Bab 16 Evakuasi Jasad Mia

" Tapi kenapa nduk ? " .

Aku pun menceritakan mimpi ku tentang Mia yang membawa ku pada kisah tragis yang di alami nya .

" Kasihan ya nduk si Mia itu , apa jangan - jangan suara perempuan menangis beberapa malam itu suara nya ya nduk ? " .

" Iya mungkin saja bu , dia ingin meminta tolong tapi jadi bukan berniat menakuti , hanya saja kita kalau ketemu arwah kan sering nya berpikir kalau mereka sengaja menakuti kita " .

" Iya sih , ibu juga berpikiran begitu apalagi kamu tau sendiri ibu paling takut sama hal begituan , tapi kamu sejak kapan nduk bisa lihat arwah kayak gitu ? " .

" Viya juga baru menyadari nya bu beberapa hari ini kalau Viya bisa melihat nya " .

" Kamu sudah cerita bapak ? " .

" Viya cerita semua nya kalau sudah di rumah aja bu " .

TOK TOK TOK !

" Permisi ".

Seorang suster melongok kan kepala nya di pintu , tak lama dia membuka lebih lebar ternyata membawa masuk sebuah kursi roda .

" Mbak Viya , dokter Wilman meminta saya untuk menjemput mbak Viya " .

" Loh anak saya mau di bawa kemana ya sus ? " .

Lagi - lagi gokil ibu ku ini , padahal baru saja kami membahas nya .

" Viya sudah bilang ibu barusan " . Jawab ku sambil tersenyum pada ibu ku .

" Ah iya ibu kok jadi pelupa gini " .

" Ibu boleh ikut ? " .

" Ibu di sini aja ya , Viya ndak pa pa kok , kan ada suster Rara yang temani Viya " . Jawab ku sambil melirik label nama pada bagian dada seragam suster rumah sakit .

" Apa kamu ndak pa pa nduk tanpa ibu ? " .

" Ndak pa pa bu , ibu jangan khawatir , justru kalau ibu ikut terus bapak ke sini nyari kita malah bingung , sebab seperti nya evakuasi ini juga di lakukan supaya tidak di ketahui pasien rumah sakit yang lain nya , maksud Viya ini di rahasia kan bu untuk menjaga citra rumah sakit " .

Ibu ku hanya mengangguk kan kepala nya mungkin berusaha memahami .

" Sudah siap mbak ? " . Tanya suster Rara .

" Sudah sus " .

" Maaf ya bu , saya bawa mbak Viya dulu " .

Ijin suster pada ibu yang mendekat dan mencium kening ku .

" Hati - hati ya sus tolong jagain anak saya " .

" Baik bu " . Jawab suster Rara yang kemudian mendorong kursi roda yang sudah aku duduki .

Tak ada yang kami bicara kan selama suster Rara membawa ku melewati lorong - lorong rumah sakit sampai saat aku di bawa melewati sebuah taman dan menuju ke arah belakang rumah sakit .

Sekitar 20 meter dari taman yang aku lewati ada lorong kecil lagi menuju sebuah gudang . Di sana sudah menunggu beberapa petugas medis yang membawa emergency bed lengkap dengan kantong jenazah dan beberapa alat lain nya yang aku tak tahu apa nama nya .

Dokter Wilman dan beberapa petugas yang turut membantu evakuasi tak ada yang masuk lebih dulu , mereka seperti nya sengaja menunggu ku di luar gudang .

" Mbak Viya , apa sudah siap ? " .

" InsyaAllah dok , tapi pintu gudang masih di gembok dok ? " .

" Iya gudang ini jarang di buka karena barang - barang yang di dalam di gunakan ketika urgent saja misal ada nya jumlah pasien yang membludak melebihi fasilitas yang di sediakan rumah sakit " . Dokter Wilman menjelaskan .

Setelah menjelaskan dokter Wilman memerintahkan salah satu petugas untuk membuka gembok pintu gudang .

" Bismillahirrahmanirrahim " . Ucap ku saat suster Rara mulai mendorong kursi roda yang aku duduki untuk masuk ke dalam gudang .

Ada rasa cemas tak karuan saat hawa dingin mulai aku rasakan di dalam gedung ini , mungkin semua orang yang ada di sini juga merasakan hal yang sama dengan ku .

Aku memejam kan mata berusaha mengingat di mana mereka mengubur kan jenazah suster Mia karena hampir semua dinding sudah di ganti dengan dinding keramik berwarna putih , mungkin supaya terlihat lebih rapi dan bersih .

Kurasakan sentuhan dingin di tangan kiri ku , ku buka mata dan ku lirik ke samping kiri , tampak arwah suster Mia berjalan mendekat pada dinding yang letak nya lebih menjorok ke dalam , dia berdiri tepat di samping sebuah lemari besi yang tinggi nya aku perkirakan hampir 3 meter .

Aku berpikir sejenak , mungkin di sana letak jenazah nya .

" Dok , apa lemari besar itu bisa di geser ? " .

" Tentu bisa tapi kita harus mengeluarkan isi nya terlebih dahulu " .

Tanpa pikir panjang lagi dokter Wilman memulai membongkar isi lemari di bantu beberapa orang lain nya , karena aku dan suster Rara saja yang perempuan di sini jadi tak bisa berbuat banyak , semua nya di kerjakan oleh para laki - laki .

Cukup lama kami menunggu lemari besar itu di kosongkan , suster Rara pun akhir nya membuka suara .

" Mbak Viya , sebetul nya saya juga pernah bermimpi di datangi arwah suster Mia tapi saya gak berani cerita ke dokter Wilman , apalagi saya ini anak buah suster Lani " .

" Suster Lani ? , suster Rara mengenal nya ? " .

Suster Rara mengangguk kan kepala nya .

" Suster Rara tau juga kalau dia yang melakukan nya ? " .

" Saya cuma tau tentang perselingkuhan dokter Rudi dan suster Lani aja mbak " . Suster Lani berbisik ke telinga ku , mungkin merasa tak enak hati kalau sampai terdengar dokter Wilman .

" Mbak , lemari nya sudah di geser " . Ujar salah satu petugas kesehatan yang turut membantu .

" Eh iya pak , sebentar " .

Aku berdiri dari kursi roda , suster Rara memperingati ku untuk tetap duduk di kursi roda dan dia yang akan mendorong nya mendekat akan tetapi aku menolak nya dan terus berjalan menuju dinding di belakang lemari besar tadi .

Ku raba dinding ber keramik warna putih itu , seketika aku mendapatkan penglihatan jika jenazah suster Mia memang berada di dinding itu .

" Di sini dok " . Aku menoleh pada dokter Wilman .

" Silahkan pak bisa di hancurkan sekarang dinding yang sebelah sini , tapi tetap hati - hati " . Dokter Wilman menitahkan dua orang laki - laki yang seperti nya memang pekerja bangunan bukan petugas kesehatan karena tak berseragam dan melihat dari banyak nya perlengkapan yang mereka bawa .

Hampir dua puluh menit penghancuran dinding itu barulah tampak rambut yang sepertinya itu rambut suster Mia .

" Dok , itu " . Tunjuk ku , aku pun mendekat ke arah dinding untuk membuat lubang yang lebih besar .

Aku terkejut melihat tengkorak bersandar di dalam dinding itu . Entah kenapa kepala ku langsung pusing , penglihatan ku pun semakin buram dan entah apalagi yang sudah terjadi .

Samar - samar aku mencium aroma minyak kayu putih . Ku coba buka perlahan mata ini , sinar menyilaukan ada di hadapan ku . Ku kedip - kedipkan mata ini untuk membiasakan dengan sinar yang ternyata lampu ruangan .

" Nduk .. kamu sudah sadar ? " .

Ku toleh samping kanan ku ternyata ada ibu dan suster Rara yang tersenyum .

" Suster kenapa saya bisa ada di sini ? " .

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!