Aku memandangi lima amplop berisikan pemanggilan kerja untukku. Dua perusahaan berada di Jakarta. Dua di yogyakarta dan satu di surabaya.
Jika aku memberitahu Ayah, akankah Ayah bangga padaku? Akankah Ayah menerima bidang yang sekarang kutekuni. Ah, biar aku membuktikannya dulu. Biar Ayah melihat sendiri bagaimana aku bisa berhasil.
Aku memutuskan untuk lebih dulu mendatangi perusahaan yang di Yogyakarta sebelum aku pulang ke solok di awal puasa ini. Aku memutuskan pulang kampung untuk menggunakan jalur darat. Jadi aku bisa sekalian mendatangi tiga perusahaan lainnya yang berada di luar Yogya.
Aku sudah mempersiapkan diriku dengan baik hari ini termasuk penampilanku sebelum aku keluar kamar kost.
"Bismillahirrahmanirrahim.." Aku membuka pintu kamar kostku. Beberapa anak kost menghentikan kegiatan mereka dan memandangku.
"Wah Mbak Raima.. cantik tenan"
Si Mbak penjaga kost mendekatiku dan memandangi perubahan pakaianku.
"Begitu dong seharusnya seorang muslimah itu" Mbak Ami yg dari semarang dan terkenal dengan mulut cerewetnya ikut mengomentariku.
"Alhamdulillah, semoga istiqomah ya Ma."
Mbak Ratna, teman curhatku di kost memelukku.
"Doakan ya semua, masih belajar juga"
Aku tersenyum kepada mereka semua.
Aku pun kemudian pamitan kepada mereka dan mulai mengendarai motor peninggalan masa Uda Raihan kuliah dulu (bayangkan bagaimana tuanya itu motor 🙈). Aku meninggalkan sekian banyak tatapan-tatapan mata anak penghuni kostku.
Kenapa mereka memandangiku??
Karena aku mengubah penampilanku.
Aku, Raima. Si Gadis tomboy yang cuek dengan penampilan.
Selalu memakai baju kaos oblong dan celana jeans, yang akan aku padukan dengan kemeja tangan panjang di bagian luar kaos oblongku jika aku kekampus. Atau aku hanya akan menutupi kaos oblongku dengan hoodie jika aku harus keluar kost di malam hari.
"RAIMA!!!! bisa gak sih rambut tu di sisir dulu sebelum kuliah, jadi cewek kok jorok sih"
Aku masih ingat teriakannya mbak Ratna ketika aku kesiangan bangun dan harus kuliah pagi. Aku hanya mengikat kuda rambut sebahuku tanpa menyisirnya.
"Raima, kamu mandi gak sih?"
Itu protesannya Mbak Ratna yang lainnya.
Tapi hari ini, Mbak Ratna memelukku tanpa bertanya aku sudah mandi atau belum ketika melhatku keluar kamar dengan penampilan baru.
Karena aku mulai hari ini memutuskan untuk menutup auratku.
Ya, tatapan-tatapan mata terkejut itu sangat terlihat ketika aku keluar dari kamar kostku.
Aku menggunakan celana kain yang tidak sempit seperti jeans dan juga tidak lebar seperti kulot.
Memakai baju tunik sepanjang setengah pahaku.
Dan memakai jilbab berwarna senada dengan bajuku.
Aku sudah memutuskan. Jika aku berniat untuk menutup auratku, maka aku harus benar-benar serius. Aku sudah menjual celana jeansku satu demi satu dan mulai membeli celana kain.
Kenapa ku jual ketukang loak? Karena aku memang perlu uangnya, paling tidak bisa untuk membeli beberapa lembar jilbab.
Aku juga sudah mengumpulkan beberapa pakaian panjang sejak semester akhir kuliahku. Kemeja tangan panjang yang dulu kupakai dengan cara kumasukan ke dalam celana jeansku, sekarang masih bisa kupakai, tapi tidak kumasukan kedalam celana. Aku harus menutupi bokong dan dadaku jika memang aku ingin berhijab. Itu yang sudah kuputuskan sebelum aku merubah penampilanku.
Aku tidak ingin berhijab yang setengah-setengah. Dimana, bokong dan dada masih terekpos dengan jelas. (Maaf ye, jika ada pembaca budiman yang terusik hehehehe)
Dan perlu kalian tahu. Aku hanya mempunyai satu celana kain warna hitam, satu warna coklat dan satu warna biru gelap. Kan aku bisa mencucinya berulang-ulang nanti hehehehe.
Yang penting niatku untuk memakai jilbab setelah aku lulus kuliah sudah kulakukan dengan keterbatasan biaya untuk membeli pakaian penunjangku berhijab.
Aku hanya membeli banyak jilbab berbentuk segi empat. Karena kupikir, orang-orang tidak akan memperhatikan apa pakaian atau celana yang kupakai itu berganti jika aku terus berganti jilbab setiap harinya. Orang-orang hanya akan fokus melihat jilbabku. Apalagi jika model jilbabku itu di puter dan di lilit-lilit. Untung bukan di puter, di jilat dan di celupin yaa 😁🙈😃
########
Aku sudah keluar dari satu perusahaan yang memanggilku. Satu jam waktuku menunggu untuk dipanggil wawancara dan hasilnya akan kuterima dalam waktu satu minggu.
Perusahaan ini akan mengijinkan karyawannya untuk kuliah S2 dengan syarat masa kerja sudah satu tahun dan sudah menunjukkan kemampuan pada perusahaan.
Hmmm, sepertinya perusahaan ini akan tercoret dari daftar lima perusahaan yang memanggilku.
Menunggu satu tahun, beasiswa S2 ku akan hangus dengan sendirinya. Terkecuali perusahaan ini mau membiayai kuliahku.
Aku melajukan kendaraanku ke perusahaan yang kedua. Karena ini pertama kalinya aku memakai helm dengan menggunakan jilbab. Aku merasa telingaku sedikit terjepit, dan kepalaku sedikit sakit karena kesalahanku dalam mengikat rambut.
Sebagai catatan, jika menggunakan helm, jangan ikat rambut menjadi cempol kecil. Jilbab akan terlihat bagus dengan adanya cempol kecil di bagian belakang kepala kita, tapi helm yang kita gunakan akan susah masuk dan membuat bagian kepala kita menjadi sakit.
Sekian catatan dari Raima.
Perusahaan kedua yang memanggilku adalah perusahaan yang baru berdiri. Mereka memang memerlukan karyawan dengan jurusan pendidikanku ini. Mereka akan langsung menerimaku bekerja, bahkan hari ini juga.
Tapi aku meminta waktu untuk memikirkannya dulu sambil aku pulang kampung dan berdiskusi dengan keluargaku.
Perusahaan yang kedua ini mengijinkanku untuk lanjut kuliah S2 asalkan aku kembali bekerja pada mereka setelah lulus. Mereka akan tetap memberiku gaji selama aku kuliah S2 dengan syarat aku masih mengerjakan orderan desain yang perusahaan perlukan. Mereka memberiku waktu satu minggu untuk menjawab tawaran mereka, Sedangkan aku masih harus mendatangi tiga perusahaan lainnya lagi. Lagi lagi perusahaan yang di Yogya ini tercoret dari daftarku.
"Jika kamu menerima pekerjaan di Yogya, kamu juga bisa mengabdi di almamatermu nanti"
Kata-kata dosen kesayanganku kembali terngiang. Tapi bagaimana aku bisa menerima pekerjaan di Yogya jika tidak sesuai dengan yang kuinginkan. Terlalu tinggi kah keinginanku??
Kuhempaskan pantatku pada kursi panjang kayu di sebuah kedai makanan langgananku di dekat kampus sambil mengipas ngipaskan tanganku mengurai gerah di tubuh.
Baru satu hari, aku merasa seluruh keringat keluar di badanku dan kepalaku terasa gatal. Bagaimana dengan mereka yang memutuskan untuk bercadar. Aku saja sudah kegerahan begini.
"Ini mbak, silahkan." Suara remaja tanggung yang membawa pesanan makananku membuatku mengangguk.
"Terima kasih ya de"
"Mbak e cantik."
"Eh?"
"Iya, Mbaknya cantik pake hijab"
Aku hanya tersenyum sambil kembali mengucapkan terima kasih dan bersiap menyantap makananku.
"Kalo di puji sama seseorang itu, ucapkan Masya Allah"
Seseorang tiba tiba duduk di sampingku. Aku sedikit tersedak sambil menoleh. Aku menenguk air untuk menetralkan tenggorokanku.
"Bisa gak kalo datang tu ucap salam dulu, minta ijin untuk duduk. Jangan kayak jelangkung" Protesku pada seseorang yg duduk di sampingku.
"Tadi sih niatnya begitu, tapi di batalkan hehehehe"
"Gak usah nyengir kayak kuda gitu. Sana gih,aku mau makan"
"Makan ya makan aja ma, gak usah ngusir juga kali. Udah pake hijab, tu mulut jangan lagi terlalu pedes kalo ngoceh"
Aku mendelik tidak suka. Kuacuhkan sosok disampingku dan mulai kembali makan.
"Kapan balik kampung?"
Aku tidak menjawab karena aku masih mengunyah. Pantang bagiku makan sambil berbicara.
"Mulai kapan pake Hijab?"
"Bener ternyata, kamu tambah cantik pake hijab"
Aku tetap diam sambil terus menikmati makananku.
"Boleh aku ikut pulang kampung?"
Aku mendelik tidak suka.
"Kalo gak boleh ikut pulang kampung, boleh gak aku jadi imam kamu?"
Aku menenguk air mineral yang kupesan.
"Entar pertanyaannya di list aja, jadi aku tinggal kasih ya apa tidak untuk jawabannya"
"Ma, kamu gak pernah anggap aku serius yaa?"
"Serius kok, aku ga pernah menyepelekan omongan orang"
"Tapi Ma.."
Aku mengangkat tanganku sebagai tanda kalo dia harus berhenti bicara.
"Udah berapa kali juga aku bilang, kalo aku gak bisa. Aku gak punya perasaan lebih ke kamu. Aku juga gak mau pacaran"
"Aku siap kok kalo kita langsung nikah"
"RANGGA"
"Iya, iya maaf. Tapi aku masih bolehkan telpon kamu?"
Aku hanya mengangguk.
"Masih bolehkan merindukan kamu?"
Aku menarik nafas panjang.
"Masih bolehkan menyukai kamu? kali aja nnt kamu berubah pikiran?"
Aku menghembuskan nafas panjang.
"Aku balik ya, capek. Habis puter puter tadi. Assalamualaikum"
Aku berdiri lalu menuju meja kasir.
"Raima..."
"Assalamualaikum Rangga..."
"Ya udah deh, hati hati yaa.. Waalaikumsalam"
Aku membunyikan klakson motor sebelum berlalu meninggalkan Rangga..
Ya Rangga.. Teman kuliahku, yang dari semester awal sudah menyatakan suka padaku. Rangga yang lembut, yang tidak pernah marah, bukan hanya padaku tapi pada semua wanita.
"Wanita itu harus disayang, karena kita lahir dari rahim seorang wanita"
Itu dulu yang di ucapkannya pada kami teman teman sekelasnya.
"Beruntung lue kalo jadi pacarnya Rangga"
"Aduh Raima, kenapa lue tolak cowok sabar macam Rangga?"
"Raima, kamu idiot ya.. kamu cuman manfaatin Rangga aja ya?"
Semua ucapan itu pernah di lontarkan padaku.
Rangga memang baik, super baik malahan. Tapi entah kenapa, aku tidak memiliki getaran khusus padanya. Aku tetap tidak bisa menerima ungkapan perasaan Rangga padaku.
Sekian tahun aku kuliah, dan sekian tahun aku hidup. Aku hanya mengenal tiga sosok laki laki dalam hidupku. Ayah, Uda Raihan dan Raiyan.
Apa aku Wanita Normal??
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments