Azzam berdiri dari duduknya kala suara warga mulai mereda, ia menatap kepala desa dan imam desa yang ada di hadapannya. "Mungkin pernikahan aku dan Hayyah terjadi karena kecelakaan. Meski begitu, buatlah terkesan karena ini momen sekali seumur hidup untuk aku dan Hayyah," ucapnya kemudian meninggalkan rumah kepala desa.
Jika boleh jujur ia sedikit kecewa pada warga desa. Bisa-bisanya tidak ada yang mempercayai dirinya setelah apa yang dia lakukan selama hampir setengah tahun di desa tersebut. Namun, balik lagi kepada pandangan dan pikiran masing-masing, Azzam tidak bisa memaksakan kehendak mereka.
"Nak Azzam!" panggil bu Fatmah. "Apa keputusan mu sudah bulat Nak? Bagaimana dengan orang tuamu di kota?"
"Keputusan Azzam sudah bulat Bu, tolong bantu Hayyah untuk bersiap. Dia tidak tahu apapun karena kehilangan ingatan hampir seluruhnya."
"Baiklah." Bu Fatmah menghela napas panjang. Segera menuju rumah bersama Hayyah di sampingnya. Perempuan itu menoleh sebentar untuk menatap ekspresi datar Azzam.
....
"Apa kita tidak akan mengabari Azzam terlebih dahulu Mas?" tanya Haura, wanita paruh baya itu duduk di meja riasnya dan telah siap untuk ke desa.
"Mas sudah menghubunginya berulang kali tetapi tidak aktif. Tahu sendiri jaringan di sana sangat susah. Kita berangkat sekarang saja agar bisa sampai sebelum matahari tenggelam."
"Baiklah Mas." Haura pun beranjak dan menyambar tas tangannya. Wanita paruh baya itu tampak cantik dengan balutan gamis berwarna coklat susu di padukan hijab syar'i sepanjang lutut.
"Apakah Aisyah sudah siap?" tanya Harun.
"Sepertinya sudah Mas, aku sudah memberitahukan semalam. Aku tidak sabar bertemu orang tua Aisyah dan membicarakan niat baik kita."
"Sabar Sayang." Harun mengamit pinggang istrinya menuruni anak tangga satu persatu.
Di bawah sana mereka melihat Aisyah sedang sibuk keluar masuk dapur membawa sesuatu.
"Apa yang kamu lakukan Nak?" tanya Haura.
"Membuatkan teh hangat dan kue Bunda. Kita bisa sarapan ringan sebelum berangkat."
"Harusnya tidak perlu repot-repot Ais."
Haura tersenyum, ia segera duduk dan mencicipi teh hangat buatan Aisyah. Selama tinggal di rumahnya, gadis itu tak pernah melewatkan teh hangat atau susu hangat di meja istirahat. Padahal putrinya sendiri sangat jarang melakukan ketika ada di rumah.
Usai menghabiskan teh dan kuenya, mereka pun bergegas meninggalkan rumah. Sepanjang perjalanan hanya keheningan yang terjadi lantaran mereka sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Bunda, apa Ustaz Azzam mengetahui semua ini? Bagaimana jika Ustaz Azzam memiliki perempuan dambaannya?" tanya Aisyah.
"Azzam belum tahu Nak, tetapi Azzam pernah menitipkan pesan pada Bunda. Dia mengatakan akan bersedia menikah setelah pulang dari desa. Saat bunda bertanya apakah dia mempunyai perempuan dambaan, dia mengatakan perempuan dambaannya adalah pilihan bunda."
"Syukurlah." Aisyah menunduk dan tersenyum kecil. Hatinya merasa tenang mengetahui Azzam sedang tidak mencintai siapa pun. Ia tidak ingin hubungannya nanti di bangun karena keterpaksaan.
....
Berangkat jam sembilan pagi, Haura, Aisyah dan Harun baru sampai di desa setelah ba'da Ashar. Mereka bahkan singgah di masjid untuk menunaikan ibadah lantaran tidak ingin terlewatkan meski dalam perjalanan.
Aisyah turun lebih dulu dari mobil dan mempersilahkan orang tua Azzam memasuki rumah. Sayangnya rumah sederhana itu di gembok dari luar, pertanda pemiliknya sedang tidak ada.
"Tamu ibu Fatmah ya?" tanya tetangga yang kebetulan lewat. "Astaga Ais, kamu cantik sekali sampai aku pikir orang lain." Tetangga itu terkejut kala Aisyah membalik tubuhnya.
"Masyaallah, terima kasih Bu. Kalau boleh tahu ibu di mana?" tanya Aisyah lembut.
"Ada di rumah pak Imam, di sana ada pernikahan tiba-tiba karena kepergok berpelukan di gubuk dataran tinggi."
"Astagfirullah," gumam Haura.
"Sepertinya kamu tahu siapa Ais, dia ustaz yang tinggal di rumah bu Fatmah."
Deg, jantung Haura berdetak tidak menentu mendengar clue yang diberikan oleh tetangga itu. "Tunggu apa lagi Mas, kita harus pergi ke rumah pak Imam!" desak Haura.
Harun pun mengangguk, segera melajukan mobilnya menuju rumah iman desa. Di depan rumah banyak anak-anak maupun orang dewasa yang berkumpul sehingga menimbulkan sedikit kemacetan.
Haura yang sudah tidak sabar segera turun dari mobil, berjalan terburu-buru di keramaian dengan mata berkaca-kaca. Takut jika orang yang digrebek benar putranya.
Baru saja menapaki anak tangga rumah panggung, suara saksi mengucapkan kata Sah telah terdengar di telinga Haura. Saat sampai di dalamnya ia mendapati putra pertamanya sedang duduk di depan pak Imam dan punggung tangan putranya di cium oleh perempuan yang bahkan Haura tidak kenal.
"Azzam?" panggilnya.
"Bunda?" Azzam sangat terkejut melihat keberadaan bundanya di ambang pintu.
"Jadi benar kamu Nak?"
"Bunda, Azzam ...." Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Haura telah jatuh pingsan. Beruntungnya cepat di tangkap oleh Harun sehingga tidak menimpa warga.
Azzam langsung bangkit dari duduknya. Mengendong bundanya meninggalkan rumah yang terasa panas itu. Setelah sampai di rumah bu Fatmah. Azzam membaringkan bundanya di ranjang yang telah disediakan oleh Aisyah. Duduk di bibir ranjang dan menggenggam tangan yang terasa dingin tersebut.
"Maafkan Azzam Bunda," lirih Azzam terus mengecup punggung tangan bundanya, berbeda dengan Aisyah yang duduk di atas ranjang dan sibuk mengoleskan minyak kayu putih.
Sementara di luar kamar, Harun sedang mencari informasi lebih jelas dari ibu Fatmah juga pak Joko. Di sisi lain Hayyah duduk di kursi rotan sambil mencengkeram gaun pengantin yang ia pakai saat ditemukan oleh Azzam di pinggir sungai. Suasananya sangat canggung, ia merasa bodoh lantaran orang yang ia kenal meninggalkannya begitu saja di rumah imam desa. Andai bukan pak Joko yang mengajaknya pulang, mungkin dia masih duduk di sana seperti orang gila.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments
Sarah Yuniani
hayyah kegirangan nih ..
kasian Azzam difitnah
2024-10-21
0
Kendarsih Keken
Bunda Haura shock sampai jatuh pingsan
2024-06-03
0
Hafifah Hafifah
si bunda telat mungkin si azzam sekarang udah nikah
2024-04-17
2