Bab 9 Sosok Menyeramkan

Perempuan yang tampak lebih muda dari ku bergidik ngeri melihat ku . Dia bersembunyi di belakang tubuh Widia tapi masih tetap berusaha melihat ku .

Mbak Widia menutup pintu rumah dan menggandeng perempuan itu untuk mendekati ku .

" Mirna , ini yang aku maksud kan " .

" Si siapa dia mbak , apa dia hantu nya Laras ? " .

" Aku juga gak tau Mir , kita akan cari tau " .

" Ka kamu siapa , kalau bukan hantu nya Laras ? " .

Perempuan yang baru ku ketahui bernama Mirna itu mencoba membuka obrolan dengan ku .

" Nama ku Viya , aku juga ndak tau kenapa tiba - tiba ada di desa ini , aku juga tak mengenal kalian " .

" Ya sudah , begini saja di kampung kami sedang ramai dengan kematian Laras yang kata nya bunuh diri , kamu jangan kemana - mana selain dengan kami , aku takut kamu sedang dalam bahaya " . Widia mencoba memperingati ku .

" Aku harus panggil kalian apa ? " . Tanya ku pada mereka .

" Panggil saja aku Widia dan ini Mirna masih tetangga ku , rumah nya juga tepat di sebelah kanan rumah ini , sekarang kamu ceritakan apa yang membuat mu sampai ke desa ini ? " . Widia memperkenalkan diri nya dan juga tetangga nya itu .

Aku menceritakan dari mulai aku menemukan dompet Titin , melihat foto perempuan cantik berbaju merah dan sampai akhir nya aku tiba - tiba terbangun dan sudah berada di gubug sawah tempat Widia menemukan ku .

" Tapi wajah kamu kenapa persis wajah Laras ya ? " . Mirna yang sudah tak takut lagi dengan ku mulai menelisik wajah ku .

" Mbak Widia kita harus sembunyikan Viya dulu , jangan sampai ada warga lain yang tau " . Mirna seperti nya mengkhawatirkan sesuatu .

" Iya kamu bener Mir , kita akan cari tau dulu keadaan di luar " .

" Oh ya mbak , aku tadi mendengar dari salah satu warga kalau Laras sebetul nya kematian nya di anggap gak wajar " .

" Maksud kamu Mir ? " .

" Kalau sebagian warga sih bilang kalau .. " . Mira tak melanjut kan kalimat nya karena sengaja aku potong tak peduli kalau mereka marah .

" Maaf , pantang bagi kita menyebut nama seseorang yang sudah tiada , karena mereka sudah beda alam dengan kita sebab terkadang makhluk astral jika ada yang memanggil atau menyinggung maka dia akan menghampiri , jadi mending di sebut almarhumah aja , kata mbah ku sih begitu " .

" Yo wes kita sebut dia gitu aja piye mbak Wid ? " .

" Iya setuju , gitu aja " .

" Warga bilang kalau dia mengakhiri hidup nya sebab putus asa di tinggal anak nya yang meninggal " .

" Memang nya anak nya umur berapa Mir " . Jiwa kepo ku pun meronta ingin tahu lebih detail nya .

" Masih bayi , belum genap empat puluh hari umur nya , kata nya sih kena sawan tapi kalau sawan kok tubuh nya bisa menyusut seperti abis di hisap darah nya " . Mirna tampak bergidik saat menceritakan nya .

" Maksud mu piye tho Mir ? " . Widia kembali bertanya .

" Yo iku mbak Wid , awake dadi garing koyo kayu sing di pepe " . { Ya itu tadi mbak Wid , tubuh nya jadi kering seperti kayu yang di jemur } .

" Kok bisa gitu ya Mir , apa kamu gak salah lihat ? " .

" Ora mbak Wid , tenanan iku " .

" Terus gimana kabar jenazah tadi Mir ? " .

" Kata bapak sih tadi mau di makam kan besok pagi mbak soal nya sekarang sudah sore " .

" Berarti sekarang di rumah orang tua nya ya ? " .

" Iyo mbak , terus saiki piye , ora mungkin Viya di tinggal " .

" Viya kamu berani di sini sendirian ? " .

" Be berani mbak , tapi kalau aku mau ke kamar mandi di mana mbak ? " .

" Kamar mandi masih satu rumah di dalam rumah ini , kamu tinggal jalan lurus aja ke arah dapur , kamar mandinya masih satu ruangan sama dapur " .

Mbak Widia mengambil jaket yang di gantung di paku . Di dalam rumah ini ada tiang kayu penyangga atap yang di tempel paku untuk menggantung apapun .

" Oh ya , kamu kalau butuh apapun di rumah ini ambil aja , anggap rumah sendiri , aku tinggal sendirian , mbah ku sudah meninggal kalau aku belum pulang jangan pernah buka pintu siapapun yang memanggil kamu selain aku " .

Mbak Widia menghampiri ku dan berbisik , aku pun mengangguk kan kepala tanda mengerti .

Sepeninggal mereka aku segera mengunci pintu dari dalam , kunci pintu yang hanya di ganjal dari kayu panjang yang di sanggah kan di antara dua daun pintu di sisi kanan dan kiri nya .

" Betul - betul masih rumah jaman dulu " .

Aku tak tahu apa yang akan aku lakukan setelah ini , aku bahkan masih bingung kenapa bisa ada di desa ini .

KRASSAKK !!

Aku mendengar bunyi daun dan ranting kering yang terinjak . Ku tajam kan pendengaran ku tapi aku tak mendengar lagi suara apapun .

Mata ku memindai benda - benda yang berada di ruang tamu ini mencari sesuatu yang bisa aku gunakan sebagai senjata jika ada orang jahat yang masuk ke dalam rumah ini .

BRAKK BRAKK !!

Suara gebrakan mengejutkan ku untung nya aku tak reflek berteriak , reflek tangan ku mengambil sapu penebah (sapu lidi pembersih kasur) yang fi letak kan di atas dipan kayu .

Di sudut ruangan ini ada satu kursi yang bagian bawah nya tertutup rapat oleh papan meja di depan nya yang aku gunakan untuk bersembunyi .

BRUAKK !!

Terdengar suara pintu utama seperti di hempaskan hingga terbuka lebar . Aku bergetar kekuatan seperti apa yang bisa mendorong pintu kayu jati yang di tahan dengan kayu berat setebal jengkal tangan ku .

CIPAK !! CIPAK !!

Suara langkah kaki yang basah cenderung becek menapaki lantai tanah di rumah ini . Aku membekap mulut ku cepat . Suara nya sangat mengerikan seperti kaki yang sedang berjalan di genangan air berlumpur .

Aku berusaha menarik napas dalam - dalam dengan kuat tetapi dengan perlahan , takut siapapun yang sedang berada di ruangan bersama ku kali ini mendengar napas ku .

 Langkah kaki itu berhenti tepat di dekat ku , meskipun masih dengan tubuh gemetaran karena takut aku mencari celah supaya bisa melihat apa atau siapa yang ada di hadapan ki kini .

Saat aku sudah bisa mengintip dari sela samping meja , aku membekap mulut ku . Di hadapan ku berdiri sosok tinggi besar berambut panjang sepaha tetapi gimbal dan acak - acakan . Gigi - gigi nya tampak tajam karena mulut nya terbuka lebar , mata nya besar entah sebesar apa aku hanya memperkirakan seperti telur tapi kurang besar berwarna merah .

Seluruh tubuh nya mengelupas dan mengeluarkan lendir berwarna merah kehitaman . Aku sangat ketakutan terlebih saat sosok itu seperti mencari - cari keberadaan ku . Sungguh aku berada di posisi yang sangat menegangkan .

Aku tak tahu akan melakukan apa kalau sampai sosok itu menemukan keberadaan ku . Ada banyak kelabang , lintah dan binatang serupa yang keluar dari tubuh nya semakin membuat ku merasa ngeri .

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!