Serba serbi pencari kerja

"Hasilnya akan di umumkan dalam satu minggu via email. Jadi silahkan di cek nantinya di email yang telah didaftarkan"

Para pencari kerja serempak mengangguk termasuk diriku. Setelah tiga hari kami melewati tahapan penerimaan karyawan di RAJA.BARATA GRUP. Hari ini adalah tahapan terakhir. Di sesi wawancara tadi aku bertemu mbak Dewi, putri pak Barata pemilik perusahaan.

"Kamu Raima?"

Mbak Dewi memulai percakapan kami.

"Iya bu. Saya Raima"

"Jangan panggil ibu, mbak saja ya. Kamu lupa sama saya?"

Aku menunjukkan wajah bingung.

"Kalo Mas Agung kenal?"

"Mas Agung dokter yang orang yogya?"

"Iya" Mbak Dewi mengangguk.

"Kenal mbak, sahabat uda saya".

"Saya juga kenal sama uda kamu. Sama Istrinya, anaknya juga adek adeknya".

"Saya adeknya mbak?"

Mbak Dewi tertawa.

"Kamu yang belum pernah mbak lihat. Kalo Raisa sudah pernah main kerumah. Juga Rayyan".

Aku hanya tersenyum.

"Raisa ada mampir mengantarkan titipan dari Dewa adik saya. Katanya mereka ada bertemu waktu Raisa flight ke LA".

Aku mengangguk kecil.

"Sudah punya pacar ma?"

Aku kaget dengan pertanyaan Mbak Dewi yang melenceng dari pekerjaan yang kulamar.

"Hehehehe, gak usah kaget gitu lah. Masalah kerjaan gak usah mbak tanya lagi. Mbak yakin kok sama kemampuan kamu. Sudah banyak penghargaan lomba dimana mana. Kamu tinggal tunggu email aja ya".

"Gak nepotisme kan mbak?"

"Hahahaha benar kata suami saya. Kamu itu orang yang berprinsip. Gak lah, prestasimu kan juga okey. Rugi kalo perusahaan gak merekrut kamu."

"Saya dapat panggilan juga di Surabaya mbak. Saya bisa menerima di sana jika memang ada nepotisme disini".

"Hahahaha, sudah mbak bilang. Kami yang rugi jika tidak merekrut kamu. Jadi, berapa gaji yang kamu mau?"

Aku kembali tercengang.

"Kamu lucu ma. Kayaknya mamah juga bakalan suka kalo kamu jadi menantu keluarga barata."

"Maksudnya Mbak?"

"Udah, gak usah dipikirkan. Jadi, gak mau nulis nih berapa digit yang di mau buat dimasukan ke rekeningmu?"

"Sesuai kebijakan perusahaan aja mbak"

"Raima, keahlian kamu tu harus dihargai sepantasnya. Jadi, jika kamu di wawancara dan dihadapkan pada pertanyaan tentang gaji. Kamu sebut saja. Harga yang pantas buat keahlian kamu."

"Iya mbak. Raima mengerti".

"Bener nih, sesuai kebijakan perusahaan saja? Mbak kasih satu juta mau? Kabur kamu keperusahaan lain hahahhaa"

Mbak Dewi tertawa dan aku hanya tersenyum.

"Mbak kasih penawaran lain mau?"

"Penawaran mbak?"

Mbak Dewi tersenyum sambil memandangiku.

"Jadi, menantu keluarga barata mau?"

"HAH?"

"Hahahah bercanda ma, tapi kalo di iyakan, mbak tambah senang."

Aku hanya tersenyum.

"Tunggu email dari kami ya. Dan ade saya titip salam buat kamu. Katanya kamu wajib di terima di perusahaan ini kalo mau dia kembali ke Indonesia. Kamu boleh keluar, nanti yang lain protes lagi kamu kelamaan."

Aku mengangguk sambil tersenyum walaupun banyak pertanyaan di benakku tentang ucapan terakhir mbak Dewi tadi.

"Permisi Mbak?"

"Hati hati ya ma, jangan kejar tawon ya di luar"

Aku pun kembali tersenyum sambil menutup pintu. Ah, pasti suaminya mbak Dewi yang cerita kalo aku suka bermain dengan tawon.

Bakal tersebar nih kalo aku adalah ratu lebah hihihihi.

#########

"Ma, Aku yakin kamu pasti di terima."

Aku sekarang sedang bersama Maya, duduk manis di sebuah warung makan sambil menunggu makanan pesanan kami datang.

"Kamu dukun? anak pemilik perusahaan? Atau diam diam kamu pemegang saham?"

"Kalo mo ngatain aku itu, mbok yang tinggian lagi. Aku tu pemilik perusahaan. Yang sekarang ini cuman menjalankan saja"

"Ada yang dengar. Auto di tolak lamaranmu May"

Maya celingak celinguk melihat sekitar.

"Aman, gak da yang pakai baju seragam perusahaan ku lihat".

"Kalo ternyata warung makan ini punya keluarganya? Atau keluarga karyawan?"

"Ah, ojo medeni toh ma"

Aku tertawa melihat ekspresi Maya.

"Ternyata preman seperti kamu bisa takut juga ya."

"Penampilanku aja yang preman. Tapi hatiku itu sebenarnya ustadzah."

"Emang seperti apa hatinya ustadzah?"

"Seperti kamu mungkin ma."

"Gak enak banget ada kata mungkin itu"

Maya tertawa sampai beberapa orang yang duduk di dekat kami memperhatikan kami. Pesanan kami datang. Kupikir Maya akan diam ternyata tetap saja.

"Tapi beneran Ma, aku yakin kamu bakal jd karyawan barata grup."

"Amin. Kuaminkan aja ya May. Kamu juga, aku berharap kamu pun akan di terima. Jadi kita bisa sama sama."

"Kita Bacakar dong?"

"Hah? Apaan?"

"Bakal calon karyawan. Hahahaha"

"Hus, anak cewek ketawanya kok kayak gitu. Udah diam, makan!"

Dan Maya pun benar benar diam sampai makanan di depannya habis. Aku hanya tersenyum melihat teman baru ku ini. Selalu ceria, entahlah apa memang kepribadiannya seperti itu atau ada yang di tutupinya dengan keceriaannya itu. Semoga Maya memang seperti itu adanya.

LOVE YOU..

Jangan lupa votenya yaa

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!