Aku berjalan menuju luar rumah , tak ku lihat lagi bapak di ruang tamu mungkin bapak jalan - jalan pagi atau ke samping rumah .
Suasana pagi hari memang sangat sejuk di sini .
" Benar - benar udara yang sangat bersih " . Gumam ku .
Aku sangat menikmati udara pagi di desa ini .
" Sampean rumah nya di mana tho dek , kok kayak nya baru kali ini saya lihat " . Sapa pemilik warung kelontong .
" Saya putri nya pak Sadimun bu " .
" Uwalah keponakan nya Sarmila tho ? " .
" Iya bu " .
" Ayu tenan kowe nduk , ini bawang nya , kembalian nya tujuh ribu pecahan lima ratus semua bulek masukin di dalam kantong nya ya nduk takut jatuh jadi di masukin saja " .
" Makasih banyak ya bulek " .
Aku kembali ke rumah bulek Sarmila , yah sejak mbah kung dan mbah uti meninggal dunia , atah ku selalu mengajak menginap di rumah adek bungsu nya bapak . Alasan bapak yang paling dekat sama rumah mbah .
Seharian aku hanya melibat kan diri dengan aktifitas ibu ku . Kalau ibu ku tidur ya aku juga ikut tidur . Sore hari nya bapak menemui teman nya , aku dan ibu memilih di rumah saja menemani bulek .
Bapak ternyata belum pulang juga padahal sudah masuk sholat Isya' . Menunggu bapak pulang ternyata membuat ku sangat mengantuk dan memutuskan untuk tidur lebih dulu pada ibu dan bulek Sarmila .
Pagi sudah kembali datang . Suara ayam jantan menjadi penanda kalau matahari akan muncul dari peraduan nya .
Aku membuka mata dan bangun perlahan , entah kenapa rasa nya badan ku pegal - pegal .
Tangan ku menyibak gorden jendela , ku lihat ke arah ke luar dan kembali menutup nya . Tanpa pikir panjang , aku mengambil karet rambut dan menguncir rambut ku .
Ku langkah kan kaki ku ke luar kamar , sepi tak ada suara siapa pun .
" Bapak ,, Ibu ,, Bulek ,, " .
Hening tak ada satu pun yang aku panggil menjawab . Karena penasaran , aku berjalan menuju dapur tapi keadaan sama tak ada siapa pun di sana bahkan tungku memasak pun tak tampak di gunakan .
Aku kembali berjalan menuju keluar rumah bahkan aku susuri pekarangan depan dan samping rumah , karena penasaran yang terus mendera aku kembali menuju halaman depan .
Sesampai nya di halaman depan pemandangan yang aku lihat tampak berbeda . Rumput - rumput liar menjulang tinggi , semak belukar juga memenuhi samping - samping rumah dan jalanan .
Aku semakin bingung , ada di mana aku ini terlebih saat aku berbalik melihat keadaan rumah yang sangat jauh berbeda . Bangunan rumah tampak reyot dan suram . Sarang laba - laba memenuhi depan rumah .
Sreeekk !!
Aku terdiam saat mendengar ada suara dari arah belakang ku .
Perlahan aku balikkan badan dan mencari sumber suara .
Aku mematung dengan bibir terkatup rapat . Di hadapan ku kini berdiri sosok perempuan yang tinggi dengan rambut panjang menjuntai sampai tanah . Gigi taring nya mencuat keluar sampai mendekati leher nya , mata nya juga merah menyala dan di tangan nya memegang gendang yang berlumuran cairan merah yang aku duga itu darah .
Gendang itu di pukul nya dan sekali pukul suara gendang itu sangat memekakkan telinga . Aku menjerit dengan kencang selain terkejut aku juga sudah sangat takut .
" Aaaarrggghhhh !! " .
" Astaghfirullah , nduk ada apa ? " . Suara ibu ku terdengar jelas di telinga .
Dengan susah payah aku buka mata ku melihat sekitar , dan benar saja kalau di samping ku sudah ada ibu dan bulek Sarmila .
" Kamu mimpi apa nduk sampai berteriak begitu " . Bulek Sarmila juga mencecar ku dengan pertanyaan .
" Ndak ada apa - apa bu , bulek , Viya cuma mimpi aja kok " .
" Ya sudah sekarang kamu lekas bangun , mandi dan juga sarapan " . Ibu berusaha menenangkan ku .
Aku hanya terdiam memikirkan kejadian yang aku anggap benar - benar nyata itu . Ku pijat pelipis ku yang tiba - tiba terasa pusing .
" Nduk , ayo ibu temani ke kamar mandi " . Panggil ibu sembari melongok kan kepala nya ke dalam kamar .
" Iya bu sebentar Viya ambil baju ganti dulu " . Tak mau ambil pusing yang barusan aku rasa , aku memilih bergegas ke kamar mandi membawa serta baju ganti .
***
Hari lumayan terik , badan ku pun sudah mulai terasa segar . Bapak ibu dan juga aku berpamitan pada bulek Sarmila dan tetangga di sekitar nya yang kebetulan ada di depan rumah .
Beruntung kami memiliki kendaraan sendiri jadi tak repot harus mencari ojek atau delman untuk menuju jalan besar utama tempat menunggu bis antar kota yang lewat .
Saat mobil sudah mulai berjalan aku membuka obrolan pada bapak .
" Pak , boleh nanya sesuatu ? " .
Ibu yang duduk di samping ku di kursi penumpang hanya melirik ku saja .
" Mau nanya apa nduk ? " . Jawab bapak yang tetap fokus melihat arah depan , sesekali bapak menyapa warga yang kebetulan lewat atau sedang berada di luar rumah mereka .
Kami tetap mengikuti tata krama yang ada , jika lewat menyapa siapa pun yang di lewati bahkan sekalipun rak di kenal nya sebagai tanda hormat , oleh karena itu sebelum sampai ke jalan besar utama , kaca pintu mobil kami buka semua .
" Sebenar nya apa yang terjadi sama Viya pak , jujur Viya masih sangat takut " .
Bapak membuang napas dalam tanpa mengatakan apapun bapak tetap fokus ke depan . Sedangkan aku tak lagi berani bertanya . Ibu yang juga mendengar pertanyaan ku pun hanya mengusap lengan ku saja .
Sejam kemudian saat kami sudah memasuki batas kota bapak membuka suara .
" Nduk " .
" Iya pak ? " . Aku yang sedari tadi memutuskan melihat pemandangan di samping - samping jalan sembari memotret nya sedikit terkejut .
" Jangan pikirkan mimpi kamu tadi ya nduk , itu hanya bunga tidur karena kamu sudah sangat capek " .
" Tapi itu rasa nya nyata loh pak " .
" Iya sayang , ibu dan bapak tau tapi kamu ndak boleh sampai kepikiran terus " . Ibu ku pun ikut menimpali .
" Oh ya nduk cermin kamu juga datang hari ini " .
" Loh kapan ngangkut nya pak " .
" Tadi sebelum kita berangkat sudah di angkut , mereka yang bawa cermin nya berangkat lebih dulu sebab jalan pelan takut cermin rusak " .
" Alhamdulillah , matur nuwun ya pak akhir nya Viya punya cermin besar yang indah juga " .
Aju kegirangan mengetahui cermin akan datang . Siapa yang tak senang bisa memiliki cermin berukuran besar dan cantik seperti itu , belum lagi itu gratis kalau beli sendiri pasti sangat mahal .
Aku jadi tak sabar segera menata cermin itu di salon ku .
" Jangan lupa setiap hari di bersihkan nduk , kalau sudah selesai di gunakan di tutup sama kain penutup nya " .
" Kenapa harus di tutup pak ? " .
" Pesan nya budhe kamu begitu , kata nya sih biar cermin nya awet ndak mudah pecah atau rusak " .
" Iya pak , Viya ingat - ingat itu " .
Sebetul nya aku merasa aneh saja , kan cermin nya ada di dalam ruangan kenapa harus di tutup segala .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments