#10 Sakitnya Ayah

Karena desakan Uda Raihan agar aku segera pulang, aku pun hanya memenuhi panggilan satu perusahaan saja. Dan keesokan harinya aku langsung berangkat ke Padang, Sumatera Barat memakai pesawat terbang.

Setelah hampir dua jam menempuh perjalanan darat dari padang ke Solok. Akhirnya aku sampai di rumah. Rumah terlihat sepi. Bahkan pagar pun terkunci.

"Assalamualaikum. Bundaaa"

Tidak ada sahutan dari dalam rumah. Aku memutuskan untuk menelpon bunda.

Sejak kemarin, bunda tidak mengangkat telepon dariku.

"Raima?"

Seorang tetangga menegurku. Aku langsung mencium tangan mak Ria, tetangga dua rumah dari rumah kami.

"Bilo baliak?"

"Baru saja etek, bunda kemano etek?"

"Apakmu sakik ma. Di rumah sakit. Awak tak tau?"

Aku hanya menggeleng mendengar perkataan mak Ria. Kenapa Uda menutupi dariku. Jika uda bilang dari kemarin ayah sakit, aku pasti akan langsung pulang.

Setelah berterima kasih pada mak Ria. Aku langsung memesan taksi online menuju rumah sakit sambil terus menelpon Bunda dan Uda.

#My Big Bro

Kamar 365 ya dek.

Hanya itu chat yang kudapat dari Uda. Setelah aku memborbardir Uda dengan telpon dan chat.

"Kenapa Uda tidak langsung memberitahu Ima dari kemarin kemarin?"

Pertanyaan itu langsung kulontarkan pada Uda.

Saat ini, kami berdua duduk di depan rawat inap ayah.

Ketika tadi aku sampai di rumah sakit tempat ayah dirawat, aku langsung menangis memeluk ayah. Karenanya uda langsung membawaku keluar ruangan agar ayah dapat beristirahat.

"Uda tahu, kamu mudah panikan. Kamu punya penyakit jantung dek. Kamu sendiri di Surabaya, Uda tidak mau ada apa apa denganmu lagi. Kalo Rayyan, kasian dia. Tidak boleh terlalu banyak pikiran. Dia sedang bertugas disana."

"Apa sakitnya ayah uda? Apa Uda juga akan menyembunyikannya dari kami?"

"Tidak, karena itu Uda memintamu cepat pulang. Supaya bisa menemani Bunda menjaga ayah sambil uda mencari pengobatan yang terbaik untuk ayah."

"Sakit apa ayah?"

"Kamu ingat ayah suka sekali sakit perut? "

Aku menggangguk.

"Diagnosa dokter sekarang ayah terkena kanker usus."

"Kanker Usus?seberapa parah Uda?"

"Stadium 2. Karenanya kita harus cepat mengobati àyah. Beberapa rekan dokter Uda menyarankan untuk berobat ke Jakarta. Mencari pendapat kedua".

"Ima ikut saja mana yang terbaik. Uni Raisa sudah tahu?"

"Sudah, Raisa juga setuju jika ayah kita bawa berobat ke Jakarta. Raisa bilang, dia akan mengurus pesawat dan penginapan untuk ayah."

Aku hanya diam. Untuk saat ini aku tidak bisa berbuat banyak. Karena aku belum memiliki pendapatan sendiri yang pasti. Yang kulakukan sekarang hanya mendukung apapun keputusan kakak kakakku.

"Agung juga menyarankan untuk ke Jakarta. Dia yang akan mengurus semuanya di Jakarta. Tapi uda tidak nyaman merepotkan mereka."

"Mereka itu siapa Uda?"

"Ya Agung, Dewi istrinya Agung. Kalo tau Ayah sakit, pasti juga mertua Agung ikut repot. Uda gak enak merepotkan banyak orang."

Aku hanya menarik nafas dalam. Teringat tentang pertemuanku dengan Mbak Dewi istri Mas Agung saat wawancara beberapa hari lalu.

"Mereka baru saja tau kalo ayah sakit, uda?"

"Iya, tadi malam Uda baru memberitahu Agung."

"Pantas Mbak Dewi tidak mengungkit masalah sakitnya ayah."

"Kamu sudah bertemu Dewi?"

Aku mengangguk.

"Saat wawancara"

"Mungkin karena di kantor, jadi Dewi tidak membicarakan masalah pribadi."

"Uda salah. Malah terbalik. Mbak Dewi bukannya wawancara, tapi malah menanyai Ima masalah pribadi. Pacar juga di tanya".

Uda tertawa.

"Dewi mau mencarikan jodoh buat adiknya Dewa".

"Kenapa harus dicarikan? Apa adenya mbak Dewi ada kekurangan?"

Uda menggeleng.

"Lelaki idaman malahan. Tampan, gagah, pintar."

"Trus kenapa harus di cari carikan jodoh? Kan bisa cari sendiri. Banyak pasti yang antri. Yang bersedia dijadikan istri."

"Mereka takut, yang mendekati Dewa hanya mau hartanya saja. Tidak tulus dengan Dewa".

Aku tertawa kecil.

" Kayak sinetron aja sih Uda."

Uda pun ikut tersenyum.

Kami terus berbincang banyak hal. Sampai kemudian wajah bunda muncul di depan pintu.

"Ima, di cari ayah nak."

Bunda memanggilku. Aku pun mengangguk dan beranjak masuk bersama Uda.

"Apa kabarmu nak?"

Ayah mengulurkan tangan yang kusambut dengan mencium telapak tangan ayah bolak balik berkali kali.

"Ima sehat ayah"

"Maafkan Ayah nak"

Aku memandang ayah dengan wajah heran.

"Kenapa ayah minta maaf ke Ima?"

"Ayah tidak menghadiri wisudamu"

Ayah berkata dengan lirih. Kulihat mata ayah berkaca kaca.

"Tidak masalah ayah, ada Uda yang menemani Ima waktu itu."

Bunda mendekatiku. Mengelus pundakku. Sambil sesekali mencium kepalaku.

"Ayah waktu itu sudah sakit Ima. Tidak ada yang tahu selain bunda dan Udamu. Karena itu Uda sendiri yang berangkat. Bunda tidak bisa meninggalkan ayahmu".

Bunda menjelaskan sambil terus mengelus pundakku dengan lembut.

"Ima mengerti bunda"

Aku pun meraih tangan bunda dengan tanganku yang lainnya. Melakukan hal yang sama,mencium telapak tangan bunda berkali kali.

Aku ingat satu bulan yang lalu, aku menangis di malam wisuda ku karena Ayah dan Bunda tidak bisa hadir. Begitu pula dengan Rayyan dan Uni yang saat itu sedang bertugas. Padahal aku sudah memberitahu mereka jauh hari sebelumnya. Rayyan tidak bisa mendapatkan cuti. Dan Uni Raisa masih dalam penerbangan karena adanya jadwal pesawat yang di cancel. Akhirnya, hanya Uda yang mendampingiku. Itu pun karena bertepatan Uda akan menghadiri seminar di Yogya.

Tanpa sadar, air mataku menetes. Dengan cepat aku menghapusnya karena takut terlihat ayah yang masih memandangiku.

"Sejak kapan pakai kerudung?"

Ayah menggerakkan tangannya yang kugenggam, menyadarkanku dari lamunan.

"Setelah Wisuda, ayah."

"Kenapa memutuskan berkerudung?"

"Kewajiban sebagai muslim kan ayah? Wajib untuk menutup auratnya."

"Masya Alloh, ayah bahagia. Kamu mengurangi dosa ayah nak."

Aku kembali mencium tangan ayah.

"Ayah ingin tahun ini semua berkumpul. Kita lebaran bersama. Ayah takut, tidak ada kesempatan ayah lagi untuk lebaran bersama kalian di tahun depan."

"Ayah jangan bicara seperti itu. Uda akan mencari pengobatan terbaik untuk ayah."

"Ada keinginan terakhir ayah sebelum ayah di panggil yang kuasa."

"Ayah, jangan bicara seperti itu."

Aku kembali menciumi tangan ayah.

"Ayah bersungguh sungguh Raima. Hanya kamu dan Uni mu yang bisa memenuhinya."

Aku kembali mengerutkan keningku.

"Apa maksud ayah?"

"Keinginan setiap ayah adalah melihat anaknya menikah. Ayah sudah melihat Udamu menikah. Keinginan ayah yang lain lagi adalah menikahkan putri ayah. Ayah ingin menjadi wali nikah putri ayah. Ayah ingin langsung menikahkan dan menjabat tangan menantu ayah."

Aku terdiam untuk beberapa saat.

"Menikah? Ayah bisa meminta pada Uni lebih dulu. Raima belum akan menikah sebelum mempunyai pekerjaan tetap."

"Raima juga belum punya calon. Ayah bisa bertanya pada Uni. Uni bilang lebaran ini akan membawa seseorang."

Ayah tersenyum memandangku.

"Banyak lamaran yang masuk ke ayah. Ayah tinggal meminta persetujuanmu"

"Lamaran? Raima? Ayah bercanda."

"Tanya bundamu. Berapa banyak lamaran yang datang untukmu. Ayah tidak bercanda."

"Serius Bunda?"

Bunda mengangguk kemudian tertawa kecil.

"Setiap ada yang datang, uda pikir mereka meminta Raisa, ternyata mereka datang untuk Raima. Bahaya jika Raisa tahu."

Uda pun tertawa sama seperti Bunda.

"Kenapa Ima, uda?"

"Entahlah. Kamu liat saja nanti sendiri di buku catatan bunda. Siapa siapa saja yang melamarmu."

Aku mengerucutkan mulutku. Sedikit penasaran dan juga aneh. Kenapa harus aku? Gadis cuek cenderung tomboy yang tidak bisa berdandan sama sekali. Dibandingkan Uni Raisa, yang anggun, manis serta pintar bersolek. Diriku tidak ada apa apanya.

Ah biarlah. Toh aku juga tidak akan menerima satu pun lamaran itu. Aku ingin mencari pekerjaan lebih dulu. Mewujudkan satu demi satu impianku. Mencari uang sebanyak banyaknya. Biar aku bisa terbang bebas kemana pun yang aku inginkan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!