Bab 11 Bertemu Sesepuh Desa

" Mbah ku pernah bilang mbak , kita harus mengucap salam sebelum masuk ke desa orang , lha ini kan sudah nyampe gapura desa nya , ayo mbak kita ucap salam dulu " .

Tanpa membantah mbak Widia mengikuti saja ajakan ku , mungkin pikir dia toh itu hal yang baik juga seperti kita kalau bertamu ke rumah orang .

" Rumah nya yang mana mbak ? " .

" Nah itu dia Vi aku juga belum pernah ke rumah nya , aku cuma tau kalau sesepuh desa kami tinggal di desa ini " .

" Kalau gitu kita tanya aja mbak warga di sini , tapi kok sepi ya mbak ? " .

" Ya ampun Vi aku kok bisa lupa kalau jam segini kan penduduk banyak yang ke sawah termasuk mbah Noto " .

" Terus kita nyusul ke sawah gitu mbak ? " .

" Iya kita ke sawah aja , di sana pasti ketemu warga biar di tunjukkan sawah nya yang mana " .

Aku tak menjawab lagi tapi berjalan mengikuti langkah kaki mbak Widia yang berjalan mendahului ku .

Desa ini hawa nya sangat sejuk , suasana nya juga membuat hati merasa tenang sangat berbeda dengan desa tempat mbak Widia tinggal .

Meskipun sudah menjelang siang tapi udara di desa ini tetap sejuk atau mungkin karena masih banyak pohon - pohon tinggi dan besar yang mengayomi jalan dari sengatan cahaya matahari .

Suara - suara burung juga bersahut - sahutan dari dahan ke dahan . Suasana desa yang sangat memanjakan mata .

Sesekali aku melihat ayam - ayam di lepas bebas di pekarangan rumah warga . Ternyata bukan hanya ayam tapi ada anak kambing juga bebek .

Bahagia sekali penduduk di sini bisa menikmati pemandangan yang asri .

" Vi , itu sawah nya " . Suara mbak Widia mengejutkan lamunan ku .

Sawah kuning dan sebagian masih hijau menguning membentang sangat luas di hadapan ku . Di sana banyak warga yang sedang sibuk .

" Seperti nya warga sibuk semua ini mbak " .

" Iyo kalau musim tanam dan panen ya begini Vi " .

" Assalamu'alaikum " . Ucap ku pada seorang bapak yang melintas di hadapan kami .

" Wa'alaikum salam , ono opo mbak ? " .

" Maaf pak kami nyari rumah mbah Noto di sebelah mana ya pak ? " .

Bukan nya segera menjawab tapi bapak itu malah memperhatikan ku dengan intens .

" Maaf pak , di mana rumah mbah Noto ? " . Ulang ku lagi .

" Eh , mbak nya bukan orang sini ya ? " .

" Ngge pak , saking kota " . Mbak Widia menjawab cepat .

" Oh , umah cat putih ngarep umah ono wit bidara , kelor karo pring kuning kae " . { Oh , rumah bercat putih yang di depan rumah nya ada tanaman bidara , kelor dan bambu kuning itu } .

Bapak itu menunjuk ke arah rumah yang di maksud .

" Ngge pak , matur nuwun " .

" Mbak ! " . Bapak itu memanggil lagi .

" Ngge pak ? " .

" Ojo lali ucap salam lek nyampe teras umah mbah Noto " . @{ Jangan lupa ucap salam kalau sudah tiba di teras rumah mbah Noto } .

" Ngge pak , matur nuwun " .

" Mbak Widia , baik banget orang itu mengingat kan kita " .

" Iya ya sama kayak mbah yang ketemu kita di jalan tadi , mudah - mudah seterusnya kita ketemu sama orang baik " .

Mbak Widia menggandeng ku mengajak segera berjalan menuju rumah mbah Noto .

Setiba nya di depan rumah mbah Noto kami berhenti , ku lihat keadaan rumah dari luar seperti nya sangat sepi .

" Mbak rumah nya sepi banget " .

" Kits coba saja siapa tau beliau di dalam " .

" Assalamu'alaikum ,, Assalamu'alaikum " . Aku dan mbak Widia mengucapkan salam secara bergantian .

" Sepi mbak , apa mungkin mbah Noto masih di sawah ya mbak ? " .

" Kita tunggu aja kalau gitu di sini Vi " .

Aku dan mbak Widia akan segera berteduh di samping pohon bambu kuning yang sudah agak tinggi , tapi kami urung kan setelah mendengar suara pintu terbuka .

KRIIEETTT !

Serentak aku dan mbak Widia menoleh ke arah rumah . Tapi kami tak melihat siapa pun yang membuka pintu .

" Lah , kemana orang yang sudah membuka pintu tadi mbak ? " .

" Gak tau Vi , aku juga gak lihat siapa yang sudah membuka nya " .

" Terus gimana ini mbak ? " .

" Coba kita dekati yuk " .

Aku dan mbak Widia berjalan kembali ke arah teras dan mengucapkan salam lagi , tetap tak ada jawaban .

" Ayo Vi " . Mbak Widia melepas alas kaki nya dan aku mengikuti .

Dia melongok kan kepala nya ke dalam rumah yang pintu nya terbuka setengah .

" Assalamu'alaikum " . Aku pun mengucap salam lagi .

" Wa'alaikum salam , masuk lah " .

Tanpa pikir panjang aku dan mbak Widia masuk ke dalam rumah setelah di persilahkan .

Di dalam tampak tikar berwarna hijau yang terbentang di lantai . Di atas nya ada meja kecil dengan sesisir buah pisang dan sebuah kendi di samping nya .

" Duduklah " .

Aku terkejut saat terdengar suara bariton dan bersamaan dengan keluarnya seorang laki - laki dari dalam bilik .

Aku dan mbak Widia menurut saja . Meski begitu aku dan mbak Widia sama - sama terdiam belum ingin memulai percakapan .

" Katakan apa yang membuat kalian ingin menemui ku , apalagi kalian bukan warga desa ini " .

" Ini mbah , anu " .

" Biar aku saja mbak yang bicara " . Aku menawarkan diri untuk mengatakan tentang tujuan kami .

" Maaf mas .. " .

" Panggil saja , mbah " . Ujar laki - laki mudah di hadapan ku .

" Maaf tapi anda tampak sangat muda seperti nya seumuran saya " .

" Semua orang melihat ku masih muda akan tetapi umur ku sudah sangat tua , sekarang katakan apa tujuan mu ke sini ? " .

" Maaf mbah , nama saya Viya , tujuan kami kemari untuk mengantarkan saya bertemu sama mbah , saya memang bukan berasal dari desa ini atau pun dari desa tempat tinggal mbak Widia , saya sendiri juga tidak tau kenapa bisa berada di desa Simo Kuning mbah .

Seingat saya , saya sedang berada di tempat kerja saya dan melihat foto seorang perempuan berambut panjang dan memakai baju warna merah , perempuan itu cantik dan sedang tersenyum tapi dari sorot mata nya tampak sedang bersedih , setelah itu saya mendekat ke cermin warisan dari mbah uti di dalam nya saya melihat perempuan yang ada di foto , setelah itu saya ndak tau apa yang terjadi .

Begitu tersadar saya sudah bangun dan berada di gubug tengah sawah desa Simo Kuning mbah " .

Mbah Noto kemudian memejamkan mata setelah mendengarkan cerita ku . Mbak Widia juga tampak terdiam sama dengan ku yang menunggu mbah Noto membuka suara lagi .

" Nduk Viya , apa semalam ada yang mendatangi mu ? " .

" A ada mbah , sosok yang sangat menyeramkan , saya ndak tau itu laki - laki atau perempuan , sosok itu tinggi besar berambut panjang sepaha tetapi gimbal dan acak - acakan . Gigi - gigi nya tampak tajam karena mulut nya terbuka lebar , mata nya besar berwarna merah .

Seluruh tubuh nya mengelupas dan mengeluarkan lendir berwarna merah kehitaman . Ada banyak kelabang , lintah dan binatang serupa yang keluar dari tubuh nya juga mbah " .

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!