Kereta menuju.. ???

"Hati hati dijalan ya dek. Bilang sama ayah dan bunda. Uni pulang menjelang lebaran."

Uni berkata dengan lembut kepadaku di depan kamar kostnya dan di saksikan penghuni kost yang pagi ini akan berangkat bekerja.

Setelah satu minggu berada di Jakarta. Aku melanjutkan perjalananku ke Surabaya. Walaupun di Barata grup secara tersirat menyatakan bahwa aku di terima. Tapi aku tetap ingin mencoba perusahaan yang di Surabaya.

Dan inilah drama pagi ini.

Uni menjadi sosok kakak yang perhatian. Bahkan ketika aku mencium tangan uni berpamitan, uni membelai kepalaku. Aku bahkan sempat terdiam sesaat dengan perlakuan Uni. Ketika tersadar, kuselipkan doa semoga uni benar benar tulus padaku.

Kuputuskan naik kereta api menuju Surabaya. Duduk manis di kereta eksekutif pilihan Uni. Hidup kelas tinggi yang di junjung uni kali ini membawa keberuntungan buatku. Walaupun aku sering kali merasa kurang suka dengan gaya hidup uni.

"Permisi mbak?"

Aku menoleh pada seseorang yang duduk di sebelahku.

"Boleh saya duduk dekat jendela mbak?"

Seorang gadis remaja yang kutaksir baru akan masuk kuliah menatap penuh harap padaku.

"Maaf, sesuai nomor tiket aja ya dek."

Kujawab sambil memberikan senyuman. Si remaja terlihat cemberut tidak suka dengan jawabanku. Masa bodo, aku pun menginginkan pandangan luas di luar gerbong, karenanya aku memilih nomor tiket bagian jendela. Salahnya sendiri memilih di bagian lorong.

"Mas, tukar! Mbaknya gak mau aku duduk dekat jendela."

Kudengar gadis itu berbicara dengan seseorang di kursi depanku.

"Gak enak dek, perempuan ya duduk sama perempuan. Gak enak mas kalo dampingan gitu duduknya."

"Ih mas, aku kan mau liat keluar"

"Kan masih bisa lihat"

"Mana keliatan"

Si gadis remaja masih saja misah misuh dengan orang yang dipanggilnya mas.

Aku mengeluarkan headphoneku, memasang dikepalaku sebagai penanda bahwa aku terganggu dengan perdebatan mereka.

Headphone ini adalah penenangku. Sumber insprirasiku. Teman teman kuliahku dulu bilang aku unik bahkan aneh. Ketika otak ku buntu. Tidak menemukan ide baru. Maka aku lalu memasang headphone di kepala. Memejamkan mata sejenak, mendengarkan lagu yang kebanyakan lagu klasik. Lalu ketika mataku terbuka, maka akan ada ide ide baru yang digambar oleh tanganku. Mungkin ini cara Alloh SWT memberikan kelebihan padaku.

Sejak itu, aku tidak pernah lepas dari headphone. Sudah banyak headphone yang kupunya, sudah banyak pula yang rusak dan banyak teman teman kuliah yang memberi hadiah headphone apabila aku ulang tahun.

Jika ada yang bertanya tentang diriku dikampus. Mereka akan bertanya balik.

"Raima yang suka pake headphone?"

Entahlah jika aku bekerja nanti. Apa aku akan tetap memakai headphone. Apa perusahaan mengijinkan? Entahlah, liat saja nanti.

Aku terus menikmati musik sambil mataku terpejam. Saat musik terhenti. Aku mendengar seseorang berbicara disampingku.

"Duduk dekat jendela gak juga liat pemandangan luar tapi malah tidur".

Seketika aku membuka mataku. Secara otomatis aku melirik ke kursi di sebelahku. Gadis itu terlihat gugup karena sadar aku mendengarnya mengataiku. Dia langsung mengalihkan pandangannya.

"Suka suka aku lah. Mo tidur, mo nyanyi, mo jungkir balik. Ini kursiku. Kubeli dan kududuki sesuai nomor tiket yang kubeli."

Akù berbicara, seolah olah berbicara pada diri sendiri. Kulirik gadis itu memejamkan matanya. Tidak memandang ke arahku sama sekali.

Astagfirullah alazim.. Kutarik nafas sejenak menghilangkan emosi yang sempat hinggap di diriku. Seharusnya aku tidak membalas ucapannya.

Si Mas yang duduk di depanku berdiri. Kami sempat berpandangan sejenak. Dengan cepat aku memutus pandangan kami. Dipandanginya si adik yang masih saja memejamkan mata.

Tanpa kata si mas kembali duduk. Akhirnya semua tenang. Aku tetap memakai headphone. tapi kali ini aku benar benar memandang keluar jendela. Menatap hamparan sawah yang terlihat berlalu dengan cepat.

Handphoneku yang terhubung dengan headphone bergetar. Ada panggilan dari Uda Raihan.

"Assalamualaikum"

"........."

"Ima ke surabaya dulu uda, ada panggilan disurabaya"

"........"

"Ima ingin mencobanya dulu uda"

"......."

"Secepatnya Ima balik ke Solok begitu selesai urusan di Surabaya"

"......."

"Baik uda, waalaikumsalam"

Ada nada cemas di suara uda. Memintaku untuk cepat pulang. Tak lama ada sms masuk dari Rayyan dan Uni Raisa.

#My sister

Ima, tidak usah ikut wawancara di Surabaya. Langsung saja pulang ke Solok. Kalo Ima mau naik pesawat. Uni pesankan. Segera kabari Uni"

Aku membalas chat Uni.

#Me

"Ada apa uni? Kenapa harus?"

#My sister

Bisa nurut gak kalo di kasih tau? Langsung pulang besok pagi".

#Me

Tidak Uni, Ima akan coba dulu yang di Surabaya. Kasih tau dulu Ima, kenapa Ima harus pulang cepat ke Solok.

#My Sister

KERAS KEPALA

Haloooooo.. Siapa yang keras kepala ya. Aku cuma ingin penjelasan. Kenapa aku harus pulang cepat. Cuma itu, tidak ada yang lain.

Kubuka chat dari Rayyan.

#My Little Bro

Uni dimana? Jika uni tidak sibuk, bisa iyan telpon uni sekarang? Mumpung iyan off.

#Me

Uni di kereta. Telponlah. Ada yang mau uni tanyakan juga.

Berselang lima menit kemudian, panggilan dari Rayyan masuk.

"Assalamualaikum dek"

"Waalaikumsalam Uni sayang. Uni sehat?"

"Alhamdulillah uni sehat. Kamu sendiri?"

"Masih sehat uni, belum kena tembak"

"Hush, klo berucap itu yang benar. Ucapan itu doa."

"Hehehehe maaf uni"

"Ada kabar apa dari uda? kenapa uda meminta uni untuk pulang cepat?"

"Itulah juga yang ingin iyan tanyakan pada Uni. Uda juga meminta iyan buat secepatnya pulang ke Solok."

"Uda tidak mengatakan apa apa?"

"Tidak uni, uda hanya bilang bujuk uni ima untuk cepat pulang."

"Kenapa Uni Raisa tidak di minta pulang cepat juga?"

"Kata Uda, uni Raisa dan Iyan terikat kontrak dan kedinasan. Sedangkan uni Ima masih pengangguran."

Aku menarik nafas sejenak.

"Apa ada yang di tutupi oleh Uda?"

"Entahlah Uni, Semoga saja semua sehat dan baik baik saja."

"Apa Iyan ada telpon Ayah dan Bunda?"

"Dua hari yang lalu Iyan telpon Bunda. Kata Bunda , ayah lagi tidur karena kurang sehat."

"Apa karena kesehatan ayah uda meminta uni pulang cepat?"

"Kalo memang karena kesehatan ayah, seharusnya uda memberitahukan pada kita yang sebenarnya. Kalo seperti ini, kita juga bertanya tanya kan uni?"

"Benar, semoga ayah baik baik saja. Amin. Uni akan telpon bunda nanti setelah sampai penginapan."

"Iya Uni, kabari Iyan ya uni. Sms saja Iyan, nanti Iyan telpon Uni balik."

"Insya Alloh. Jaga kesehatan ya dek.Selalu berdoa untuk keselamatan sebelum bertugas."

"Uni juga. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh"

Telpon kami terputus. Masih meninggalkan tanda tanya besar akan keinginan uda yang memintaku untuk segera pulang.

Semoga saja tidak terjadi apa apa dengan keluargaku di Solok. Amin

Jika saja kereta ini bisa langsung kuarahkan menuju Solok.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!