Pagi ini, aku terbangun karena suara handphone yang berbunyi dengan keras. Aku lupa mengganti mode handphoneku. Aku melihat kelayar handphone. Uda Raihan? kenapa uda menelponku sepagi ini?
"Assalamualaikum uda..'
"Waalaikumsalam queen bee... baru bangun?"
Aku menarik nafas sejenak, Uda memang memanggilku sesuka hatinya. Kadang si cubby, queen bee, bakpao atau gapuak. Senyaman bibirnya uda saja memanggilku apa.
"Ada apo Uda sayang?"
"Kamu ada mengajukan lamaran kerja ke PT.Barata Grup?"
"Eeeeehhhhh" Aku berpikir sambil mengerutkan dahiku.
"Sepertinya Fakultas yang memberikan rekomendasi ke beberapa perusahaan. Memangnya ada apo? kenapo uda tahu?"
"Kamu ingat Agung sahabat Uda waktu kuliah di UGM?"
"Iyo, Ima ingat"
"Barata Grup itu milik Papahnya Dewi, istrinya Agung. Tadi malam Agung telpon Uda, menanyakan apa benar itu kamu"
"Mas Agung ingat sama Ima?"
"Ingatlah, dia bilang ini adikmu yang suka di gigit lebah kan?" Uda tertawa. Aku pun hanya menyengir kuda mendengar tertawanya Uda.
"Agung juga tanya, apa itu adekmu yang dulu meninjuku?" Tawa Uda Raihan semakin keras.
"Masa Mas Agung ingat itu? uda bohong?"
"Uda tidak bohong bee. Tiga hari Agung terkapar karena tinjumu. Kau ingat juga, dua kali acara besar, dua kali pula kau di bantu Agung karena di gigit tawon."
Aku kembali nyengir kuda walaupun Uda tidak bisa melihatku. Memang benar, dua kali aku bertemu dengan Mas Agung di acara besar, dua kali pula aku di gigit tawon. Pertama saat acara ngunduh mantu Mas Agung dan Mbak Dewi di Yogyakarta, dan yang kedua saat pernikahan Uda Raihan dan Uni Vio. Aku juga pernah melayangkan tinjuku karena Mas Agung menyentuh bahuku secara tiba-tiba dari belakang.
Bagaimana mungkin Mas Agung tidak mengingatku. Ah, aku jadi malu sendiri.
"Jadi, maksud Uda telpon Ima pagi begini apo?"
"Dewi bilang, kamu diminta datang keperusahaan. Dewi dan Pak Barata ingin bertemu kamu dek".
(Tumben pake adek).
"Uda, lamaran kemarin melalui fakultas. Seharusnya perusahaan juga memberikan jawaban ke fakultas. Biar fakultas nantinya yang menghubungi Ima. Ima tidak enak hati Uda, jika melangkahi fakultas"
"Iyo, iyo. Nanti kalo Dewi menelpon uda balik. Uda akan bilang seperti itu. Seperti yang ratu lebahku inginkan. Cepat mandi dan sarapan. Uda tidak ingin pipi bakpaomu mengecil ketika pulang nanti"
"Ima masih mengantuk. Semalam menyelesaikan desain cincin buat lomba"
Aku bicara sambil menguap lebar,memberi tanda pada Uda kalo aku ingin tidur lagi"
"Uda tutup kalo begitu. Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam"
Aku meletakkan kembali handphone di meja samping tempat tidurku, dan kembali memeluk guling sambil membayangkan pangeran tampan yang kaya dan baik hati hadir di dalam mimpiku.
-----------------------------
Di sebuah rumah bernuansa minimalis di komplek perumahan dokter di Jakarta bagian Utara.
Setelah sholat subuh, suami istri itu berbincang sambil mempersiapkan yang akan di bawa ke kantor masing-masing.
"Jadi benar itu adiknya Raihan mas?"
"Iya benar, itu adik Raihan. Aku masih ingat nama dan wajahnya"
"Bukannya Raihan punya dua adik perempuan ya mas, Raima ini yang nomor berapa?"
"Raima yang ketiga, yang kedua Raisa. Keduanya dulu kuliah di Yogya. Raisa juga di UGM"
Mas Agung masih asyik dengan laptopnya sambil menjawab semua pertanyaan Istrinya.
"Mas kenal semua keluarga Raihan?"
"Iya, karena mereka bertiga dulu kuliah di Yogya. Kalo gak pulang lebaran, mereka pasti kerumah. Kamu tahu kan kakak-kakakku semua di luar negeri. Jadi Bapak sama Ibu senang jika Raihan dan adik-adiknya main ke rumah."
"Raisa dan Raima, apa Mas kenal mereka dengan dekat?"
"Kenapa kau tanyakan itu?"
Mas Agung mulai mengalihkan perhatiannya dari Layar laptop ke wajah istrinya.
"Mau cari jodoh buat Dewa dan teman-temannya"
Mas Agung tertawa.
"Kamu ini sayang, ada-ada saja. Zaman sudah teknologi canggih begini, mana mau Dewa di jodohkan seperti itu".
Mbak Dewi istrinya Mas Agung mengerutkan bibir mendengar ucapan suaminya.
"Bukannya Dewa ada si Amel?"
"Ah, Amel pecicilan gitu. Gak suka aku Mas. Mamah sama Papah juga gak suka. Dewa juga gak suka kok sama Amel. Amel aja yang suka ngintilin Dewa"
"Mas gak mau ikut-ikut. Terserah adikmu saja nanti dia memilih siapa. Resiko, dia sendiri yang tanggung jika itu pilihannya. Jika kita yang pilihkan, kita nanti ikut tanggung jawab."
"Benar sih Mas. Eh, Raisa sama Raima lebih cantik siapa Mas?"
Mas Agung menghela nafas panjang sebelum menjawab pertanyaan istrinya.
"Setelah Raima datang ke perusahaanmu. Kamu lihatlah sendiri".
"Dewi kan mau minta pendapat Mas. Penilaian dari seorang laki-laki"
"Keduanya sama-sama cantik. Sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing".
"Kalo Mas Agung lebih suka ke siapa?"
"Raima anaknya ceria. Raisa lebih pendiam, tapi pintar berdebat. Kalo berdebat secara ilmiah dengan Raisa, kita pasti kalah. Kalo dengan Raima, kita banyak bercandanya saja. Anaknya lebih santai. Nikmati hidup, begitu katanya".
"Hmmm, jadi siapa diantara keduanya yang lebih cantik?"
"Sama-sama cantik. Raisa pintar memoles wajah sehingga kecantikannya lebih terlihat. Kalo tidak salah sekarang Raisa pramugari Garuda. Tentunya lebih pintar lagi memoles wajahnya"
"Raima?"
"Cantik juga"
"Jawaban Mas itu ambigu. Apa mas dulu pernah menyukai salah satu dari mereka?"
"Tidak, mereka berdua sudah seperti adikku sendiri. Persahabatanku dengan Raihan sudah seperti saudara. Aku tidak ingin merusak itu semua. Dulu banyak teman-teman kuliah yang suka titip salam buat mereka berdua".
"Siapa yang lebih banyak dapat salam Mas, Raisa or Raima"
"Raima"
Mbak Dewi terlihat berpikir sambil terus melihat ke suaminya yang kembali asyik melihat layar laptop.
"Kalau suatu saat ada kejadian di mana Mas Agung harus memilih salah satu di antara Raisa dan Raima. Siapa yang Mas Agung pilih?"
"Raisa"
"Kenapa?"
"Karena Mas yakin Raima bisa menyelamatkan dirinya sendiri. Dia lebih tegar dan berani dibanding Raisa"
Mbak Dewi kembali berpikir.
"Kenapa sih sayang, banyak betul pertanyaannya"
"Aku kan harus tahu Mas, seperti apa orang yang akan kuterima kerja nanti"
"Hubungannya membandingkan Raisa dan Raima jadinya apa? yang melamar kerja kan Raima".
"Hanya mencari tahu, apa suamiku dulunya punya perasaan terhadap orang yang nantinya akan bekerja di perusahaanku".
Mas Agung tertawa makin keras.
"Sayang, percayalah kamu tidak akan menyesal menerima Raima bekerja. Hanya saja Raima itu orangnya keras. Kata Raihan kepala batu"
"Sulit di atur mas?"
"Mungkin. Aku juga tidak mengerti maksudnya Raihan itu apa. Cuma dulu setahuku. Ayahnya ingin Raima masuk ke fakultas hukum. Tapi Raima menentangnya dan memilih sesuai dengan keinginan hatinya"
"Menarik juga si Raima ini ya Mas".
"Menarik memang, apalagi jika kamu terkena pukulan tangannya"
"Hah? maksud Mas?"
"Raima tidak suka di sentuh laki-laki. Uda dan Ayahnya pun sangat sulit memeluknya. Tangan atau pundaknya, jangan coba-coba berani menyentuh. Aku sudah pernah merasakan tinju nya Raima"
"Dia memukul Mas?"
"Aku berniat mengagetkannya dari belakang. Ku sentuh pundaknya pelan. Otomatis tangannya bergerak menghantam dan menjatuhkanku ke lantai"
Mas Agung kembali tertawa ketika menceritakan itu ke Mbak Dewi.
"Tiga hari perut dan pinggangku sakit. Sejak itu Raima tidak mau lagi main ke rumah. Mungkin dia takut padaku"
"Raima bisa bela diri?"
"Sejak kecil, Raima ikut latihan karate bersama Raiyan adik laki-lakinya. Setelah kuliah di Yogya, Raima pun masih ikut latihan karate. Katanya supaya otot-ototnya tidak kaku, jadi harus tetap latihan terus"
"Gadis yang menarik. Aku tidak sabar ingin bertemu dengannya Mas".
"Iya, Raima memang lebih asyik dan menarik di banding Raisa. Aku pun dulu lebih senang mengganggu dan menggoda Raima"
"Raisa?"
"Aku takut Raisa jatuh cinta padaku jika aku menggodanya. Jadi aku lebih baik menghindarinya"
"Raisa menyukaimu Mas?"
"Raisa lebih dewasa dari Raima. Aku hanya takut jika Raisa memiliki rasa padaku. Raima masih polos dan lugu waktu itu,jadi lebih mudah mengganggu Raima"
"Benar juga sih mas, kadang kala orang bisa salah paham dengan godaan dan candaan kita"
"Sayang, jika memang kamu ingin mencari jodoh buat Dewa. Aku setuju dengan Raima. Tapi aku tidak menyarankannya. Biarkan Raima bekerja di perusahaanmu dan bertemu sendiri dengan Dewa. Jika memang Allah merestui niatmu, maka semuanya pasti akan di permudah".
"Iya Mas, aku akan mengirim balasan ke fakultasnya Raima. Semoga Dewa mau kembali mengurus perusahaan setelah urusannya selesai di luar negeri"
"Dewa masih bekerja di perusahaan luar?"
"Iya, katanya buat cari pengalaman sebelum memimpin perusahaan".
"Aku tidak berani ikut campur sayang. Urusan perusahaan adalah urusan keluargamu. Seorang dokter sepertiku hanya fokus pada pasien-pasienku saja".
"Aku berharap Dewa secepatnya kembali. Jadi aku bisa fokus mengurusmu dan Dea"
"Dea juga minta adik kan?" Mas Agung tersenyum penuh arti pada Mbak Dewi.
"Ah, Dea gak pernah meminta. Itu sih Daddynya yang mau"
"Dea akan mau dengan sendirinya jika nanti melihat perut mommynya membesar".
"Tidak! tunggu Dea lima tahun. Sebelum lima tahun, tidak ada tambahan anggota keluarga"
"Baiklah istriku sayang, suamimu ini ikut saja mana baiknya. Sekarang ayo kita siap-siap. Aku tunggu di meja makan yaa"
Mas Agung keluar lebih dulu dari kamar tidur mereka dan bertemu Dea, putri pertama mereka di meja makan.
Dewi Ariani Barata adalah Putri Sulung Barata Kusumo. Pemilik perusahaan Raja Barata Grup. Dimana di dalamnya terdapat "Art & Desain" yang di kelola oleh Mbak Dewi yang juga merupakan Sarjana Aristektur dari ITN Malang.
Barata Kusumo memiliki tiga orang anak. Anak kedua mereka Desi Ariani Barata sekarang berada di Malaysia mengikuti suaminya. Dia adalah seorang dokter muda di Malaysia. Dewi dan Desi merupakan anak kembar dari Barata. Sedangkan putra mahkota Raja Barata Grup adalah putra ketiga Barata yaitu Dewandra Putra Barata. Barata Kusumo berharap putranya dapat menggantikannya memimpin Barata Grup. Namun sayangnya, Dewa lebih betah berada di London dan bekerja di sana setelah menyelesaikan Magister Bisnisnya.
Dewi Ariani menikah dengan Agung Laksono, Laki-laki asli Yogya yang merupakan teman dan sahabat Uda Raihan waktu kuliah. Mereka bertemu di Malang, saat Mas Agung melakukan tugasnya di salah satu rumah sakit sebagai dokter Internship. Mereka sekarang memiliki satu orang putri yang bernama Dea (Dewi-Agung). Unik ya hehehehehe.
Sekarang Mas Agung menjadi dokter di salah satu rumah sakit swasta di Jakarta.
Dewi berharap, adiknya Dewa segera pulang dan dapat membantunya mengelola perusahaan Orang tua mereka.
---------------------------
"Orang berilmu dan beradab, tidak diam beristirahat di kampung halaman. Tinggalkan negerimu dan hidup asing di negeri orang"
Jangan lupa vote dan likenya yaa
LOVE YOU
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Derie
semangat Thor
2020-08-11
0
Umibilqis Umibilqis
Alhamdulillah... sdh up.. semangat kak author... di tunggu kisahnya... 😍😍😍
2020-08-10
0
Yani Hendrayani
ditunggu up
2020-08-10
0