Sesampainya di apartemen Mina,Zavi tidak langsung pulang ia mengantar Mina hingga masuk dan menunggu nya untuk benar benar istirahat.
"Kamu minum obat tadi pagi kan,makan dulu sekarang nanti minum obat lagi!"
Zavi membuka lemari pendingin dan mengeluarkan beberapa macam bahan makanan.
"Kamu ingin masak untuk ku Zavi?" tanya Mina dengan wajah tersenyum.
"Heemmmm tunggu saja di kursi,dan duduk dengan tenang.Aku tidak suka kau mengusik ku yang sedang masak."
Mina dengan senang hati beralih di sofa panjang yang menghadap televisi.Melirik Zavi yang sedang memasak, memulai nya dengan menyalakan kompor dan menampung air di dua panci kecil.
"Ingat,jangan kesini sebelum aku selesai!" Zavi memberi peringatan pada Mina lelaki itu pun meninggalkan ponsel di atas meja dapur dan masuk ke kamar mandi.
Tak berselang lama ponsel pun berbunyi,Mina yang tahu itu langsung berdiri.
"Zavi ada telepon!" teriak Mina,dan mana mungkin lelaki itu mendengar saat air sedang mengucur.
"Hufhh dasar budeg!" Umpat Mina lalu ia pun meraih ponsel dan menggeser icon warna hijau.
"Hallo..."
"Hallo,ini dengan siapa ya?" tanya Mina sekali lagi.
"Maaf yang punya ponsel sedang di kamar mandi ,jika anda tidak mau berbicara saya matikan saja!"
Ponsel pun dimatikan oleh Mina,panggilan di akhiri sepihak.
Nissa,penelpon itu adalah Nissa.Ia ingin bertanya pada Zavi tentang makan malam apa yang ingin di buatkan, namun sayang panggilan nya berubah keterkejutan.Ternyata suara wanita yang menjawab dan memegang ponsel suaminya.
Bukan nomor Zavi yang berganti,namun ponsel Nissa yang baru karena yang sebelum nya ia tinggal di pondok.Namun hanya kontak Zavier yang tidak ada karena pesan nya selalu di hapus oleh nya.
"Zavier?... Ini benar kan nomor Zavier?" ia pun bertanya sendiri dan menggelengkan kepalanya,tidak percaya dengan apa yang di dengar tadi.
Ingin rasanya bertanya lagi pada Mamah Galina no ponsel Zavi,namun berkali-kali mencocokan nomor dan ia merasa tidak mungkin salah,karena Mamah Galina juga memberikan kontak nya langsung.
Mondar mandir di depan ranjang akhirnya ia mencoba mencari cara,meyakini dirinya jika itu nomor ponsel Zavi.
"Zavi aku baru selesai beberes baju ku,lemariku yang ruangan nya kosong bukan? Bagaimana jika aku membuka koper mu nanti akan aku bereskan juga baju baju mu?"
Nissa mengirimi gambar koper Zavi.
Tring!!
"Tidak usah repot-repot,nanti aku akan membereskan nya sendiri, menyingkir lah tangan mu dari koper ku Nissa!"
Tak menyangka jika pesan Nissa langsung di balas oleh Zavi,ia pun langsung terduduk,dan ternyata benar jika itu nomor Zavi.
Lalu wanita tadi?
Nissa sudah bisa menebak sejak tadi di pondok,Zavi menyembunyikan sesuatu dan mungkin juga seseorang yang menjemput di bandara adalah orang yang sama Nissa maksud.
Astaghfirullah.
.
.
.
Hingga malam hari Zavi tak kunjung pulang,Nissa bahkan di apartemen sendiri tanpa ada seorang pun,sesekali membaca buku dan menonton televisi.
Masakan yang ia buat bahkan sudah dingin.Tahu,wortel,dan sedikit daging.Nissa menumis nya menjadi satu dengan di campur bumbu kecap seafood.Lemari pendingin tak ada apapun tersedia di sana tapi Nissa membeli online di ruko bawah dan kurir mengantar nya.
Melirik pada jam di dinding nyata nya waktu sudah menunjukan pukul delapan.Terpaksa ia mengirim pesan lagi.
"Zavi... Dengan tidak mengikut campurkan urusan mu,aku ingin bertanya kamu sebenarnya dimana?"
"Ini sudah larut malam,aku bahkan sudah memasak untuk mu"
Pesan Nissa hanya di baca dan tidak di balas.Ia pun gelisah.
Hingga pukul sepuluh Nissa tak kunjung tidur,ia terus menunggu Zavi.Ponsel pun berdering.
"Hallo?..."
"Assalamualaikum Nissa?"
Nissa berfikir sejenak suara di sebrang sana sangat tidak asing.
"Umi?.."
"Iya.. Memang nya kamu menunggu telfon dari siapa,kenapa salam umi tidak di jawab nduk?" ucap Umi di sebrang sana.
"Walaikumsalam maaf Umi.Nissa menunggu telfon dari Zavi" suara nya sangat pelan.
"Loh memang kemana suami mu,ini sudah malam? Waktu di Jogja dan Jakarta tidak berselisih,coba tanyakan lagi dimana suami mu"
"Iya Umi sebentar Nissa tanyakan"
"Ya sudah umi matikan dulu telfon nya,jaga diri baik-baik ya nduk. Assalamualaikum"
"Nggih Umi, walaikumsalam"
.
.
.
"Zavi,jujur perempuan tadi yang menerima telfon ku siapa?"
Akhirnya Nissa memberanikan diri mengirim pesan lagi kepada Zavi.
"Ingat kalian bukan muhrim,dosa jika berlama lama berdua tanpa ada orang lain lagi."
"Pulang Zavi"
Sama dengan sebelum nya,pesan Nissa hanya terbaca dan mungkin saja Zavi tidak ingin membalas nya.
Ponsel berdering kembali.Dan itu Mamah Galina.
"Assalamualaikum Mah" jawab Nissa.
"Apa benar Zavier belum pulang Nissa?" tanya Galina.
Ting!!
Bersamaan dengan itu pintu apartemen terbuka,Nissa pun beranjak dari sofa dan melihat ke depan.Ternyata Zavi dengan wajah yang sembab dan pakaian yang kucel.
"Zavi sudah pulang Mah,maaf Nissa tutup dulu telfonnya, assalamualaikum"
"Baik nak, walaikumsalam"
Nissa pun meletakkan ponsel nya di meja dan mendekati Zavi.
"Kamu dari mana?"
Zavi mendongak,dia baru saja melepas sepatu dan mengganti sandal rumahan.
"Aku capek Nissa,bisakah nanti saja pertanyaan itu aku jawab?"
Nissa pun hanya diam meraih kembali ponselnya dan mengekor Zavi masuk ke dalam kamar.
"Aku ingin mandi"
Nissa mengangguk "Sebentar aku siapkan dulu air hangat"
Wanita itu pun langsung masuk ke dalam kamar mandi dan mengisi air hangat di bathtub.
Keluar dari sana sudah melihat Zavi bertelanjang dada dengan handuk yang membelit di pinggang.
"Mau aku buatkan teh atau kopi?" tawar Nissa saat suami nya akan masuk ke kamar mandi.
"Air putih hangat saja"
Nissa kembali ke dapur menyiapkan air hangat dan membawa nya ke kamar meletakkan di nakas sebelah ranjang Zavi.
Kamar yang nyaman bagi Nissa,ia sudah mengganti seprei dan menyemprotkan parfum di ranjang.Merasa semua sudah selesai dan mematikan lampu ruangan yang tak digunakan Nissa pun menaiki ranjang dan bersandar.
Zavi keluar dari kamar mandi sudah menggunakan kaos dan celana pendek diatas lutut,rambutnya masih berantakan.Ia pun melompat kecil ke atas ranjang dan meletakkan kepalanya di atas kedua paha Nissa yang bersila,seketika itu pula Nissa terkejut.
Tangan nya perlahan bergerak dan mengusap rambut Zavi yang sedikit basah.
"Perempuan yang menjawab telfon mu Amina,Mina anak angkat Ayah Hafi dan Bunda"
Tanpa diminta Zavi menjelaskan.
"Dia adik ku,dan aku beritahu pada mu hubungan kita sangat dekat.Aku harap kamu tahu itu Nissa"
Nissa pun mengangguk seolah ia paham dan harus memaklumi itu.Posisi Zavi masih telungkup dengan wajah yang miring dan tertutup rambut yang sudah mulai panjang.Dengan sangat lembut Nissa mengusap dan membelai rambut suami nya hingga dengkuran halus terdengar.
"Lihat Umi,Zavi sudah pulang dan Nissa berhasil membuat dia nyaman"
"Mamah,Zavi sudah pulang dan kini sudah tertidur"
Bukan hanya mengirimi pesan pada Umi nya,ia juga mengirim pesan pada Mamah Galina.Dan foto Zavi yang sedang tidur di atas pangkuan nya.
.
.
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
sedekat apapun tetaplah tidak pantas, zavi & mina bukan muhrim, bahkan pernah saling mencinta
2024-03-26
1