Bab 8 Laras

" Kamu adalah keturunan yang terpilih , kamu lah yang akan membebaskan kami " .

Ingin rasa nya aku bertanya tapi bibir ini terkunci rapat dan aku tak mampu membuka nya meskipun hanya sekedar mengeluarkan suara lirih .

" Jangan takut , aku masih keluarga mu dan kamu keturunan kelima ku , temukan segera kotak bergambar mawar hitam itu supaya tak ada lagi korban dari cermin ini " .

Sesaat kemudian aku merasa seperti terhempas ke belakang , punggung ku membentur lemari tempat aku mengoleksi kebaya dan perlengkapan lain nya .

" Vi ,, Viya " .

Suara itu , aku seperti mengenal nya tapi kenapa sulit sekali membuka mata ini .

" Sayang , nduk kamu kenapa ? " .

Kali ini aku mendengar suara ibu , entah kenapa bisa ada suara ibu juga .

Hawa dingin menjalar ke dalam tubuh ku , aku tak mampu lagi menggerakkan badan ku , selain hanya bisa menggigil tanpa bisa bersuara .

Tubuh yang tadi nya menggigil tiba - tiba terasa begitu hangat . Aku buka perlahan mata ku yang entah sudah berapa lama terpejam .

" Bu " . Aku memanggil ibu yang menyandarkan kepala nya di sofa tempat aku berbaring .

" Nduk , kamu sudah bangun ? " .

" Apa yang terjadi kenapa ibu terlihat seperti khawatir ? " .

" Kamu itu bikin ibu mu khawatir tau Vi " . Titin ternyata sudah ada di sini .

" Kamu ngapain tadi baringan di lantai nduk ? " .

Viya tadi merasa pusing sedikit bu , tapi ndak pa pa Viya baik - baik aja sekarang .

" Oh ya Vi kebaya nya may aku bawa me laundry atau gimana ini ? " . Tanya Maya yang aku lihat sudah berganti pakaian dan menghapus make up nya .

Sepertinya aku sudah lama tak sadar diri tadi .

" Biarin aja May , biasa nya baju - baju koleksi aku cuci dan rawat sendiri , kalau di laundry kan sering rusak sebab yang nyuci ndak hati - hati " .

" Oh ya sudah , aku hanger aja ya kalau gitu " .

" Iya May " .

" Ayo kalian makan dulu , ibu tau kalau kalian pasti pulang dari acara jam segini , jangan di tolak sebab ibu sudah sengaja masak yang banyak ini tadi " . Ibu ku memang sangat lah perhatian pada dua sahabat ku , sebetul nya bukan hanya pada mereka tapi pada orang lain pun juga begitu .

" Ibu pulang dulu ya nduk , temen pengajian ibu mau ada yang maen ke rumah " .

" Ibu hati - hati ya di jalan " . Ujar Titin .

" Bu , Viya antar sebentar " .

" Ndak usah nduk kamu makan aja " .

" Jangan menolak bu , lagian di sini ada Titin sama Maya juga " .

" Iya bu di antar Viya aja " . Maya ikut menimpali .

" Baiklah kalau gitu " .

Aku mengantar ibu sampai rumah tapi tak ikut masuk , jadi aku langsung balik lagi ke ruko .

Sesampai nya di ruko aku tak melihat Titin dan Maya .

" Apa mereka pulang tanpa pamit sama aku ya " . Tanya ku dalam hati .

" Tin .. May .. " .

Tak ada jawaban atau suara apapun di dalam ruko , hening .

" Kamu harus hati - hati " .

Sekelebat bayangan ada di belakang ku saat aku menghadap ke cermin . Bisa aku rasakan kalau baru saja ada yang lewat dan membuat buku kuduk ku memang .

Aku memejamkan mata untuk menetralisir rasa takut ku .

" Bismillahirrahmanirrahim " . Ku buka kembali mata ku , aku berada di sebuah desa yang mirip dengan desa yang menjadi kampung halaman kedua orang tua ku .

Sawah yang membentang luas dengan padi yang berwarna hampir menguning seperti nya sebentar lagi warga akan segera memanen nya .

" Ras , ngapain kamu bengong di sini , yuk kita pulang , sudah panas nih nanti kulit kita bisa semakin gosong " .

Aku menoleh ke samping kanan , ada seorang perempuan seperti nya berusia ku . Tapi aku heran kenapa dia memanggil ku Ras , Ras siapa yang dia maksud .

" Hei , malah ngelamun piye sih , mau pulang apa mau di tinggal di sini ? " .

Tanpa menjawab aku mengangguk kan kepala dan mengikuti langkah nya yang entah akan pulang kemana .

Kurang lebih lima belas menit kami berjalan dengan perempuan itu berjalan lebih dulu di depan ku sampai akhir nya dia masuk ke dalam sebuah rumah sederhana dan aku mengikuti masuk ke dalam nya .

" Ras , kamu dari tadi diam terus apa lupa cara ngomong sih , kok aneh gitu " .

" Aku ndak pa pa hanya sedikit bingung aja " .

" Maksud kamu piye Ras ? " .

" Aku .. " .

" Ngomong aja ojo di pendem Ras " .

Aku menghela napas , gimana cara ku bilang kalau aku bahkan tak mengenal nya .

" Aku ndak ingat apa - apa " .

" Apa Ras ? , apa maksud kamu ngomong gitu ? " .

" Aku ndak tau kamu siapa " .

" Kamu apa sedang gila ya Ras , eh hilang ingatan gitu Ras ? " .

" Aku juga ndak tau kenapa ada di desa ini " .

" Jangan ngelantur kamu Ras , kalau ada yang denger nanti kamu bisa di tangkap terus di bawa ke pengasingan " .

" Maksud kamu pengasingan ? " .

" Ya kamu akan di tangkap terus di buang di dalam hutan , kalau kamu sudah ingat pasti kamu pulang lagi ke desa ini , itupun kalau gak di makan duluan sama hewan buas yang tinggal di hutan " .

Aku bergidik ngeri membayangkan hal itu benar terjadi pada ku .

" Amit - amit jabang bayi , jangan sampai aku mengalami hal tragis kayak gitu " . batin ku yang sedari tadi berperang melawan takut dan was - was .

" Assalamu'alaikum , mbak Wid , mbak Widia " . Terdengar suara seorang perempuan muda di luar rumah .

" Iya Mir sek .. tunggu .. " .

Aku baru tau kalau perempuan yang mengajak ku pulang ini bernama Widia . Tapi siapa lagi perempuan yang di luar sana .

Aku penasaran tapi tak ikut keluar , aku memilih diam dan duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamu rumah ini saja .

Aku juga tak bisa mendengar apa yang mereka bicara kan di luar rumah .

Sembari menunggu , aku memperhatikan seisi rumah ini . Rumah sederhana yang lantai nya masih berupa tanah , dinding nya masih berupa kayu papan yang di susun sedemikian rupa dan rapi .

Atap rumah pun terlihat genteng nya tanpa plafon seperti rumah jaman kebanyakan di kota .

" Ono opo tho Mir ? " .

" Sampean wes krungu kabar durung mbak Wid ? " . {Kamu sudah dengar kabar belum mbak Wid ? }

" Ngomong sing jelas Mir , ono opo ? " . { Ngomong yang jelas Mir , ada apa ? } .

" Laras mbak , Laras m**i gantung diri " .

" Astaghfirullah , ojo ngapusi kowe Mir " . { Astaghfirullah , jangan bohong kamu Mir } .

" Ora mbak , iki tenanan " . { Enggak mbak , beneran } .

Widia berpikir kalau Laras benar sudah meninggal , lantas siapa yang ada di dalam rumah nya . Dia bergidik ngeri tapi juga bingung harus berbuat apa .

" Mir , aku mung percoyo karo kowe , janji ora mbocorne rahasia yo ? ! " . { Mir , aku hanya percaya sama kamu , janji jangan bocor kan rahasia ya ?! } .

" Iyo mbak " .

Widia menarik tangan Mira dan membawa nya masuk ke dalam rumah .

" Astaghfirullah , mbak Wid " .

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!