Bab 19 ~ Menikah lagi?

Tak kuasa menolak perintah bunda Haura, Azzam pun bersiap-siap untuk keluar kota bersama Kiai di pondok pesantren. Biasanya Azzam akan ceramah di beberapa tempat selama perjalanan menemani Kiai dan ia sangat menyukainya. Azzam suka menyebarkan ilmu yang selama ia dapatkan.

Namun, kepergiannya kali ini terpaksa lantaran tak ingin meninggalkan Hayyah sendirian. Ia selalu memikirkan kalau saja istrinya bangun dan butuh dirinya, terlebih sekarang Azzam telah tahu kisah kelam yang sempat terjadi pada gadis cantik itu.

Azzam memandangi wajah putih bersih Hayyah, menunduk untuk mengecup kening istrinya begitu lama. "Maaf karena mas akan meninggalkanmu beberapa hari. Mas akan kembali setelah tiga hari. Ada bunda yang menemanimu di sini Hayyah."

Azzam berpaling kala selesai berpamitan pada istrinya sehingga tidak menyadari jari telunjuk Hayyah yang bergerak sejenak. Ia meninggalkan ruangan perawatan Hayyah mengenakan celana kain warna hitam di padukan kemeja abu-abu. Terlihat sederhana tapi sangat tampan jika yang memakainya adalah Azzam.

Pria itu di antar ke bandara oleh Hasan dan akan bertemu Kiai pondok di lokasi tempat mereka janjian di luar kota. Sepanjang perjalanan tak ada satu ucapan pun yang keluar dari mulut Azzam, bibirnya seolah terkunci.

"Pak, apa anda sudah bertemu keluarga bu Hayyah?" tanya Hasan di tengah-tengah perjalanan.

"Hanya pak Haikal. Sepertinya dia sangat menyayangi Hayyah, tatapannya penuh akan luka. Aku sangat ingin memberitahukan keberadaan Hayyah pada pak Haikal, tapi ...."

"Saran aku, jangan beritahu siapa pun Pak. Entah siapa yang menutupi kehilangan bu Hayyah, tapi di sekolah Abizhar bu Hayyah izin cuti bukan hilang."

"Aku akan bertemu mantan calon suami Hayyah setelah pulang dari luar kota. Tolong urus perusahaan dengan benar, Hasan."

"Baik Pak." Hasan menganggukkan kepalanya dan kembali fokus pada jalanan yang mulai padat di sore hari.

....

Pak Haikan berdiri di ambang pintu kamar putrinya. Menatap keseluruhan ruangan dan bayangan putrinya di setiap sudut kamar selalu muncul dengan senyuman manisnya. Rak buku, lemari dan ornamen-ornamen lainnya tertata sangat rapi. Kamar itu di renovasi satu tahun lalu saat putrinya memutuskan untuk berhijrah ke jalan yang lebih baik.

Sering mengikuti kajian jika ada waktu luang dan mengaji menunggu fajar datang. Pak Haikal merindukan semua tentang putrinya.

"Sudahlah Pah, kita harus ikhlas," ucap Airin yang ikut berdiri di samping pak Haikal. Menatap kamar yang sama luasnya dengan kamar yang ia tempati. Tetapi entah kenapa Airin selalu ingin memiliki apa yang Hayyah punya.

"Papa sudah berusaha tapi tidak bisa Airin."

"Aku juga butuh kasih sayang seperti kak Hayyah."

"Memangnya papa pernah membedakan kalian berdua?" Haikal menatap putri keduanya. Putri yang hadir karena kesalahannya saat Hayyah berusia 3 tahun.

"Selalu." Arin melenggang pergi.

Pak Haikal menundukkan kepalanya. "Maaf Airin, sampai kapan pun Hayyah akan tetap menjadi putri kesayangan Papa. Dia adalah bukti cinta papa pada Hagia," lirih Haikal.

Jika boleh jujur pak Haikal selalu berlebihan memperlakukan Hayyah, meski begitu apapun yang Hayyah miliki selalu ia berikan pada Arin juga. Mungkin secara materi Arin dan Hayyah sama tetapi tidak untuk cinta dari seorang ayah.

....

Azzam tiba di kota Bandung, tepatnya di rumah tempatnya janjian bersama Kiai setelah ba'da magrib. Ini sudah termasuk pejalannya beberapa menit setelah turun dari pesawat. Pria itu mencium punggung tangan pak Kiai dan tersenyum ramah seperti biasanya.

"Aku kira kamu tidak akan datang Ustaz," ucap Kiai yang selalu menatap kagum putra pertama dari penyokong terbesar dana pada pesantren yang telah berdiri di ibu kota.

"Urusan aku sudah selesai Kiai, jadi bisa ikut serta dalam acara ini."

"Syukurlah." Kiai yang sudah terlihat tua itu menepuk-nepuk pundak kokoh Azzam. "Sebelum membahas tentang kegiatan kita besok, Kiai ingin membicarakan hal penting di luar perjanjian Nak."

"Apa itu Kiai?" Azzam menatap pemuka agama yang sangat ia hormati.

"Apa kamu sudah siap untuk menikah Nak?" tanya Kiai berhasil menciptakan kerutan di kening Azzam.

"Maksudnya?"

"Jadi begini, putri bungsu Kiai telah siap menikah dan Kiai sangat ingin jika yang menjadi suaminya adalah kamu Nak."

Azzam seketika terdiam, menolak permintaan Kiai adalah hal yang sulit ia lakukan, tetapi menyanggupinya jauh lebih sulit. Apalagi sekarang nama Hayyah telah menguasai hati, jiwa dan raganya.

"Kiai sudah bicara dengan orang tuamu dua bulan yang lalu Nak, tapi orang tuamu menyerahkan semua keputusan pada kamu sebagai mempelainya."

"Aku ...."

"Tidak perlu menjawabnya sekarang Nak. Kamu bisa bermusyawarah dulu, atau shalat istikharah agar keputusanmu tidak salah." Kiai itu langsung beranjak dari duduknya. Menyisakan Azzam yang duduk termenung di kursi.

"Ustaz Azzam?"

Azzam yang sejak tadi melamun langsung sadar kala seseorang memanggil namanya. Ia melirik kaki perempuan di hadapannya, naik sedikit dan berhenti di tangan karena sudah tahu siapa pemilik tangan tersebut.

"Bagaimana dengan istri Ustaz Azzam, apa dia ikut?"

"Tidak."

"Padahal saat tahu ustaz Azzam akan datang, aku menanti Hayyah ikut serta."

"Istri aku tidak bisa datang karena berada di rumah sakit."

"Rumah sakit?" Mata Aisyah membola. Sejak kembali ke kota gadis itu tak lagi tinggal di rumah bunda Haura lantaran tahu diri.

"Hm, kalau begitu aku ke dalam dulu." Azzam beranjak dari duduknya. Selain tak ingin duduk berdua saja, ia mau tahu kabar istrinya. Mendengar seseorang bertanya ia jadi rindu pada Hayyahnya.

Terpopuler

Comments

Yunia Afida

Yunia Afida

aku paling g suka dengan poligami, menyakitkan bila g adil jangan mau azzam

2024-04-03

4

Teh Yen

Teh Yen

jangan menikah lagi Azzam ,,, jujur saja pada pak kiyai tentang status kamu yg sekarang yah Azzam itu lebih baik

2024-04-03

1

Arsyad Al Ghifari 🥰

Arsyad Al Ghifari 🥰

awas aja kalau Azam menikah lagi ... kenapa susah untuk menolak zam apa karena dia seorang kiyai ..
Thor masa mau ada drama poligami .ga rellaaaaaaaa

2024-04-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ~ Aku bukan suamimu
2 Bab 2 ~ Membawa Hayyah ke rumah sakit
3 Bab 3 ~ Menuntunnya ke jalan yang benar
4 Bab 4 ~ Malu pada anak-anak
5 Bab 5 ~ Harusnya bukan kamu yang aku nikahi!
6 Bab 6 ~ Menikah karena digrebek
7 Bab 7 ~ Sekali untuk seumur hidup
8 Bab 8 ~ Pamit
9 Bab 9 ~ Bukan jodoh
10 Bab 10 ~ Ibadah seumur hidup
11 Bab 11 ~ Bunda Haura
12 Bab 12 ~ Bu Hayyah
13 Bab 13 ~ Kembali melupakan
14 Bab 14 ~ Benda tumpul
15 Bab 15 ~ Dia Istriku
16 Bab 16 ~ Allah bersama kita
17 Bab 17 ~ Tidur terlalu lama
18 Bab 18 ~ Harta paling berharga
19 Bab 19 ~ Menikah lagi?
20 Bab 20 ~ Berhenti berdetak
21 Bab 21 ~ Kehilangan seorang istri
22 Bab 22 ~ Ingatan yang hilang
23 Bab 23 ~ Jodoh yang tertunda
24 Bab 24 ~ Mas Adam?
25 Bab 25 ~ Menginginkan hal yang sama dalam pernikahan
26 Bab 26 ~ Hanya seorang Ustaz
27 Bab 27 ~ Kita berjodoh jika kamu mau
28 Bab 28 ~ Kalung Mama Hagia
29 Bab 29 ~ Satu Miliar untuk Hayyah
30 Bab 30 ~ Azzam Membual
31 Bab 31 ~ Penyakit Hati
32 Bab 32 ~ Di Penjara
33 Bab 33 ~ Akad Nikah
34 Bab 34 ~ Aku pernah Aborsi
35 Bab 35 ~ Mertua dan ipar idaman
36 Bab 36 ~ Siapa pria itu?
37 Bab 37 ~ Kunjungan
38 Bab 38 ~ Taaruf
39 Bab 39 ~ Ada apa dengan Aira?
40 Bab 40 ~ Terluka
41 Bab 41 ~ Pindah Rumah
42 Bab 42 ~ Cinta sederhana
43 Bab 43 ~ Tak mungkin bersatu
44 Bab 44 ~ Menghindar
45 Bab 45 ~ Ancaman
46 Bab 46 ~ Keputusan pak Joko
47 Bab 47 ~ Kabar Buruk
48 Bab 48 ~ Bunda gagal, Zam
49 Bab 49 ~ Kembali ke sekolah
50 Bab 50 ~ Allah maha pemaaf
51 Bab 51 ~ Kamu melakukannya suka sama suka?
52 Bab 52 ~ Menemui Dokter Anwar
53 Bab 53 ~ Hanya manusia biasa
54 Bab 54 ~ Tidak baik-baik saja
55 Bab 55 ~ Ini salahku, Mas
56 Bab 56 ~ Jangan temui ayah dan bunda
57 Bab 57 ~ Sisa waktu
58 Bab 58 ~ Melanggar perintah suami
59 Bab 59 ~ Obat lelah
60 Bab 60 ~ Berbaikan
61 Bab 61 ~ Paket
62 Bab 62 ~ Ending
63 Istri untuk Suamiku
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1 ~ Aku bukan suamimu
2
Bab 2 ~ Membawa Hayyah ke rumah sakit
3
Bab 3 ~ Menuntunnya ke jalan yang benar
4
Bab 4 ~ Malu pada anak-anak
5
Bab 5 ~ Harusnya bukan kamu yang aku nikahi!
6
Bab 6 ~ Menikah karena digrebek
7
Bab 7 ~ Sekali untuk seumur hidup
8
Bab 8 ~ Pamit
9
Bab 9 ~ Bukan jodoh
10
Bab 10 ~ Ibadah seumur hidup
11
Bab 11 ~ Bunda Haura
12
Bab 12 ~ Bu Hayyah
13
Bab 13 ~ Kembali melupakan
14
Bab 14 ~ Benda tumpul
15
Bab 15 ~ Dia Istriku
16
Bab 16 ~ Allah bersama kita
17
Bab 17 ~ Tidur terlalu lama
18
Bab 18 ~ Harta paling berharga
19
Bab 19 ~ Menikah lagi?
20
Bab 20 ~ Berhenti berdetak
21
Bab 21 ~ Kehilangan seorang istri
22
Bab 22 ~ Ingatan yang hilang
23
Bab 23 ~ Jodoh yang tertunda
24
Bab 24 ~ Mas Adam?
25
Bab 25 ~ Menginginkan hal yang sama dalam pernikahan
26
Bab 26 ~ Hanya seorang Ustaz
27
Bab 27 ~ Kita berjodoh jika kamu mau
28
Bab 28 ~ Kalung Mama Hagia
29
Bab 29 ~ Satu Miliar untuk Hayyah
30
Bab 30 ~ Azzam Membual
31
Bab 31 ~ Penyakit Hati
32
Bab 32 ~ Di Penjara
33
Bab 33 ~ Akad Nikah
34
Bab 34 ~ Aku pernah Aborsi
35
Bab 35 ~ Mertua dan ipar idaman
36
Bab 36 ~ Siapa pria itu?
37
Bab 37 ~ Kunjungan
38
Bab 38 ~ Taaruf
39
Bab 39 ~ Ada apa dengan Aira?
40
Bab 40 ~ Terluka
41
Bab 41 ~ Pindah Rumah
42
Bab 42 ~ Cinta sederhana
43
Bab 43 ~ Tak mungkin bersatu
44
Bab 44 ~ Menghindar
45
Bab 45 ~ Ancaman
46
Bab 46 ~ Keputusan pak Joko
47
Bab 47 ~ Kabar Buruk
48
Bab 48 ~ Bunda gagal, Zam
49
Bab 49 ~ Kembali ke sekolah
50
Bab 50 ~ Allah maha pemaaf
51
Bab 51 ~ Kamu melakukannya suka sama suka?
52
Bab 52 ~ Menemui Dokter Anwar
53
Bab 53 ~ Hanya manusia biasa
54
Bab 54 ~ Tidak baik-baik saja
55
Bab 55 ~ Ini salahku, Mas
56
Bab 56 ~ Jangan temui ayah dan bunda
57
Bab 57 ~ Sisa waktu
58
Bab 58 ~ Melanggar perintah suami
59
Bab 59 ~ Obat lelah
60
Bab 60 ~ Berbaikan
61
Bab 61 ~ Paket
62
Bab 62 ~ Ending
63
Istri untuk Suamiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!