Aku memandang satu koper besar yang sudah kusiapkan dan sebuah ransel yang juga lumayan besar. Besok pagi aku akan ke Jakarta memenuhi panggilan dua perusahaan di sana.
"Dari Jakarta langsung pulang ke Solok Ma?"
Mbak Ratna duduk dipinggiran tempat tidurku, setelah sebelumnya mengetuk pintu dan meminta ijin untuk masuk.
"Iya mbak, Raima titip dulu beberapa dus ini di gudang ya mbak. Nanti kalo Raima udah punya uang, Raima kirim ke mbak. Tolong kirimkan barang barang ini"
Aku menunjuk beberapa dus berisi buku, dan peralatan kuliah.
"Ini dus isinya baju baju mbak.. mau Raima sumbangkan. Tapi sepertinya gak sempat.. Raima minta tolong lagi ya mbak?"
Aku mengedip ngedipkan mataku sambil memasang wajah memelas minta tolong.
"Kebanyakan basa basi kamu Ma, nanti mbak yang antarkan. Ke panti asuhan yang biasa kan?"
"Iya mbak, titip salam juga buat ibu dan anak-anak panti ya mbak. Insya Allah nanti kalo ada kesempatan ke yogya, Raima pasti akan datang berkunjung".
"Insya Allah, nanti Mbak sampaikan. Mereka pasti bakalan kangen kamu ma. Gak ada lagi yang ajarin mereka menggambar dengan gratis".
"Ada adik tingkat Raima yang mau menggantikan mbak. Mudah-mudahan berkelanjutan terus"
"Kamu hati-hati di jalan. Jangan lupakan kami disini. Nanti kalo sudah punya kerjaan enak, lupa sama kami di sini"
"Ih Mbak Ratna gitu, gak mungkin lah Raima lupa sama mbak.. Anak ibu kost Raima yang paling baik, yang selalu memberi Raima makanan gratis"
Aku memeluk Mbak Ratna. Temanku berkeluh kesah. Anak ibu kost yang terpaut usia satu tahun denganku.
"Wes, gak usah kayak teletubies. Ingat ya, selalu komunikasi, jangan putus silaturahmi"
"SIAP MBAK KOST"
Sekali lagi aku dan Mbak Ratna berpelukan.
"Mbak bakalan kangen kamu Ma.. nanti kalo mbak nikah, kamu datang ya ma"
"Insya Allah mbak. Doakan Raima banyak rezeki ya mbak"
"Amin"
Setelah itu aku pun keluar, di temani Mbak Ratna aku pamitan pada seluruh penghuni kost yang berjumlah 10 orang.. Kami berpelukan, aku meminta maaf pada mereka untuk kesalahanku baik di sengaja maupun tidak selama kami berinteraksi di kost ini.
Malam terakhirku dikost yang kuhuni sejak dua tahun lalu. Aku tidak pernah berpindah rumah kost. Ketika Uda Raihan dan Uni Raisa menyelesaikan kuliahnya. Aku memutuskan untuk indekost. Rumah kost ini pilihan Uda untukku atas rekomendasi Mas Agung sahabat Uda. Sejak itu aku menetap di sini sampai aku menyelesaikan kuliahku.
Rumah kost ini memiliki 10 kamar yang saling berhadapan. Setiap kamar memiliki teras sendiri. Di tengah antara dua sisi kamar terdapat taman terbuka. Sehingga kami masih bisa menikmati panasnya matahari dan mendengar derasnya hujan.
Rumah Utama yang di tempati Mbak Ratna dan keluarganya terletak di bagian depan, sedangkan kamar kost di bagian belakang rumah. Sehingga jika ada tamu yang mencari kami, harus melalui rumah utama terlebih dahulu. Karena itu kost ini sangat aman dan bebas dari yang namanya penghuni tidak jelas. Tidak ada penghuni kost yang berani menyelundupkan seseorang, semua atas ijin dan sepengetahuan induk semang kami.
Mbak Ratna dan Ibunya yang mengelola Rumah kostan ini. Mereka asli orang Yogayakarta. Ayahnya Mbak Ratna sudah meninggal dunia. Dulunya beliau adalah seorang dokter. Mbak Ratna memiliki dua orang kakak laki laki yang sekarang juga menjadi seorang dokter, tapi masih bertugas di luar pulau Jawa.
Mbak Ratna anak perempuan satu satunya. Dilarang untuk kuliah jauh dan mengayom pada keluarga. Untungnya mbak Ratna patuh, tidak seperti diriku yang suka memberontak.
Adik laki laki Mbak Ratna sekarang juga sudah menempuh pendidikan dokter gigi di salah satu universitas di Yogyakarta.
Dulunya mendiang ayah Mbak Ratna juga menjadi dosen di fakultas kedokteran tempatnya Uda Raihan dan mas Agung kuliah. Bahkan Bapaknya Mas Agung yang juga seorang dokter berkawan baik dengan mendiang ayahnya Mbak Ratna.
Karena itulah Uda Raihan mengenal kostan ini dan memutuskan agar aku indekost disini. Walaupun untuk kekampusku dari kost ini perlu waktu yang cukup lama karena jalan yang ku lalui harus berputar arah.
Tapi aku tidak pernah protes, bahkan tidak pernah terpikir untuk pindah mencari kost yang lebih dekat dari kampus. Yang kupikirkan hanya satu. Uda Raihan menginginkan yang terbaik untukku. Dan menurut Uda rumah kost ini adalah yang terbaik, terutama dari keamanannya.
Kuusahakan senyaman mungkin tinggal di sini. Dan akhirnya aku memang benar benar nyaman. Ibu kost sudah menganggap kami sebagai putri beliau sendiri.
"Kalo si Atmo itu seumuran kamu. Sudah ibu jodohkan sama kamu Ma"
Suatu hari ibu kost pernah bercanda padaku pada saat kami duduk duduk manis di pendopo yang terletak di tengah tengah kamar kost.
pendopo ini sering kami gunakan untuk acara kumpul kumpul penghuni kost jika ada yang ulang tahun atau sekedar bergosip tentang berita yang lagi viral.
"Keenakan Raima dong bu dapat brondong"
Mbak Ratna menimpali sambil menyodorkan ubi rebus kehadapanku. Mbak Ratna tau, aku paling suka ubi dan jagung yang di rebus. Maklum, anak desa 😁
"Wong mukanya sepantaran aja kok. Kalo Raima sama si adek saling suka, ibu mah ayok aja"
"Mau kamu Ma sama adek aku?"
Mbak Ratna bertanya padaku.
"Kejauhan mbak umurnya, entar Raima tua duluan dong" aku berusaha untuk bercanda.
"Atau sama Mas Faris aja ya bu?"
Mbak Ratna kembali membuat ulah menjodohkanku dengan kakak nomor duanya.
"Mas mu itu cerewet, nanti Raima dibikin repot sama masmu"
"Kok ibu belain Raima. Mas Faris lho yang anak ibu"
"Ibu tau gimana mas Farismu itu. Biar dia cari perempuan yang lebih cerewet dari dia."
"Ah, bilang aja ibu ga mau kalo Raima di ajak mas Faris dinas jauh. Supaya ibu punya menantu perempuan yang stay di rumah kan? kalo si adek kan pasti nurut sama ibu"
"Ya, itu juga salah satunya"
Aku hanya tersenyum.
Sungguh, aku merasa beruntung. Ibu kost dan anak anaknya memperhatikan dan menyayangiku seperti putri mereka sendiri.
Suatu hari aku pernah jatuh sakit. Aku memiliki penyakit asma yang kuderita sejak lahir. Tapi uniknya, sesak nafasku akan kambuh jika aku mendapat berita yang mengangetkanku. Di luar itu, sesak nafasku tetap terjaga walaupun aku terserang flu dan batuk.
Hari itu aku mendapat kabar jika Raiyan tertembak saat dinas di post penjagaan batas daerah. Aku kaget dan sesak nafasku kambuh.
ibu kost dan Mbak Ratna panik. Mereka membawaku ke rumah sakit. Keluargaku tidak bisa datang ke Yogya untuk merawatku karena mereka juga dalam keadaan kalut menunggu kabar dari Raiyan. Walhasil, Mbak Ratna dan Atmo adiknya lah yang menjagaku di Rumah sakit. Untungnya aku di rawat hanya dua hari dan yang lebih beruntung lagi, ibu kost yang membayar semua biaya ku di rumah sakit.
Ketika aku menanyakan tentang penggantian biaya rumah sakit, ibu kost hanya berkata
"Anggap aja ini garansi selama kamu indekost di sini"
Nah, enak kan?? siapa yang mau indekost di sini.
Mau tau alamatnya di mana??
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
mi yan
semangat kk
2022-06-21
0