Bab 4 Mimpi Aneh

Aku berjalan menuju luar rumah , tak ku lihat lagi bapak di ruang tamu mungkin bapak jalan - jalan pagi atau ke samping rumah .

Suasana pagi hari memang sangat sejuk di sini .

" Benar - benar udara yang sangat bersih " . Gumam ku .

Aku sangat menikmati udara pagi di desa ini .

" Sampean rumah nya di mana tho dek , kok kayak nya baru kali ini saya lihat " . Sapa pemilik warung kelontong .

" Saya putri nya pak Sadimun bu " .

" Uwalah keponakan nya Sarmila tho ? " .

" Iya bu " .

" Ayu tenan kowe nduk , ini bawang nya , kembalian nya tujuh ribu pecahan lima ratus semua bulek masukin di dalam kantong nya ya nduk takut jatuh jadi di masukin saja " .

" Makasih banyak ya bulek " .

Aku kembali ke rumah bulek Sarmila , yah sejak mbah kung dan mbah uti meninggal dunia , atah ku selalu mengajak menginap di rumah adek bungsu nya bapak . Alasan bapak yang paling dekat sama rumah mbah .

Seharian aku hanya melibat kan diri dengan aktifitas ibu ku . Kalau ibu ku tidur ya aku juga ikut tidur . Sore hari nya bapak menemui teman nya , aku dan ibu memilih di rumah saja menemani bulek .

Bapak ternyata belum pulang juga padahal sudah masuk sholat Isya' . Menunggu bapak pulang ternyata membuat ku sangat mengantuk dan memutuskan untuk tidur lebih dulu pada ibu dan bulek Sarmila .

Pagi sudah kembali datang . Suara ayam jantan menjadi penanda kalau matahari akan muncul dari peraduan nya .

 Aku membuka mata dan bangun perlahan , entah kenapa rasa nya badan ku pegal - pegal .

Tangan ku menyibak gorden jendela , ku lihat ke arah ke luar dan kembali menutup nya . Tanpa pikir panjang , aku mengambil karet rambut dan menguncir rambut ku .

Ku langkah kan kaki ku ke luar kamar , sepi tak ada suara siapa pun .

" Bapak ,, Ibu ,, Bulek ,, " .

Hening tak ada satu pun yang aku panggil menjawab . Karena penasaran , aku berjalan menuju dapur tapi keadaan sama tak ada siapa pun di sana bahkan tungku memasak pun tak tampak di gunakan .

Aku kembali berjalan menuju keluar rumah bahkan aku susuri pekarangan depan dan samping rumah , karena penasaran yang terus mendera aku kembali menuju halaman depan .

Sesampai nya di halaman depan pemandangan yang aku lihat tampak berbeda . Rumput - rumput liar menjulang tinggi , semak belukar juga memenuhi samping - samping rumah dan jalanan .

Aku semakin bingung , ada di mana aku ini terlebih saat aku berbalik melihat keadaan rumah yang sangat jauh berbeda . Bangunan rumah tampak reyot dan suram . Sarang laba - laba memenuhi depan rumah .

Sreeekk !!

Aku terdiam saat mendengar ada suara dari arah belakang ku .

Perlahan aku balikkan badan dan mencari sumber suara .

Aku mematung dengan bibir terkatup rapat . Di hadapan ku kini berdiri sosok perempuan yang tinggi dengan rambut panjang menjuntai sampai tanah . Gigi taring nya mencuat keluar sampai mendekati leher nya , mata nya juga merah menyala dan di tangan nya memegang gendang yang berlumuran cairan merah yang aku duga itu darah .

Gendang itu di pukul nya dan sekali pukul suara gendang itu sangat memekakkan telinga . Aku menjerit dengan kencang selain terkejut aku juga sudah sangat takut .

" Aaaarrggghhhh !! " .

" Astaghfirullah , nduk ada apa ? " . Suara ibu ku terdengar jelas di telinga .

Dengan susah payah aku buka mata ku melihat sekitar , dan benar saja kalau di samping ku sudah ada ibu dan bulek Sarmila .

" Kamu mimpi apa nduk sampai berteriak begitu " . Bulek Sarmila juga mencecar ku dengan pertanyaan .

" Ndak ada apa - apa bu , bulek , Viya cuma mimpi aja kok " .

" Ya sudah sekarang kamu lekas bangun , mandi dan juga sarapan " . Ibu berusaha menenangkan ku .

Aku hanya terdiam memikirkan kejadian yang aku anggap benar - benar nyata itu . Ku pijat pelipis ku yang tiba - tiba terasa pusing .

" Nduk , ayo ibu temani ke kamar mandi " . Panggil ibu sembari melongok kan kepala nya ke dalam kamar .

" Iya bu sebentar Viya ambil baju ganti dulu " . Tak mau ambil pusing yang barusan aku rasa , aku memilih bergegas ke kamar mandi membawa serta baju ganti .

***

Hari lumayan terik , badan ku pun sudah mulai terasa segar . Bapak ibu dan juga aku berpamitan pada bulek Sarmila dan tetangga di sekitar nya yang kebetulan ada di depan rumah .

Beruntung kami memiliki kendaraan sendiri jadi tak repot harus mencari ojek atau delman untuk menuju jalan besar utama tempat menunggu bis antar kota yang lewat .

Saat mobil sudah mulai berjalan aku membuka obrolan pada bapak .

" Pak , boleh nanya sesuatu ? " .

Ibu yang duduk di samping ku di kursi penumpang hanya melirik ku saja .

" Mau nanya apa nduk ? " . Jawab bapak yang tetap fokus melihat arah depan , sesekali bapak menyapa warga yang kebetulan lewat atau sedang berada di luar rumah mereka .

Kami tetap mengikuti tata krama yang ada , jika lewat menyapa siapa pun yang di lewati bahkan sekalipun rak di kenal nya sebagai tanda hormat , oleh karena itu sebelum sampai ke jalan besar utama , kaca pintu mobil kami buka semua .

" Sebenar nya apa yang terjadi sama Viya pak , jujur Viya masih sangat takut " .

Bapak membuang napas dalam tanpa mengatakan apapun bapak tetap fokus ke depan . Sedangkan aku tak lagi berani bertanya . Ibu yang juga mendengar pertanyaan ku pun hanya mengusap lengan ku saja .

Sejam kemudian saat kami sudah memasuki batas kota bapak membuka suara .

" Nduk " .

" Iya pak ? " . Aku yang sedari tadi memutuskan melihat pemandangan di samping - samping jalan sembari memotret nya sedikit terkejut .

" Jangan pikirkan mimpi kamu tadi ya nduk , itu hanya bunga tidur karena kamu sudah sangat capek " .

" Tapi itu rasa nya nyata loh pak " .

" Iya sayang , ibu dan bapak tau tapi kamu ndak boleh sampai kepikiran terus " . Ibu ku pun ikut menimpali .

" Oh ya nduk cermin kamu juga datang hari ini " .

" Loh kapan ngangkut nya pak " .

" Tadi sebelum kita berangkat sudah di angkut , mereka yang bawa cermin nya berangkat lebih dulu sebab jalan pelan takut cermin rusak " .

" Alhamdulillah , matur nuwun ya pak akhir nya Viya punya cermin besar yang indah juga " .

Aju kegirangan mengetahui cermin akan datang . Siapa yang tak senang bisa memiliki cermin berukuran besar dan cantik seperti itu , belum lagi itu gratis kalau beli sendiri pasti sangat mahal .

Aku jadi tak sabar segera menata cermin itu di salon ku .

" Jangan lupa setiap hari di bersihkan nduk , kalau sudah selesai di gunakan di tutup sama kain penutup nya " .

" Kenapa harus di tutup pak ? " .

" Pesan nya budhe kamu begitu , kata nya sih biar cermin nya awet ndak mudah pecah atau rusak " .

" Iya pak , Viya ingat - ingat itu " .

Sebetul nya aku merasa aneh saja , kan cermin nya ada di dalam ruangan kenapa harus di tutup segala .

Episodes
1 Bab 1 Berkunjung Di Desa Kelahiran
2 Bab 2 Suara Aneh
3 Bab 3 Makhluk Aneh
4 Bab 4 Mimpi Aneh
5 Bab 5 Mimpi Aneh 2
6 Bab 6 Suara Yang Sama
7 Bab 7 Perempuan Baju Merah
8 Bab 8 Laras
9 Bab 9 Sosok Menyeramkan
10 Bab 10 Keberuntungan Memihak
11 Bab 11 Bertemu Sesepuh Desa
12 Bab 12 Terjebak
13 Bab 13 Sadar Dari Pingsan
14 Bab 14 Sosok Baru
15 Bab 15 Mia Di Temukan
16 Bab 16 Evakuasi Jasad Mia
17 Bab 17 Kenyataan Pahit
18 Bab 18 Akhirnya Pulang Ke Rumah
19 Bab 19 Ada Yang Ingin Di Sampaikan
20 Bab 20 Kesurupan
21 Bab 21 Khawatir
22 Bab 22 Ketemu Bu Andri
23 Bab 23 Menyusun Rencana
24 Bab 24 Kabar Bahagia
25 Bab 25 Berangkat Ke Desa Simo Kuning
26 Bab 26 Sampai Di Desa Simo Kuning
27 Bab 27 Membantu Warga
28 Bab 28 Pemandangan Mengerikan
29 Bab 29 Rombongan Jin
30 Bab 30 Undangan Untuk Viya
31 Bab 31 Manusia Atau Bukan
32 Bab 32 Melarikan Diri
33 Bab 33 Rombongan Pengantin
34 Bab 34 Viya Di Kepung
35 Bab 35 Masa Lalu Sukamti
36 Bab 36 Warga Tak Membela
37 Bab 37 Di Lamar
38 Bab 38 Yu Sukamti Menikah
39 Bab 39 Keturunan Ke Lima
40 Bab 40 Abah Ke Kota
41 Bab 41 Pulang Kampung
42 Bab 42 Teror Setan Gondrong
43 Bab 43 Kesurupan
44 Bab 44 Taufik Kesurupan
45 Bab 45 Menampakkan Diri
46 Bab 46 Mereka Pergi
47 Bab 47 Mbah Kuru
48 Bab 48 Tertangkap
49 Bab 49 Di Beri Tanda
50 Bab 50 Aku Yang Bingung
51 Bab 51 Penampakan Asli Desa
52 Bab 52 Penampakan Asli Desa 2
53 Bab 53 Dimas Hilang
54 Bab 54 Dimas Hilang 2
55 Bab 55 Bisikan Tari
56 Bab 56 Dimas Pulang
57 Bab 57 Pencarian
58 Bab 58 Penampakan
59 Bab 59 Keramaian Warga
60 Bab 60 Pengantin Dalam Tandu
61 Bab 61 Jasad Tari
62 Bab 62 Petunjuk
63 Bab 63 Kampung Jin
64 Bab 64 Tawanan Itu Mereka
65 Bab 65 Tulang Belulang
66 Bab 66 Sampur Abang
67 Bab 67 Terjebak
68 Bab 68 Bingung
69 Bab 69 Menceritakannya
70 Bab 70 Rahasia Besar
71 Bab 71 Di Ikuti
72 Bab 72 Sosok Sampur Abang
73 Bab 73 Leluhur
74 Bab 74 Tempat Pengungsian
75 Bab 75 Awal Cerita
76 Bab 76 Warga Marah
77 Bab 77 Di Usir
78 Bab 78 Desa Baru
79 Bab 79 Menjadi Warga Desa Sumber Dukun
80 Bab 80 Pembersihan
81 Bab 81 Bu Sum Kabur
82 Bab 82 Pencarian Bu Sum
83 Bab 83 Bu Sum Ditemukan
84 Bab 84 Goa
85 Bab 85 Jasad Tumbal
86 Bab 86 Gubuk Mbah Yaroh
87 Bab 87 Disesatkan
88 Bab 88 Mengalahkan Siluman Ular
89 Bab 89 Bayi Hilang
90 Bab 90 Gangguan
Episodes

Updated 90 Episodes

1
Bab 1 Berkunjung Di Desa Kelahiran
2
Bab 2 Suara Aneh
3
Bab 3 Makhluk Aneh
4
Bab 4 Mimpi Aneh
5
Bab 5 Mimpi Aneh 2
6
Bab 6 Suara Yang Sama
7
Bab 7 Perempuan Baju Merah
8
Bab 8 Laras
9
Bab 9 Sosok Menyeramkan
10
Bab 10 Keberuntungan Memihak
11
Bab 11 Bertemu Sesepuh Desa
12
Bab 12 Terjebak
13
Bab 13 Sadar Dari Pingsan
14
Bab 14 Sosok Baru
15
Bab 15 Mia Di Temukan
16
Bab 16 Evakuasi Jasad Mia
17
Bab 17 Kenyataan Pahit
18
Bab 18 Akhirnya Pulang Ke Rumah
19
Bab 19 Ada Yang Ingin Di Sampaikan
20
Bab 20 Kesurupan
21
Bab 21 Khawatir
22
Bab 22 Ketemu Bu Andri
23
Bab 23 Menyusun Rencana
24
Bab 24 Kabar Bahagia
25
Bab 25 Berangkat Ke Desa Simo Kuning
26
Bab 26 Sampai Di Desa Simo Kuning
27
Bab 27 Membantu Warga
28
Bab 28 Pemandangan Mengerikan
29
Bab 29 Rombongan Jin
30
Bab 30 Undangan Untuk Viya
31
Bab 31 Manusia Atau Bukan
32
Bab 32 Melarikan Diri
33
Bab 33 Rombongan Pengantin
34
Bab 34 Viya Di Kepung
35
Bab 35 Masa Lalu Sukamti
36
Bab 36 Warga Tak Membela
37
Bab 37 Di Lamar
38
Bab 38 Yu Sukamti Menikah
39
Bab 39 Keturunan Ke Lima
40
Bab 40 Abah Ke Kota
41
Bab 41 Pulang Kampung
42
Bab 42 Teror Setan Gondrong
43
Bab 43 Kesurupan
44
Bab 44 Taufik Kesurupan
45
Bab 45 Menampakkan Diri
46
Bab 46 Mereka Pergi
47
Bab 47 Mbah Kuru
48
Bab 48 Tertangkap
49
Bab 49 Di Beri Tanda
50
Bab 50 Aku Yang Bingung
51
Bab 51 Penampakan Asli Desa
52
Bab 52 Penampakan Asli Desa 2
53
Bab 53 Dimas Hilang
54
Bab 54 Dimas Hilang 2
55
Bab 55 Bisikan Tari
56
Bab 56 Dimas Pulang
57
Bab 57 Pencarian
58
Bab 58 Penampakan
59
Bab 59 Keramaian Warga
60
Bab 60 Pengantin Dalam Tandu
61
Bab 61 Jasad Tari
62
Bab 62 Petunjuk
63
Bab 63 Kampung Jin
64
Bab 64 Tawanan Itu Mereka
65
Bab 65 Tulang Belulang
66
Bab 66 Sampur Abang
67
Bab 67 Terjebak
68
Bab 68 Bingung
69
Bab 69 Menceritakannya
70
Bab 70 Rahasia Besar
71
Bab 71 Di Ikuti
72
Bab 72 Sosok Sampur Abang
73
Bab 73 Leluhur
74
Bab 74 Tempat Pengungsian
75
Bab 75 Awal Cerita
76
Bab 76 Warga Marah
77
Bab 77 Di Usir
78
Bab 78 Desa Baru
79
Bab 79 Menjadi Warga Desa Sumber Dukun
80
Bab 80 Pembersihan
81
Bab 81 Bu Sum Kabur
82
Bab 82 Pencarian Bu Sum
83
Bab 83 Bu Sum Ditemukan
84
Bab 84 Goa
85
Bab 85 Jasad Tumbal
86
Bab 86 Gubuk Mbah Yaroh
87
Bab 87 Disesatkan
88
Bab 88 Mengalahkan Siluman Ular
89
Bab 89 Bayi Hilang
90
Bab 90 Gangguan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!