Suami Istri Tidur Terpisah

Mobil keluarga Enggar berhenti di depan rumah megah milik keluarga Wijaya. Elnada duduk dibagian belakang bersama dengan bunda Arlin, sementara Enggar sebagai pengemudi dengan pak Wijaya duduk di sebelahnya.

Tidak banyak yang Elnada katakan sepanjang perjalanan, meski sudah bunda Arlin atau pak Wijaya coba ajak bicara agar Elnada tidak berlarut dalam kesedihan, tetapi tetap saja sulit baginya menerima itu semua, dengan keadaanya sekarang.

Menikah atau hidup bersama dengan Enggar ialah keinginannya, tetapi ditinggalkan begitu saja oleh kedua orang tuanya layaknya putri yang terbuang masih sangat membuatnya syok sampai detik ini. Elnada tidak habis pikir, bisa-bisanya ia yang selama ini disayang dan dimanja sebegitunya oleh maminya kini diperlakukan demikian.

"Sayang ayo," ajak bunda Arlin diangguki oleh Elnada tanpa menjawab.

Elnada menatap ke arah rumah besar di depannya. Rumah yang kini akan ia tempati bersama dengan keluarga Enggar.

"Jangan sungkan ya? kami keluarga kamu sekarang," ujar bunda Arlin diangguki oleh Elnada dengan senyum.

"Makasih bunda," balasnya dibalas senyuman oleh bunda Arlin.

"Biar bunda tunjukan kamar kamu," ujar beliau membuat kening Elnada berkerut.

"Kamar El?" tanyanya.

"Iya sayang, kenapa?" tanya bunda Arlin mendapat gelengan kepala dari Elnada. "Tidak bund, ayo," balasnya mengulas senyum.

 Sampailah mereka di lantai 2. Bunda Arlin membuka pintu kamar yang akan dihuni oleh Elnada.

"Nah ini kamar kamu sayang, kalau kamu butuh apa-apa panggil saja Enggar, kamar Enggar di sebrang kamar kamu," jelas bunda Arlin diangguki oleh Elnada.

"Jadi kamar kita terpisah? suami istri tapi kok nggak tidur bareng?" ujar Elnada dalem hati.

Meski keberatan dengan pernikahannya, nyatanya jiwa-jiwa random Elnada terhadap Enggar masih ada, ia sedikit berharap bisa tidur bersama dengan Enggar dengan status mereka sekarang.

"Ya sudah kamu istirahat ya sekarang?" titah bunda Arlin dibalas Elnada dengan senyum juga anggukan di kepala.

Setelah kepergian bunda Arlin, Elnada langsung merebahkan tubuhnya di ranjang empuk yang cukup besar. Ia teramat lelah hari ini. Bukan hanya fisiknya saja, melainkan juga batinnya.

Baru beberapa detik terlelap, matanya kembali terbuka mendengar suara ketukan dari pintu kamarnya.

"Siapa?" teriaknya.

"Gue," balas suara dari balik pintu.

 Mendengar suara yang menjawab Elnada langsung terbangun dan sedikit merapihkan rambutnya. Ia melangkah menuju ke arah pintu lalu membukanya.

Terlihat Enggar yang berdiri dengan dua koper milik Elnada di depannya.

"Barang-barang lo," ujar Enggar mendapat senyuman dari Elnada.

Setelahnya cowok itu pergi meninggalkan Elnada yang melongo melihat kepergian Enggar.

"Eh tunggu kak!" teriak Elnada lagi, langkah Enggar berhenti. Ia menoleh menatap ke arah Elnada.

"Thank ya?" ujarnya diangguki oleh Enggar lalu kembali melangkah menuju ke kamarnya.

"Ck, sombong banget sih suami gue," gumam Elnada tersenyum sendiri mengingat kata-kata suami yang keluar dari mulutnya sendiri untuk Enggar.

Malam harinya, Elnada sedang berbalas pesan dengan kedua sahabatnya. Baik Gladis ataupun Nadira menanyakan keberadaannya yang tidak berangkat ke sekolah tadi.

Elnada beralibi jika ia kesiangan dan memutuskan untuk tidak berangkat, tetapi jawaban dari Gladis di room chat mereka membuat Elnada mengumpat kesal.

Gladis mengatakan jika orang tua Elnada sudah meminta ijin untuknya tidak berangkat ke sekolah, bahkan sampai hari yang tidak ditentukan.

"Anjir lah emang, segitunya mereka mempersiapkan ini semua," kesal Elnada ditujukan untuk kedua orang tuanya.

"Ujung-ujungnya mau ninggalin gue," desahnya lagi.

Ia kembali teringat dan bertanya-tanya. Kemana sebenarnya kedua orang tuanya pergi? sampai ia tidak diberitahu apa lagi diajak untuk ikut serta.

Terdengar helaan napas yang cukup dalam. Elnada masih tidak rela dan sangat kecewa setiap kali mengingat apa yang orang tuanya lakukan kepadanya.

"Gini banget hidup gue," gumamnya meratapi nasib hidupnya yang ia rasa sangat memprihatinkan. Meski dibalik nasib yang ia rasakan itu terselib sebuah keberuntungan.

Bayangkan saja Elnada dapat dengan mudah menikah dengan cowok yang sudah lama ia sukai. Sudah pasti itu suatu keajaiban bagi Elnada.

"Sayang, bunda boleh masuk?" teriak bunda Arlin dari balik pintu.

"Masuk aja bund!" teriaknya.

"Makan malam dulu yuk, ayah sama Enggar udah nunggu di bawah," ajak bunda Arlin diangguki oleh Elnada dengan senyum.

Gadis itu menaruh ponsel miliknya ke atas ranjang, lalu melangkah mendekati bunda Arlin untuk ke meja makan.

Benar saja di meja makan tampak Enggar bersama dengan ayahnya yang sudah menunggu kedatangannya. Elnada segera duduk di sebelah Enggar untuk makan bersama.

"Udah di sini aja ternyata suami," ujarnya dalam hati.

"Biar bunda ambilin ya?" ujar bunda Arlin mendapat gelengan kepala dari Elnada.

"Tidak usah bund, El ambil sendiri aja," balasnya sungkan.

Tidak mungkin makanan saja ia harus diambilkan oleh bunda Arlin, Elnada merasa terlalu merepotkan dan akan semakin merepotkan.

Makan malam berjalan dengan semestinya. Bahkan sekarang Elnada sudah kembali ceria karena celotehan dari pak Wijaya juga bunda Arlin, sejenak Elnada melupakan kesedihannya, keluarga Enggar benar-benar sangat hangat memperlakukannya.

"Bisa-bisanya bunda sama ayah punya anak batu kaya gitu, keturunan siapa sih kak Enggar?" gumam Elnada melihat punggung Enggar yang semakin menjauh setelah selesai makan malam.

Enggar langsung pamit untuk segera ke kamarnya, banyak yang harus ia kerjakan meski hanya dengan tidak masuk satu hari saja ke sekolah.

Berbeda dengan Elnada yang pastinya tidak akan kebingungan dengan pelajaran yang ia tinggal, ia juga jarang belajar dan selalu mendapat nilai cukup rendah, bisa dikatakan pekerjaannya di sekolah selain absen saja juga untuk mengerjai Narina, sahabat Enggar. Selebihnya ia ingin mendapat perhatian dari Enggar dengan caranya yang sebenarnya salah karena rasa gengsinya sendiri.

"Kamu juga istirahat aja sayang," ujar bunda Arlin diangguki oleh Elnada.

Gadis itu langsung pamit untuk ke kamarnya. Sampai di depan kamarnya. Langkah Elnada terhenti, ia menatap pintu kamar Enggar yang berada tepat di depannya.

"Lagi apa ya kak Enggar? halal nggak sih kalau gue masuk?" ujarnya melangkah sedikit demi sedikit menuju ke arah pintu kamar Enggar.

Tepat tinggal beberapa langkah lagi. Pintu kamar Enggar terbuka, Enggar muncul dengan buku di tangannya, reflek Elnada menoleh ke lain arah. Ia tersenyum canggung mendapati Enggar yang menatapnya dengan tatapan aneh.

"Gue mau tanya," ujar Elnada dengan cepat.

"Kalau ke sana, nggak papa?" tunjuk Elnada ke lorong di sebelah kamar mereka.

"Sial, apaan banget deh gue," umpat Elnada dalam hatinya.

"Lo mau ke balkon?" tanya Enggar diangguki oleh Elnada.

"Oh, ya udah," balas Enggar kembali masuk ke kamarnya dan menutup pintu.

Elnada dibuat melongo dengan tindakan Enggaraksa padanya. Seorang Elnada benar-benar tidak dilirik sama sekali oleh Enggar.

"Gue kurang apa anjir di mata lo?" umpatnya lirih.

Ia tidak menuju ke balkon. Tetapi langsung menuju ke kamarnya dengan perasaan dongkol.

Sementara Enggar kembali membaca buku di kamarnya, niatnya tadi ia ingin membaca buku di balkon untuk menikmati suasana malam seperti biasa, tetapi ia urungkan karena Elnada juga berniat ke sana.

Ekor matanya melirik ke arah cincin yang melingkar di jari manisnya, jakun cowok itu naik turun mengingat jika ia memiliki ikatan sakral dengan seorang gadis. Matanya terpejam, buku yang sedang dibaca olehnya tadi ia taruh di atas meja kecil di kamarnya.

Pikirannya penuh dengan hidupnya saat ini dan masa depannya kelak.

Terpopuler

Comments

Vietha_27

Vietha_27

duhhh..

gpp laahh. harus banyak sabar ya El.
yg ptg udah halal, ga bakal ditinggal jg sm Enggar.

dan smoga Enggar dan keluarganya yg bakal melindungi kamu dr apapun. karena ortu El yg udah pergi ninggalin El sendirian.😇

2024-04-18

1

@sulha faqih aysha💞

@sulha faqih aysha💞

ya udah lah El hanya satu kata buat kamu SABAR.......
tp kalau kelakuan suami kamu tetap seperti itu ya udah diamin z lagi pa susahnya

2024-04-18

0

Dian Rahmawati

Dian Rahmawati

Greget banget sama Enggar...kasian Nada

2024-04-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!