"Mah..Nissa mau ngomong!" ucap Zavier,kedua manusia anak dan menantu datang di hadapan nya tiba tiba.
Wajah Nissa sudah tidak enak di pandang karena Zavier selalu memaksa nya.
"Apa?..Bicara saja,tidak usah sungkan jika tidak terlalu pribadi" jawab Galina.
Nissa pun menoleh,di sana ada keluarga suami nya berkumpul.
"Maaf.. Boleh Nissa hanya bicara dengan Papah dan Mamah?" ucapan nya terbata karena belum terbiasa.
Mendengar itu Galina pun menoleh pada saudara ipar di sisi samping kanan dan kirinya.
Tanpa menunggu intrupsi mereka pergi satu persatu meninggalkan Galina,Riza,Zavi dan juga Nissa.Mereka pengertian dengan keadaan dan situasi.
"Bicara lah,apa yang ingin Nissa sampaikan?" ucap Galina membuka obrolan,suami nya hanya diam sesekali menoleh.
Begitu juga dengan Nissa,ia bahkan tidak membuka buka bibir nya dan masih diam.
"Nissa,bicaralah..tidak usah malu!" ucap Galina lagi.
"Begini Mah,apa tidak apa-apa jika nanti Nissa saat di bawa Mas Zavi tidak tinggal satu rumah dengan Mamah dan yang lain?"
Mendengar ucapan Nissa,Galina pun menoleh pada Zavier bergantian dengan Riza.
"Kenapa begitu?" tanya Galina kembali.
"Jika ada dua ratu didalam satu rumah bukan kah bisa menimbulkan perselisihan dan saling iri,di luar dari itu Nissa ingin mandiri membangun rumah tangga bersama mas Zavi."
Ucap Nissa,seolah dia yang menginginkan itu.Sementara Zavi diam dan menunggu jawaban dari orang tua nya.
Ucapan Nissa cukup masuk akal bisa jadi karena privasi mereka yang tidak mau di ketahui oleh siapapun,terlebih pengantin baru.Galina dan Riza pernah merasakan itu.
"Memang mau tinggal dimana kalian?" Tanya Riza pada Nissa.Nissa pun bingung ingin menjawab apa,yang tahu hanya lah Zavi.
"Kalau itu keinginan Nissa,nanti aku akan menyewa apartemen saja Pah!" jawab Zavi.
"Apa benar kalian yang menginginkan, tidak ada sesuatu yang sedang kalian rencanakan bukan?" Mata Galina memicing melihat anak dan menantu nya bergantian.
Nissa pun menggeleng.
Astaghfirullah Zavi,kamu membuat aku berbohong pada Mamah dan Papah mu sendiri.Kita belum lama bertemu tapi aku sudah membuat dosa.Maafin Nissa Ibu.
Sudah pasti hanya di dalam hati saja Nissa mengucapkan itu.Sebenarnya ia tidak mau namun Zavi benar memang harus mandiri dan lepas dari orang tua.
"Pakai apartemen keluarga saja bagaimana?" tanya Riza memberikan saran.
"Pah disana hanya satu kamar nya!"
Sontak mata Riza membulat. "Maksud mu apa,kalian tinggal di satu apartemen dan akan berbeda kamar? Tidak seperti itu Zavi, Papah pernah seumur mu.Kau belajar agama di sini lama.Hak dan kewajiban suami istri itu harus seimbang,Papah tahu ini perjodohan.kalian lambat tahun pasti akan saling mengisi dan jatuh cinta.Bukan kah pacaran yang halal lebih menyenangkan dari pada belum halal pacaran?" ucap Riza panjang lebar dan Zavi berdecak.
"Bukan itu maksud ku Pah,pembantu kamar untuk pembantu..."
"Maaf menyela.." ucap Nissa.
"Nissa tidak ingin ada pembantu selagi Nissa masih bisa mengerjakan.Hanya Nissa dan mas Zavi keperluan kita belum banyak lagi pula Nissa bisa mengerjakan itu semua"
Galina tersenyum mendengar menantu nya bicara,tutur kata nya lembut,suara nya bahkan enak di dengar dan membuat terngiang.
Wanita yang sudah memasuki usia tiga puluhan lebih itu menggenggam tangan Nissa.
"Mamah percayakan Zavi pada mu Nak, Mamah yakin kau akan menjaga,mengingatkan jika ia salah,dan kamu pasti akan sangat sabar dengan nya!" Lirikan Galina di lihat oleh Zavi.
"Apasih mah,aku tidak seperti itu!"
.
.
.
Hingga akhirnya malam semakin gelap,satu persatu sudah ijin untuk undur diri.Mereka semua masuk kedalam kamar yang sudah di sediakan.
Galina membawa selimut dari ruang laundry dan akan masuk ke dalam kamar,namun langkahnya terhenti di depan pintu kamar Nissa.Hening tidak ada suara sama sekali.
"Apa mungkin kamar wanita memakai penyadap suara?" gumam Galina.
Ceklek!!
"Sedang apa Na?" Riza keluar dari kamar dan menoleh,istrinya ternyata sedang mencuri dengar aktifitas di dalam sana.
Husssttttt! Jari telunjuk Galina berada di ujung bibir.
Riza terkekeh melihat itu,ia meraih tangan Galina untuk cepat masuk ke kamar nya sendiri yang telah di siapkan pihak pondok.
"Kita pernah, tidak usah macam macam!!"
Galina pun memulas senyum di bibir nya sendiri.Ya dia ingin bermaksud mencuri dengar anak nya dengan menantu nya satu kamar bersama untuk pertama kalinya.
.
.
.
"Tidurlah jika sudah mengantuk,aku tidak suka drama kau takut disentuh oleh ku!" Ucap Zavier santai.
"Aku juga tidak mau tidur di bawah,sofa atau kursi.Tidurlah bersebelahan disini.." ucap nya lagi.
Nissa pun naik ke ranjang.Ia tahu selimut sudah di gunakan oleh Zavier dan dia mengalah tidak memakai nya.Berganti baju dengan baju tidur yang panjang dan mencuci muka nya sendiri,semua ia lakukan di dalam kamar mandi.Bahkan keluar dari kamar mandi Nissa masih menggunakan kerudung nya.Ia benar benar menjaga,padahal lelaki disebelah adalah suami meski baru pernikahan secara agama.
Memiringkan tubuhnya dan memunggungi Zavier yang masih dengan posisi setengah duduk dan bersandar.Nissa tak juga kunjung memejamkan mata,ia meletakkan kedua telapak tangan nya di bawah pipi untuk menjadi bantalan.
Tak!!!
"Astaghfirullah!!.." ucap Nissa dan seketika ia bangun,padahal baru saja akan terlelap.Ia pun langsung terduduk di pinggiran.
Meski di dalam gelap Zavi bisa melihat itu.
"Kau kenapa?" tanya Zavi.
"Tolong jangan matikan semua lampu,aku tidak bisa dan rasanya dadaku sesak.." jawab Nissa ia memegangi dada nya.
Zavi pun menyalakan lampu tidur di sebelah nya dan kembali menoleh pada Nissa.
Gadis itu bernafas dengan terburu buru dan meremas baju tidurnya di bagian dada.Merasa bersalah karena tidak tahu Zavi pun panik dan meraih gelas yang berisi air di sampingnya.
"Ini minum lah,maaf aku tidak tahu jika kau phobia gelap"
Uluran gelas dari tangan Zavi pun diterima oleh Nissa dan sedikit demi sedikit wanita itu meminum nya.
"Terimakasih.."
Lima menit hingga sepuluh menit berlalu Zavi masih menunggu Nissa tenang hingga nafas nya beraturan.
"Nissa.." Panggil Zavi dan Nissa masih diam.
Hingga panggilan yang ke tiga kali nya Nissa menoleh.
"Katakan lampu yang mana saja yang aku masih nyalakan?"
Menelan Saliva nya Nissa pun bicara.
"Kamar mandi,lampu tidur ku dan lampu emergency di atas pintu" ucap Nissa lembut.
"Apa tidak terlalu terang?" Zavi sebenarnya keberatan di sebelah nya tidur ada lampu menyala.
"Kalau begitu emergency saja" ucap Nissa.
Ya Nissa mengalah karena mungkin Zavi tidak suka tidur dengan penerangan yang menyala.
.
.
.
To be continue
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 95 Episodes
Comments
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
komunikasi mereka bagus. zavi mungkin tak seperti yg nisha duga.
2024-03-25
0