Ini Uni ku

"Jangan malu maluin Uni ya kamu dek. Udah,nanti Uni yang belikan tiket pesawatnya"

Dan disinilah sekarang diriku. Menunggu satu koper dan satu tas ransel besarku di pengambilan bagasi Bandara Soekarno Hatta Jakarta.

Entah apa yang ada dipikiran Uni ketika aku mengatakan akan ke Jakarta menggunakan kereta api. Uni marah, seakan akan aku sudah mempermalukan dirinya. Padahal aku hanya ingin menikmati hidup. Merilekskan otakku sambil menikmati pemandangan. Memang, menggunakan kereta api akan lebih lama, tapi itulah memang yang kuinginkan. Lebih lama diperjalanan untuk menyegarkan pikiranku.

"Langsung aja ke kost Uni, pakai taksi bandara ya. Kunci kamar Uni titipkan di kamar sebelah Uni. JANGAN LUPA PAKE TAKSI BANDARA'

Kubaca kembali isi pesan dari Uni. Kenapa aku harus memakai taksi bandara?. Ah,sudahlah, tidak usah terlalu dipikirkan Raima. Batinku dalam hati.

Ketika taksi yang kutumpangi memasuki sebuah halaman yang berpagar tinggi. Seseorang laki laki berbadan tegap menghampiri kami. supir taksi pun langsung membuka kaca jendela.

"Antar penumpang Bang"

Supir Taksi menunjuk diriku yang duduk di bangku belakang. Si Abang berbadan tegap pun langsung melihat padaku.

"Cari Siapa neng?" si Abang bertanya padaku.

"Raisa Pak, saya adiknya"

"Oh, adiknya neng Raisa.. iya,iya, neng Raisa sudah memberi tahu saya. Ayo masuk saja sampai depan kamarnya"

"Terima kasih pak"

Supir Taksi juga mengucapkan terima kasih kepada si abang berbadan tegap dan langsung menuju kamar yang di sebutkan si abang tadi. Lucu juga ya aku memanggilnya. si abang berbadan tegap hehehehe

Kost Uni Raisa ini suasananya tidak seperti kost untuk para mahasiswa yang umumnya ku ketahui. Mungkin karena memang para penghuni disini adalah orang orang yang sudah berkerja. Mobil atau kendaraan lain milik penghuni kost langsung diparkir di depan kamar masing-masing.

Setelah meminta kunci kamar dari temannya Uni di kamar sebelah. Aku langsung memasuki kamar Uni, meletakan koper dan ranselku di sudut kamar kemudian membersihkan diriku. Ingin rasanya aku langsung membaringkan tubuhku, tapi aku sadar diri. Uni tidak suka jika ada seseorang yang naik ke atas tempat tidurnya tanpa ijin. Akhirnya setelah membersihkan diri, aku berbaring di atas karpet lembut milik Uni.

"Raima, dek, ayo bangun" Uni mengguncang tubuhku. Seketika aku pun langsung terbangun.

"Tadi naik taksi bandara kan? ada yang liat gak kamu datang?'

Uni Raisa lebih dulu mempertanyakan itu sebelum bertanya kabarku.

"Iya Uni, naik taksi bandara. Penghuni kost yang lain liat kok Ima datang tadi, terutama si abang di depan"

"Baguslah, biar mereka tahu kalo aku tu sanggup bayarin kamu untuk kesini"

Aku sedikit terkejut dengan perkataan Uni. Tapi segera mungkin kutepiskan pikiran aneh dari kepalaku.

"Uni apa kabar?"

"Kamu lihat sendirilah, sehatkan aku"

Aku memandang Uni lebih lama. Kenapa sekarang Uni terlihat lebih ketus jika berbicara padaku.

Apa aku ada salah dengan Uni?

"Berapa lama kamu disini?'

Aku baru datang dan Uni sudah bertanya seperti itu.

"Kurang lebih satu minggu Uni"

"Kenapa harus selama itu? bukannya besok sudah wawancara?"

Aku kembali memandangi Uni Raisa.

"Ada beberapa perusahaan yang akan Ima temui"

"Kenapa tidak di Barata Grup saja. Tidak usah keperusahaan lain. Kata Uda kamu pasti di terima."

Aku hanya tersenyum.

"Ima tidak suka jika harus masuk seperti itu"

"Gak usah munafik, zaman sekarang gak ada koneksi itu mustahil"

"Tapi Ima melamar di Barata Grup melalui Fakultas, jadi Ima rasa tidak ada hubungannya dengan koneksi yang uni maksud"

"Terserah kamu lah dek, yang jelas istrinya Mas Agung sudah menjamin ke Uda, kalo kamu akan diterima. Jadi terimalah itu"

"Kenapa Uda tidak pernah cerita itu ke Ima?"

"Karena Uda tau bagaimana prinsipmu itu"

"Ima akan menolaknya"

"Jangan jadi orang Bodoh, cari kerja itu sekarang susah, apalagi dengan jurusan kamu itu"

"Rezeki tidak akan tertukar Uni"

"Ya terserah lah. Uni akan pesankan kamu makanan via online. Uni ada pesta malam ini. Jadi tidurlah, jangan tunggu Uni"

Aku hanya diam sambil memandang Uni yang merias dirinya di cermin. Uni masih memakai pakaian yang tertutup, dengan artian tidak memperlihatkan bagian bagian tertentu tubuhnya. Tapi pakaian yang ketat seperti itu bagiku sama saja dengan tidak berpakaian.

Tapi untuk mengomentari Uni, jelas itu tidak akan kulakukan untuk saat ini.

Uni Raisa mengambil tas kecilnya, memasukan handphone kedalam tas setelah memeriksanya lebih dulu.

"Makanannya akan diantarkan oleh pak Satpam depan nanti. Ingat, jangan menunggu Uni pulang"

"Uni.."

Aku memanggil Uni ketika Uni sudah membuka pintu kamar. Uni kembali menoleh padaku.

"Dimana Ima tidur malam ini?"

"Oh iya, ada beberapa bedcover di dalam lemari, kamu bisa menjadikannya alas untuk tidurmu diatas karpet itu."

Uni berkata sambil menunjuk beberapa tempat yang dimaksudnya.

"Ima mengerti Uni"

"Kamu boleh keluar kamar untuk berjalan jalan, tapi jangan berkata apapun kepada siapa pun di kost ini. Kamu mengerti?"

Aku hanya mengangguk. Dan membiarkan Uni hilang dibalik pintu.

Aku masih seperti dulu ketika berhadapan dengan Uni. Selalu menurut apapun yang dikatakan Uni. Tidak pernah membantah Uni walaupun itu yang selalu ingin kulakukan.

Dan Uni selalu bersikap sok kuasa dihadapanku jika kami hanya berdua saja. Tapi jika berada di tengah keluarga besarku, Uni berubah menjadi sosok kakak yang penyayang, yang ramah dan selalu memperhatikanku.

Aku pernah bercerita pada Rayyan tentang sikap Uni padaku. Tapi lagi lagi Rayyan meyakinkanku bahwa itulah cara Uni menjagaku. Dan itu yang kuyakini saat ini, bahwa Uni melakukan itu karena Uni menjagaku.

xxxxxxxxxxxx

Jam sudah menunjukan pukul 10 malam. Tapi Uni belum juga pulang. Bukannya aku menunggu Uni, tapi mata ini yang sulit untuk terpejam. Aku memutuskan untuk bangkit dan keluar kamar. Kupikir tidak akan ada orang yang akan kutemui, karena hari sudah malam.

Aku melihat kesekitar kamar sebelum aku memutuskan untuk benar benar keluar dan menutup pintu.

"Adenya Raisa ya?"

Aku terkejut dengan sapaan yang tiba tiba ketika aku membalikkan tubuhku.

"Eh maaf, aku bikin kaget yaa?"

"I..iya"

Aku menjawab dengan gugup, apalagi melihat wajah tampan dihadapanku.

"Aku Aldi"

Aku menerima uluran tangannya dan dengan cepat menariknya kembali.

"Raima"

Aldi tertawa melihat reaksiku.

"Mau kemana?" Aldi kembali bertanya.

"Cuma mau jalan jalan kedepan"

"Jangan kedepan, nanti di usilin sama para satpam."

"Memang begitu?"

Aldi lagi lagi tertawa.

"Duduk aja gih depan kamar. Ni aku bawa martabak. Temanin aku habisin martabaknya ya"

Aldi langsung duduk di depan kamar Uni tanpa perduli aku akan setuju atau tidak. Dan Aldi pun langsung membuka bungkusan martabaknya.

"Ayo ma, sini duduk"

Aldi kembali memanggilku yang tetap diam memandanginya.

"Aku memang tampan ma, tapi jangan di liatin terus seperti itu"

Aku hanya tersenyum menanggapi ucapannya Aldi dan duduk berhadapan dengannya.

"Nih, ga lagi diet kan?"

Aldi menyodorkan martabak padaku.

"Kamu kost di sini juga?"

Aku bertanya untuk menuntaskan kebingunganku kenapa dia ada dikost ini padahal hari sudah larut.

Aldi hanya mengangguk sambil terus mengunyah martabak.

"Jadi kost ini ada cowoknya juga?"

Aldi mengerutkan kening mendengar pertanyaanku yang seperti orang keheranan.

"Baru tau? Raisa ga kasih tau?"

Aku menggerakkan kepalaku ke kanan dan kekiri dengan cepat.

"Ga mau martabaknya? gak suka?"

Aldi kembali menyodorkan bungkus martabak padaku yang dari tadi tidak kusentuh.

"Gak ku kasih sianida kok ma. Aman"

"Masih kenyang" Aku hanya menjawab singkat.

"Jangan heran dengan rumah kost di jakarta. Rata rata bercampur seperti ini."

Aldi kembali mengambil satu potong martabak.

"Liburan ke Jakarta?"

Aku kembali menggeleng.

"Melamar kerja"

"Dapat panggilan?"

Aku mengangguk.

"Kapan?"

"Besok pagi"

"Beneran nih gak mau martabaknya?"

Aku kembali mengangguk.

Aldi merapikan kembali kotak martabak dan berdiri.

"Masuk gih, tidur. Besok itu harus fresh. Kalo keliatan kuyu, gak di terima lho nanti."

Aku ikut berdiri dan tersenyum.

"Masuk dulu ya, terima kasih"

"Kamu lucu ma, kenapa harus terima kasih. Aku kekamar dulu. Sampai jumpa Raima manis"

Aldi melangkah ke arah kamarnya tanpa melihat ke arahku lagi. Aku pun bergegas membuka pintu dan masuk kedalam kamar Uni. Mencuci kakiku dan merebahkan tubuh. Berusaha untuk tidur supaya besok fresh seperti kata Aldi.

xxxxxx

Terpopuler

Comments

mi yan

mi yan

semangat lanjut kk

2022-06-27

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!