Mahluk Tertampan Versi Elnada

Pagi harinya. Elnada bangun lebih awal dari pagi biasanya, ia langsung keluar dari kamar setelah mandi terlebih dahulu, sebenarnya ia masih teringat dengan kejadian kemarin, dimana kedua orang tuanya pergi begitu saja tanpa dirinya, tetapi ia tidak mau berlarut dalam kesedihan.

Tepat di depan pintu kamarnya. Ia melirik ke arah pintu kamar Enggar, Elnada sangat ingin tahu sedang apa cowok itu. Sudah bangunkah atau malah masih tertidur dibalik selimut tebalnya.

Mendadak Elnada jadi penasaran dengan kamar Enggar. Jika diperbolehkan ingin sekali Elnada memasukinya.

"Kapan sih gue bisa masuk ke kamar lo kak?" gumamnya berbalik arah.

Meski ia sangat ingin tahu sedang apa cowok tersebut, tetapi kejadian seperti tadi malam tidak ingin terulang lagi. Elnada lebih memilih untuk turun dan melakukan apa yang perlu dilakukan.

"Eh... udah bangun sayang?" bunda Arlin terkejut melihat kedatangan Elnada.

Gadis itu tersenyum, lalu mengangguk. "Bunda lagi apa? El boleh bantuin nggak?" balasnya yang langsung mendapat senyuman dari bunda Arlin.

"Bunda mau nyiapin sarapan, sini kalau mau bantuin," balas beliau langsung membuat Elnada mendekat.

Tidak lama setelahnya. Enggar datang bersama dengan ayahnya. Elnada dibuat terkejut dengan kedatangan keduanya, lebih tepatnya Elnada sampai dibuat beku untuk beberapa detik saat melihat Enggar dengan penampilannya pagi hari ini.

Rambut yang sedikit basah pada bagian depan, juga keringat yang menghiasi wajah tampannya membuat Elnada tanpa sadar melongo. Enggar terlihat sangat tampan sekali.

"Mahluk tertampan yang pernah gue liat," ujarnya dalam hati. Bahkan Elnada sampai menelan air ludahnya sendiri melihat bagaimana mempesonanya Enggar saat ini.

"Mandi langsung siap-siap ya kalian? bunda sama Elnad udah nyiapin sarapan," ujar bunda Arlin mengejutkan lamunan Elnada.

Sebelum benar-benar pergi, Enggar sempat melirik ke arah Elnada sekilas, tanpa mengatakan apapun, lalu kembali melanjutkan langkahnya untuk segera bersiap-siap.

"Bunda, El mau berangkat sekolah aja ya?" ujar Elnada tiba-tiba.

Tidak rela rasanya jika membiarkan Enggar berangkat sendiri tanpa pengawasan darinya, catat! Enggaraksa Abigani sekarang ialah suami Elnada Zevinta, meski mereka menikah secara dadakan, tetap saja pernikahan mereka sah di mata agama juga negara.

"Lho, kamu boleh libur dulu kok sayang," jelas bunda Arlin mendapat gelengan kepala dari Elnada.

"Nggak papa bunda, lagian El pengen ketemu temen-temen El biar nggak kepikiran yang kemarin terus," alibinya yang tidak bisa bunda Arlin bantah.

Jika sudah menyangkut tentang hal itu tentu saja bunda Arlin tidak enak hati juga tidak tega untuk mencegah Elnada.

"Ya sudah kalau begitu, bunda nggak akan larang Elnad, siap-siap dulu gih sana," balas bunda Arlin langsung membuat Elnada tersenyum dengan semangat.

Gadis itu segera pamit menuju ke kamarnya untuk bersiap-siap ke sekolah.

Berbeda dengan Elnada yang sedang bersemangat sekali untuk bersiap-siap berangkat ke sekolah di kamarnya. Enggar justru sedang terdiam beberapa saat setelah menerima telepon dari Narina beberapa saat yang lalu.

Gadis itu baru saja menanyakan tentang keadaan Enggaraksa, bahkan dari suaranya Narina terdengar khawatir akan keadaan Enggar yang tidak bersekolah satu hari dengan ijin ada kepentingan.

Tidak lama setelahnya, terdengar ketukan dari balik pintu kamarnya.

Mengambil tas miliknya, Enggar segera membuka pintu dan sempat terdiam beberapa saat melihat siapa yang berdiri di depannya sekarang.

Elnada, gadis yang kerap ia peringati untuk tidak mengganggu sahabatnya itu kini tengah menebar senyum di depannya. Bukan sekedar senyuman manis biasa, tetapi senyuman yang mampu membuat siapa saja luluh jika melihatnya. Tetapi untuk Enggaraksa cowok itu diam seribu bahasa seakan tidak tertarik sama sekali, namun entah di hatinya, tidak ada yang tahu karena cowok seperti Enggar memang terlalu mahal.

"Kak, gue nebeng lo ya?" ujarnya membuat Enggar tersadar.

Ia mengamati Elnada lalu mengangguk tanpa menjawab sepatah katapun.

"Ck, ngeselin banget," gerutu Elnada ikut berjalan di belakang Enggaraksa.

Namun baru beberapa langkah, tiba-tiba Enggar menghentikannya. Hal itu tentu saja juga diikuti oleh Elnada yang menghentikan langkahnya seketika.

"Lo udah sekolah?" tanya Enggar diangguki oleh Elnada.

"Menurut lo, gue pakai seragam mau sekolah apa mau dugem?" balasnya yang langsung membuat Elnada kesal sendiri.

Kesal dengan mulutnya yang seakan tidak bisa dikontrol olehnya. Bisa-bisanya kata itu keluar dari mulutnya di depan Enggaraksa, bisa bertambah jelek nanti image Elnada di depan Enggar.

"Mulut lo," balas Enggar kembali melanjutkan langkahnya.

"Kan bener, gara-gara gue terlalu gugup ini," gumamnya.

Keduanya sampai di meja makan, tetapi wajah Enggar terlihat cukup terkejut melihat seorang wanita yang sedang mengobrol bersama dengan bundanya.

Sepertinya wanita tersebut baru saja memberikan sesuatu kepada bunda Arlin.

"Makasih lho jeng, jadi repot-repot terus," ujar bunda Arlin dengan lembut.

"Enggak jeng, kaya sama siapa aja, ya sudah saya pulang dulu ya?" pamitnya diangguki oleh bunda Arlin dengan senyum.

Sebelum kepergiannya, wanita tersebut sempat melirik ke arah Enggar yang masih berdiri dengan Elnada di sampingnya.

"Nak Enggar tante pamit ya?" ujarnya diangguki oleh Enggar dengan sopan. "Terimakasih tan," balas Enggar tahu jika wanita tersebut baru saja memberikan makanan untuk menambah lauk sarapan.

"Eh kalian, ayo cepet sarapan, ayah cepetan yah!" teriak bunda Arlin kepada suaminya.

"Yang barusan itu siapa bund? keliatannya bunda deket," ujar Elnada penasaran.

"Oh yang barusan itu? tetangga kita sayang, namanya tante Zefi, beliau pinter banget masak, nih kita dikasih gudek, makanan khas dari kota asalnya," jelas bunda Arlin diangguki oleh Elnada.

"Jadi kangen jogja," gumam Elnada.

Seperti keinginannya. Elnada berangkat bersama dengan Enggar, sampai detik ini tidak ada hambatan atau masalah sama sekali sepanjang perjalanan, masalahnya cuma satu keduanya sama-sama diam tidak ada yang memulai obrolan.

Elnada sendiri sebenarnya sangatlah gugup, mereka berdua berada dalam satu mobil, dengan setatus mereka yang sudah menjadi suami istri, meski masih terasa asing satu sama lain.

Mobil Enggar berhenti di parkiran sekolah. Kebetulan meski mereka tidak lagi telat, namun di parkiran sekolah sudah sangat sepi, semua siswa atau siswi sudah banyak yang berada di sekitaran kelas atau bahkan sudah banyak yang berada di kelas.

Elnada mendengus kesal, harusnya ada yang melihat keberangkat bersama mereka kali ini. Ia sangat ingin sekali memperlihatkan kepada teman-teman sekolah kalau ia berangkat bersama dengan cowok nomor satu di sekolahnya. Dan agar tidak ada lagi yang terus menjodohkan Enggar dengan Narina. Tetapi sepertinya keberuntungan sedang tidak berada dipihaknya. Tidak ada yang melihat kedatangannya tadi bersama dengan Enggaraksa.

"Nggak mau turun?" tanya Enggar melihat Elnada berdiam di mobilnya.

"Baru juga mau turun," balas Elnada melihat ke sekeliling, siapa satu ada murid yang melihat.

Mata Elnada berbinar saat melihat dua orang siswi yang sepertinya akan menuju ke parkiran mobil, dengan segera ia mengambil tas untuk segera turun, namun belum sempat ia membuka pintu mobil, tiba-tiba kedua siswi tersebut menoleh dan tidak melanjutkan langkahnya menuju ke parkiran.

Melihat hal itu tentu saja membuat Elnada merasa kesal. Ia tanpa sadar membanting pintu mobil Enggar dengan cukup keras.

"Sialan emang! pada kemana sih?" kesalnya membuat Enggar yang sudah berdiri di depan pintu mobilnya menatap aneh Elnada.

"Maksud gue temen-temen gue," ujarnya melihat tatapan bingung dari Enggar. Setelahnya gadis itu pergi dengan segala kekesalan di hatinya.

Tetapi, langkahnya tiba-tiba terhenti menyadari kebodohannya, ia pergi begitu saja tanpa melakukan apapun di depan Enggar. Itu sangatlah disayangkan.

Elnada menoleh ke arah belakang berharap Enggar masih berada di tempatnya tadi, tetapi harapannya pupus sudah tatkala Enggaraksa sudah pergi dan tidak berada di sana lagi.

"Bodoh, kenapa gue ngga pura-pura salim atau apa gitu kek sama kak suami?" dumelnya semakin kesal dengan diri sendiri.

Ini kalau aku terusin di v zo pada mau baca nggak ya? Soalnya uda mau tamat aku bikinnya, tinggal up terus aja 😁

Terpopuler

Comments

backture

backture

di nt aja kak kalau difizo download aplikasi lagi

2024-04-19

0

ayfa

ayfa

lebih nyaman di nt kak..hehehehe

2024-04-19

0

Yanti Mulyaningsih

Yanti Mulyaningsih

kenapa gak di NT kak

2024-04-19

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 55 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!