Aku merasa ada sesuatu yang lunak menggeliat menyentuh jemari kaki ku . Kepala ku menatap ke bawah , seekor lintah persis di samping kaki ku .
Lintah itu seperti menatap ku sebelum akhir nya lintah itu membuka mulut nya seperti akan berteriak .
Benar dugaan ku lintah itu mengeluarkan suara yang sangat kecil tapi sosok tinggi besar di hadapan ku seperti mendengar laporan dari suara lintah yang tadi sempat terdengar .
Jantung ku berdetak kencang saat mendengar langkah sosok itu semakin mendekat .
HAAAAAARRRGGHH !!!!
Air liur sosok itu keluar menetes - netes di lantai dekat jari kaki ku , aku hampir saja ikut berteriak saking takut nya mendengar teriakan nya .
Mungkin sosok itu kesal karena tak menemukan apa - apa di rumah ini . Usai mengangkat dipan dan membanting nya sosok itu keluar di ikuti binatang - binatang tadi termasuk lintah yang tadi ada di bawah ku .
Sesaat rumah ini begitu hening , aku tak berani bergerak selain menyandarkan punggung ku di dinding kayu belakang ku .
" Hei kowe ra po po ? " . Aku terkejut ada yang menepuk bahu ku .
" Mm mbak Widia ? " .
" Iyo " .
Mbak Widia berdiri membalikkan badan nya dan berjalan cepat menuju pintu dan mengunci nya kembali dengan kayu , beruntung pintu nya tak rusak dan masih bisa di tutup dan di kunci lagi .
Mbak Widia membantu ku berdiri dan mendudukkan ku di kursi tempat aku bersembunyi tadi . Aku masih menggigil ketakutan .
Dipan kayu yang di banting sosok tadi menjadi terbalik , mbak Widia bersusah payah membalikkan dan menata nya kembali ke tempat semula . Aku hanya melihat tak bergerak membantu nya . Rasa nya aku sangat lemas dengan kejadian tadi .
Aku belum tahu apa yang sebenar nya terjadi di desa ini . Apa sebab sosok tadi berada di desa ini dan kenapa sosok tadi meneror di desa ini .
" Mbak Widia " . Aku menghampiri mbak Widia yang tengah sibuk membereskan barang - barang berantakan akibat ulah sosok tadi .
" Ono opo Vi ? " .
" Aku takut mbak " .
" Ra po po , kamu istirahat dulu Vi " .
" Ndak bisa mbak , aku takut sosok itu datang lagi mbak " .
" Sudah jangan di pikirkan besok pagi kita ke rumah sesepuh di desa ini , tadi aku sudah cerita tentang kamu pada nya " .
Keesokan pagi nya usai sholat subuh mbak Widia mendekati ku dengan membawa ubi rebus dan dua cangkir teh yang uap nya masih mengepul .
" Vi , kita sarapan ini saja ya , biar kita bisa segera ketemu mbah Noto " .
" Siapa mbak ? " .
" Sesepuh desa ini , tapi dia tinggal di desa sebelah , jaraknya 9 kilometer dari sini , tapi kita gak ada kendaraan selain delman yang lewat nya pun tak bisa di pastikan " .
Aku menganggukkan kepala memahami kondisi di desa ini .
" Maka nya kita berangkat sehabis sarapan ini ya , kita jalan kaki saja kelamaan nunggu delman lewat " .
" Iya mbak ndak pa pa , tapi ubi nya masih banyak mbak " .
" Ya ini nanti bisa kita bawa buat bekal di perjalanan " .
" Apa ada botol mbak , biar bisa bawa air minum juga " .
" Sudah aku siapin masih di dapur " .
" Mbak , aku masih bingung dengan yang sudah terjadi " .
" Nanti juga kamu akan tau Vi , bagaimana apa kita berangkat sekarang ? " .
" Ayo mbak , sini aku yang bawa bekal nya " .
Mbak Widia memberikan ku kantong plastik berisi ubi dan air minum yang di masukkan ke dalam kain panjang . Mbak Widia membantu ku memakai nya , jadi teringat para perempuan jaman dulu kalau pulang dari kebun .
" Ayo mbak " .
" Sebentar Vi aku bawa payung dulu jaga - jaga kalau hujan " .
" Masih musim hujan ya mbak ? " .
" Iya tapi sudah jarang " .
Mbak Widia mengunci pintu dari luar dengan gembok dan menyembunyikan nya di bawah pot tanaman samping rumah . Sebetulnya bukan pot pada umum nya sih tetapi panci yang mungkin sudah tak bisa digunakan memasak lagi .
" Kalau capek bilang ya Vi , kita bisa beristirahat sebentar " .
" Iya mbak " .
Aku dan mbak Widia berjalan beriringan , tak ada hal yang kami bicarakan . Entah sudah berapa lama kami berjalan , aku cuma merasa sudah berjalan sangat jauh dan kaki ku sudah mulai pegal .
Ku lihat mbak Widia tampak sesekali menyeka keringat di wajah nya dengan kerudung yang dia kenakan .
" Mbak ,, " .
" Iya Vi ? " .
" Mbak Widia yakin masih kuat jalan nya ? " .
" Masih Vi , kita sudah lewati sepertiga perjalanan , di depan sana ada pohon besar di samping jalan , kita bisa istirahat sebentar " .
Cuaca sangat terik seperti sudah jam 11 siang , tapi tak mungkin se siang itu sebab kami keluar dari rumah jam 5 pagi yang aku lihat di jam dinding .
" Sini Vi duduk sini " .
Mbak Widia mengeluarkan tikar kecil yang tadi di gulung dan ikat jadi satu dengan payung .
" Di bawah sini sejuk ya mbak meskipun terik matahari nya " .
" Iya kalau sedang gak hujan Vi , kalau hujan ya kita bingung mau duduk di mana kalau mau istirahat " .
" Iya juga ya mbak " .
" Minum nya Vi " .
Aku mengeluarkan sebotol air minum dan ubi nya yang di buntal di dalam kain yang aku gendong .
" Assalamu'alaikum " .
Aku dan mbak Widia sontak terkejut tiba - tiba ada yang mengucap salam .
" Wa'alaikum salam " . Aku serempak menjawab dengan mbak Widia .
" Mbah nyuwun toyo ne pareng ? " . { Mbah minta air nya boleh ? " .
Aku paham maksud mbah tadi tapi aku tak bisa menjawab dengan bahasa yang lebih halus .
" Pareng mbah , monggo " .
Mbak Widia menyodorkan sebotol air minum yang belum di buka dari dalam buntalan kain .
" Niki mbah wonten telo , monggo di dhahar " . { ini mbah ada ubi , silahkan di makan } .
" Matur nuwun nduk " .
" Ngge mbah sami - sami " .
" Nduk , kowe wong apik nanging sing ati - ati , wujud apik kadang ora apik , wujud olo kadang yo ora olo " . { Nduk , kamu orang baik tapi harus hati - hati , bentuk yang baik belum tentu baik , bentuk buruk juga belum tentu buruk } .
Belum sempat kami menjawab , angin berhembus dari arah kanan kami menyebabkan aku dan mbak Widia sama - sama melindungi mata supaya tak terkena debu yang berterbangan .
Ketika angin sudah kembali tenang aku tak melihat lagi si mbah yang tadi berada di hadapan kami .
" Mbak Wid " . Aku berbisik pada mbak Widia .
" Ono opo Vi ? " .
" Mbah yang tadi kemana mbak ? " .
" Iyo Vi kok ilang ? " .
Mbak Widia juga sama terkejut nya dengan ku .
" Mungkin tadi sudah pergi waktu kita menunduk tadi mbak " .
" Iyo mungkin yo Vi , wes ayo lanjut melaku maneh " .
Aku membantu mbak Widia membereskan barang bawaan kami dan melanjutkan perjalanan . Tak sampai satu jam menurut perkiraan ku kami tiba di gapura sebuah desa .
" Mbak Wid , sebentar " . Aku menarik tangan nya pelan .
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 48 Episodes
Comments