Masih Berusaha

Elnada baru saja tiba di rumahnya. Ia mengerucutkan bibirnya tatkala melihat mobil milik papinya sudah tidak terparkir lagi. Sepertinya papi Bara sudah pergi untuk berbisnis lagi, dan kembali mengingkar janji untuk lebih lama lagi berada di rumah bersama dengan Elnada dan maminya.

"Udah pulang sayang?" suara mami Inta yang berada di ruang tv mengejutkan Elnada.

Gadis itu menoleh dan mendapati mami Inta yang sedang duduk sendiri, meski layar tv di depan beliau menyala, nyatanya beliau malah sibuk dengan benda pipih yang berada di tangannya.

Sementara Elnada tadinya berniat untuk langsung pergi ke kamarnya. Hari ini moodnya sedang tidak baik-baik saja, selain karena masalah di sekolah yang sebenarnya dibuat olehnya sendiri, melihat papinya yang sudah pergi membuatnya bertambah kesal dan kecewa, campur aduk untuk saat ini yang sedang dirasa oleh gadis cantik itu.

"Kalau mau tanya yang tadi, nanti saja mi," balas Elnada.

Ia tahu jika maminya sudah pasti akan menanyakan perihal hukuman di sekolah tadi.

Sementara mami Inta membiarkan Elnada untuk langsung pergi ke kamarnya. Meski apa yang diucapkan oleh gadis itu tidak sepenuhnya menjadi alasan, karena mami Inta sendiri tahu jika anaknya sedang kecewa dengan kepergian papinya yang mendadak dan lagi-lagi tidak sempat pamit secara langsung dengan Elnada.

Terdengar helaan napas dari beliau setiap kali mengingat hal itu. "Maafin papimu nak, mami juga," lirih beliau.

Berbaring di atas tempat tidur, ingatan demi ingatan tentang kejadian hari ini kembali berputar di otak Elnada. Setiap kali mengingat bagaimana manisnya ketika Enggar tadi memberi minum juga makanan untuk Narina semakin membuat Elnada bertekad untuk mengenyahkan keinginannya selama ini, juga melenyapkan perasaan terhadap cowok tersebut.

"Lo buta atau bodoh sih kak sebenarnya? jelas-jelas cakepan gue kemana-mana dari pada si pikmi," ujar Elnada mengamati langit-langit kamarnya.

"Kalau selera lo cewek modelan Narina, fix sih jauh dibawah gue banget," lanjutnya lagi.

Meski sudah bertekad untuk membuang rasa itu juga akan mencoba menjauh dari Enggaraksa, nyatanya dalam hati kecil Elnada masih merasa berat hati. Ia masih sangat berharap dengan Enggar.

Elnada tidak bersungguh-sungguh akan hal itu. Elnada tetap akan menjaga sikap, namun membuat Enggar terkesan akan dirinya. dan mencari dirinya bukan karena alasan orang lain lagi.

"Tunggu saja ka Enggar, lo pasti nyari gue," ujarnya tersenyum manis.

Blup

Sebuah bantal sofa yang dibawa oleh Raja tadi ke kamar Enggar mendarat tapat di atas kepala Oki. Mereka sedang bermain PS atau PlayStation di kamar Enggaraksa.

Berbeda dengan tuan rumah atau Enggar sendiri yang sedang duduk seraya mebaca buku, ia lebih terlihat tenang dan dewasa dibanding teman-teman lainnya.

Namun jika Daren, ia malah sedang membantu bunda Arlin membawakan cemilan untuk mereka.

"Wuih...yang ditunggu datang juga," ujar Oki kegirangan.

"Lo nungguin Daren dari tadi?" tanya Raja dengan bodohnya.

"Makanannya dodol bukan Daren, ngapain gue nungguin anak songong kaya dia," rupanya Oki masih merasa kesal dengan Daren, karena tadi ketika di kelas dan sedang berlangsung ulangan dadakan, Daren tidak memberi contekan untuk Oki.

"Udah kaya anak cewek lagi pms aja lo, marah nggak kelar-kelar," cibir Raja membuat Oki tidak terima.

"Brisik kalian," ujar Enggar kembali membaca buku.

"Tuh kan tuan rumah ngamuk, lo mau diusir?" celetuk Raja menakuti.

Daren duduk di sebelah Enggar. Ia mengamati buku yang sedang dibaca oleh Enggar. Sudut bibirnya tertarik ke atas setelah tahu apa yang sedang Enggar baca.

"Lulus nanti, lo jadi kuliah di luar?" tanya Daren membuat Enggar menghentikan aktifitasnya sejenak, tetapi mata tajam cowok itu tetap pada tulisan di depannya.

"Mungkin," balas Enggar seadanya. Ia sendiri tidak yakin untuk melanjutkan kuliah di negeri orang, kedua orang tuanya saja yang membebaskannya tentang pendidikan.

Paham apa maksud dari jawaban Enggar, Daren kembali memberi komentar.

"Bagus sih kalau lo mau nerusin di sana Ga, otak pintar lo biar nggak mubazir, tapi saran gue cari teman sebantal dulu nggak sih?" usul Raja seketika membuat Oki mengangguk setuju.

"Bener, biar nggak kaya orang ilang banget juga, apa lagi pas kangen kita lo tetap ada yang nenangin Ga," tambah Oki memberi usulan.

"Najis lo pada," ujar Enggar membuat Daren tertawa kecil.

"Dih sok najis-najis, liat aja nanti lo bakal kangen sama keramahan kita di sini, secara orang sono kan nggak seramah kita-kita ya nggak Ja?" ujar Oki diangguki oleh Raja setuju.

"Sekalipun orang di sana nggak ada yang nanyain gue, pantang buat gue kangen sama mahluk kaya kalian pada." Enggar beranjak setelah mengatakan itu.

Ia keluar dari kamarnya dan kebetulan sekali tepat di depan kamarnya sudah berdiri Narina yang terlihat gugup.

"Egar, sorry a-aku," gugup Narina tidak melanjutkan kata-katanya.

"Cieee... buka pintu kamar langsung disambut masa depan," teriak Oki dari dalam kamar Enggar.

Malas menanggapi Enggar memilih untuk menutup pintu dan pergi diikuti oleh Narina dari belakangnya.

Sebenarnya Enggar tidak menyangka saja jika Narina akan sampai di depan pintu kamarnya. Biasanya kalau gadis itu berkunjung ke rumahnya ia tidak berani sampai sejauh itu, seperti apa yang dilakukannya saat ini.

Narina akan menunggu Enggar di ruang tv atau taman belakang.

"Ada apa Na?" tanya Enggar langsung pada intinya.

"Emm... ini." Narina menyodorkan kotak lucu berwarna hijau muda.

Melihat wajah kebingungan Enggar seketika membuat senyum gadis itu mengembang.

"Tadi aku buat bolu Ga, dan ini sebagai tanda terimakasih aku karena kamu udah banyak banget bantuin aku," jelas Narina diangguki Enggar mengerti.

"Makasih Na, tapi harusnya lo nggak perlu repot," sungkan Enggaraksa langsung dibalas Narina dengan gelengan kepala.

"Sama sekali nggak repot Ga, kamu tahu sendiri kan aku suka bantuin bunda buat kue?" Narina mencoba meyakinkan.

"Oke, thank kalau gitu," balas Enggar singkat.

Sejujurnya Narina masih ingin berada di sana bersama dengan Enggar, tetapi tidak ada lagi yang ingin dia sampaikan, Enggar juga seperti tidak menahannya agar tetap berada di sana. Terlebih sedang ada teman-temannya di rumah Enggar.

Dengan berat hati akhirnya Narina pamit untuk langsung pulang.

"Ya udah Ga, aku pulang ya? semoga kamu suka kuenya, itu nggak manis banget kok," pamit Narina seraya menjelaskan bagaimana rasa kue buatannya.

Narina sangat paham kue seperti apa kesukaan Enggar, bahkan warna kesukaan Enggar pun sudah hapal diluar kepala bagi Narina, pokoknya semua tentang Enggar bisa dibilang sudah diketahui oleh Narina. Terkecuali isi hati Enggar yang tidak bisa Narina ketahui.

"Lho Narin udah pulang nak?" bunda Arlin datang menghampiri Enggar yang duduk di depan tv.

"Baru aja bund," balas Enggar seadanya.

"Padahal udah bunda buatkan minum lho ini," jelas bunda Arlin membuat Enggar menggeleng.

Tanpa diduga Enggar langsung mengambil gelas yang masih berada di nampan, ia meminumnya hingga tandas dan menaruhnya kembali.

"Buat Egar aja bund, habis kan?" celetuknya membuat bunda Arlin terkekeh melihat tindakan anaknya.

"Kamu ini, sama seperti anak teman bunda, siapa namanya? Elnada iya Elnada, tante Inta juga sering cerita lho tentang Elnada, gimana hari ini? sukses Ga pendekatannya?" goda beliau membuat wajah Enggar berubah seketika.

Terpopuler

Comments

permei sasi

permei sasi

aku jadi ingat naya sama gerald
semoga happy end elnada sm enggar😍😍😍

2024-04-09

0

@sulha faqih aysha💞

@sulha faqih aysha💞

lah malah ke GeEr' an kan si nirina

2024-04-09

0

Herman Lim

Herman Lim

kyk Enggar tuh suka sama dana cuma sok cuek kali

2024-04-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!