru saja mami Inta katakan.

"Terimakasih tante," balas Enggar dengan sopan.

"Cih, sokab banget! bikin gue enek," gumam Elnada melihat interakasi mami dan musuhnya di sekolah.

Ralat, musuh di luar, mimpi di dalam hati Elnada, menjadi pasangan atau bisa dekat dengan Enggar seakan mimpi baginya. Elnada jelas paham gadis seperti siapa yang diinginkan oleh cowok seperti Enggar, dirinya sangat jauh berbeda. Namun agaknya karena pertemuan malam ini seperti angin segar untuk Elnada, gadis itu seperti mendapat tiket untuk bisa masuk ke dalam kehidupan Enggar.

Lihat saja kedepannya. Hubungan kedua remaja tersebut akan seperti apa, saling memahami satu sama lain dalam sebuah ikatan atau akan tetap bertahan dengan keadaan yang sama seperti sekarang.

Salah satu dari mereka harus ada yang mengalah, membuang keegoisan untuk kebaikan bersama.

"Kalian bukannya satu sekolah?" tanya mami Inta seketika kembali mengejutkan keduanya.

Apa yang dikatakan mami Inta jelas membuat keduanya merasa canggung. Mereka satu sekolah dan sangat mengenal, tetapi tidak berhubungan dengan baik. Tidak mungkin jika baik Elnada ataupun Enggar mengatakan yang sebenarnya.

"Benar tante, Nada adik kelas saya," ujar Enggaraksa menjelaskan.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Enggar kembali mengejutkan Elnada, bisa-bisanya Enggar berkata sangat jujur, tidak bisakah apa berpura-pura sedikit? Sebatas tahu saja di sekolah. Atau kalau tidak Enggar cukup diam dan tersenyum saja untuk menjawab, sama halnya seperti apa yang dilakukan oleh Elnada.

Namun agaknya Enggar bukanlah Elnada yang akan melakukan hal bodoh semacam itu. Cowok seperti Enggar jelas tahu apa yang harus dilakukannya, terlebih di depan orang tua.

"Nada? kalian terdengar lebih akrab Enggar," puji mami Inta.

"Benar, bunda juga baru tahu kalau kamu bisa semanis itu," tambah bunda Arlin.

Mendengar pujian dari kedua orang tua mereka seketika membuat keduanya hanya diam. Elnada tersenyum simpul, sementara Enggar diam tanpa menjawab lagi.

" Kalau begitu mulai besok kalian berangkat bareng ya? biar lebih akrab lagi," usul pak Wijaya.

"Itu ide bagus," balas pak Bara setuju.

"Tapi pi, rumah kita kan jauh," tolak Elnada dengan halus.

"Jarak bukan penghalang untuk mempersatukan kalian," ujar bunda Arlin dengan senyum.

Kalah telak. Elnada tidak lagi berniat menolak, ia terlalu malas untuk menanggapi atau meladeni orang-orang tua yang sudah pasti kolot dan tidak mau ditolak keinginannya. Mwnurutnya diam hanya cara yang paling tepat untuk saat ini.

Meski dalam hati kecilnya sebenarnya sangat ingin sekali sujud syukur saat itu juga. Elnada benar-benar mendapat kesempatan untuk bisa lebih dekat dengan Enggar, dekat dalam artian karena hubungan keduanya yang baik, bukan lagi karena permasalahan yang sering Elnada buat dengan sengaja.

"Lo nggak nolak?" tanya Elnada kini duduk bersama dengan Enggar di kursi lain.

"Gue cowok hargai lo, kalau lo yang nolak itu akan lebih baik."

Duar

Kata-kata Enggar barusan seakan menyiratkan akan suatu makna. Enggar keberatan dengan perjodohan mereka dan Elnada sangat paham akan hal itu. Tetapi biarkan saja, untuk saat ini Elnada tidak ingin begitu munafik seperti sebelum-sebelumnya.

"Anjim sakit banget emang mulutnya, sabar El," gumamnya.

Elnada kesal, tetapi ini kesempatan emas untuknya.

Terpopuler

Comments

A⃟  J⃝enͥiͮ☘︎_

A⃟ J⃝enͥiͮ☘︎_

semangat elnada

2024-04-22

0

@sulha faqih aysha💞

@sulha faqih aysha💞

sekarang aja kamu ngomong begitu nanti juga kamu sendiri bucin

2024-04-04

1

Ariani81Desi

Ariani81Desi

masih penasaran sama rahasia ortunya Nada

2024-04-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!