Bab 16 ~ Allah bersama kita

Azzam, ustaz muda itu duduk di atas sajadah sambil menengadahkan tangannya ke atas. Berdoa akan keselamatan istrinya yang akan di operasi beberapa jam lagi. Ia memohon keselamatan dan hal-hal baik untuk wanita yang baru saja masuk dalam hidupnya.

Setiap doa yang ia panjatkan selalu di Aamiin in oleh pemilik nama yang ikut shalat subuh bersamanya. Azzam membalik tubuhnya dan mengulurkan tangan pada Hayyah dengan wajah penuh senyuman. Berbeda dengan Hayyah yang tampak pucat dan tangannya bergetar.

Merasakan kegelisan di benak istrinya, Azzam pun duduk sejajar dengan Hayyah. Menyatukan jari jemarinya bersama perempuan itu seolah menyalurkan kehangatan di tengah dinginnya ruangan serba putih tersebut.

"Apa tidak ada jalan selain operasi Mas? Aku baik-baik saja dan senantiasa berusaha mengingat semuanya secara perlahan," lirih Hayyah seraya menundukkan kepalanya. Menikmati genggaman tangan sang suami yang sesekali mengelus.

Yang di tanya masih saja terdiam, bahkan hanya mengecup telapak tangan Hayyah sesekali.

"Hanya ini yang terbaik Hayyah. Pembengkakan di kepalamu akan semakin parah jika dibiarkan terlalu lama. Percayalah semuanya akan baik-baik saja. Allah selalu bersama kita."

"Aku takut Mas."

"Percaya dengan kuasa Allah Hayyah. Aku yakin kamu adalah perempuan yang kuat."

Hening, sebelum akhirnya isakan kecil lolos dari bibir mungil Hayyah. Perempuan itu benar-benar takut masuk ke ruangan dingin penuh alat-alat tersebut. Ia takut tak bisa kembali dalam keadaan sadar.

"Jangan menangis Sayang." Azzam merengkuh tubuh istrinya yang terbalut mukena. Membenakan bibirnya di kening sang istri cukup lama. Terlalu banyak menghabiskan diskusi di atas sajadah, Hayyah sampai tertidur di pangkuan Azzam.

"Kak Azzam ...."

Azzam lantas menempelkan jadi telunjuk di bibir. "Istriku baru saja tidur Aira."

Aira pun mengatup bibirnya sebentar. "Aira mau pamit. Maaf tidak bisa menunggu sampai kak Hayyah di operasi." Gadis bergamis itu duduk di hadapan kakaknya. Mengulurkan tangan untuk mengecup punggung tangan pria yang selalu memenuhi semua kebutuhannya dan menjadi tempat curhat jika mengalami hambatan di tempat tinggal orang lain.

"Hati-hati di jalan dan selalu jaga marwah mu sebagai perempuan, Dek."

"Aira bakal berusaha Kak. Sampai kan pada kak Hayyah bahwa aku sudah pulang."

"Terima kasih sudah menerima kakak iparmu meski ...."

"Apapun alasannya sekarang kak Hayyah adalah istri kak Azzam jadi aku harus menghormatinya dan menyayanginya seperti aku menyayangi kakak." Aira tersenyum hangat.

Azzam memandangi punggung adiknya yang mulai meninggalkan ruangan perawatan. Gadis itu akan pulang di antar oleh ayah Harun. Biasanya Azzam yang akan mengantar, tetapi Hayyah lebih membutuhkannya saat ini.

....

Azzam mengangguk dengan pasti, tersenyum seolah semuanya baik-baik saja sambil menggenggam tangan Hayyah yang terasa sangat dingin. Mereka kini telah berada di ruangan perawatan sebelum operasi di mulai.

"Semua orang menunggumu keluar Nak. Jadi jangan putus asa di dalam sana apapun yang terjadi," ucap Haura.

"Mas akan selalu di sini menunggumu."

"Bunda dan Azzam sangat baik padaku, aku akan kembali untuk membalas semuanya." Hayyah tersenyum meski hatinya sangat gelisah. Terlebih kala melihat dua perawat datang dan genggamannya terlepas dari sang suami.

Tepat saat brankar Hayyah menghilang di pintu, setetes air mata terjatuh di pelupuk mata Azzam. Mengenai senyuman yang ia perlihatkan sejak pagi hanyalah sebuah dorongan kekuatan untuk istrinya. Azzam merasakan kegelisahan yang sama, tetapi tak berkenan bersedih.

"Hayyah baru masuk dalam hidup Azzam Bunda, tapi kenapa rasanya sesakit ini?"

"Itu karena dia istrimu Nak. Mau dia baru atau pun lama, tetap saja ikatan batin antara suami dan istri itu sangat kuat. Semuanya akan baik-baik saja Azzam."

"Bunda benar, semuanya akan baik-baik saja karena Allah bersama kita."

....

Setelah menunggu 3 jam lebih, akhirnya lampu ruangan operasi pun mati dan tidak lama kemudian dokter Edgar keluar untuk menemui Azzam dan bunda Haura yang setia menunggu hasilnya.

"Semuanya berjalan lancar pak Azzam. Bu Hayyah segera di pindahkan ke ruangan ICU untuk memantau hal-hal yang tidak diinginkan."

"Apakah istri saya akan segera sadar?"

"Saya belum dapat memastikan secara ini adalah operasi besar."

"Pak Azzam boleh menemuinya setelah bu Hayyah selesai di pindahkan. Tolong patuhi peraturan yang ada." Dokter Edgar melenggang pergi setelah berbicara dengan Azzam.

Bunda Haura yang melihat putranya bergeming perlahan menghampiri dan mengelus lengan terbalut kemeja navi itu.

"Ayo temui istrimu Nak."

"Iya Bunda."

Azzam pun menuju ruangan ICU VIP yang di sediakan oleh rumah sakit Edelweis. Ruangan tersebut di buat demi kenyamanan para pengunjung yang keluarganya membutuhkan privasi.

Tak jauh beda kelengkapan ruangan perawatan, tetapi di dalamnya di sertai banyak alat seperti ruangan ICU pada umumnya.

Azzam berdiri di samping brankar, memandangi wajah terlelap istrinya yang entah kapan akan sadar. Dari detakan jantung dan hal-hal lainnya terbilang baik jika dilihat dari layar EKG. Tatapan yang semula berada di wajah beralih pada kepala yang di perban. Tanpa membuka saja Azzam yakin bahwa Hayyah telah kehilangan rambut indahnya. Terlebih ayah Harun telah menjelaskan kemungkinan Hayyah di botak di ruangan operasi.

"Terima kasih sudah bertahan Hayyah," lirih Azzam. "Aku akan berusaha mempertemukanmu dengan keluargamu, tetapi setelah mengetahui alasan kamu bisa terdampar di desa yang cukup jauh."

Terpopuler

Comments

Yunia Afida

Yunia Afida

semangat tak💪💪💪💪💪

2024-04-03

1

Teh Yen

Teh Yen

smoga hayyah segera sadar d baik baik saja yah

2024-04-03

1

Hasbi Kc

Hasbi Kc

cepat pulih hayya kasihan mas ustadzmu

2024-04-01

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ~ Aku bukan suamimu
2 Bab 2 ~ Membawa Hayyah ke rumah sakit
3 Bab 3 ~ Menuntunnya ke jalan yang benar
4 Bab 4 ~ Malu pada anak-anak
5 Bab 5 ~ Harusnya bukan kamu yang aku nikahi!
6 Bab 6 ~ Menikah karena digrebek
7 Bab 7 ~ Sekali untuk seumur hidup
8 Bab 8 ~ Pamit
9 Bab 9 ~ Bukan jodoh
10 Bab 10 ~ Ibadah seumur hidup
11 Bab 11 ~ Bunda Haura
12 Bab 12 ~ Bu Hayyah
13 Bab 13 ~ Kembali melupakan
14 Bab 14 ~ Benda tumpul
15 Bab 15 ~ Dia Istriku
16 Bab 16 ~ Allah bersama kita
17 Bab 17 ~ Tidur terlalu lama
18 Bab 18 ~ Harta paling berharga
19 Bab 19 ~ Menikah lagi?
20 Bab 20 ~ Berhenti berdetak
21 Bab 21 ~ Kehilangan seorang istri
22 Bab 22 ~ Ingatan yang hilang
23 Bab 23 ~ Jodoh yang tertunda
24 Bab 24 ~ Mas Adam?
25 Bab 25 ~ Menginginkan hal yang sama dalam pernikahan
26 Bab 26 ~ Hanya seorang Ustaz
27 Bab 27 ~ Kita berjodoh jika kamu mau
28 Bab 28 ~ Kalung Mama Hagia
29 Bab 29 ~ Satu Miliar untuk Hayyah
30 Bab 30 ~ Azzam Membual
31 Bab 31 ~ Penyakit Hati
32 Bab 32 ~ Di Penjara
33 Bab 33 ~ Akad Nikah
34 Bab 34 ~ Aku pernah Aborsi
35 Bab 35 ~ Mertua dan ipar idaman
36 Bab 36 ~ Siapa pria itu?
37 Bab 37 ~ Kunjungan
38 Bab 38 ~ Taaruf
39 Bab 39 ~ Ada apa dengan Aira?
40 Bab 40 ~ Terluka
41 Bab 41 ~ Pindah Rumah
42 Bab 42 ~ Cinta sederhana
43 Bab 43 ~ Tak mungkin bersatu
44 Bab 44 ~ Menghindar
45 Bab 45 ~ Ancaman
46 Bab 46 ~ Keputusan pak Joko
47 Bab 47 ~ Kabar Buruk
48 Bab 48 ~ Bunda gagal, Zam
49 Bab 49 ~ Kembali ke sekolah
50 Bab 50 ~ Allah maha pemaaf
51 Bab 51 ~ Kamu melakukannya suka sama suka?
52 Bab 52 ~ Menemui Dokter Anwar
53 Bab 53 ~ Hanya manusia biasa
54 Bab 54 ~ Tidak baik-baik saja
55 Bab 55 ~ Ini salahku, Mas
56 Bab 56 ~ Jangan temui ayah dan bunda
57 Bab 57 ~ Sisa waktu
58 Bab 58 ~ Melanggar perintah suami
59 Bab 59 ~ Obat lelah
60 Bab 60 ~ Berbaikan
61 Bab 61 ~ Paket
62 Bab 62 ~ Ending
63 Istri untuk Suamiku
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1 ~ Aku bukan suamimu
2
Bab 2 ~ Membawa Hayyah ke rumah sakit
3
Bab 3 ~ Menuntunnya ke jalan yang benar
4
Bab 4 ~ Malu pada anak-anak
5
Bab 5 ~ Harusnya bukan kamu yang aku nikahi!
6
Bab 6 ~ Menikah karena digrebek
7
Bab 7 ~ Sekali untuk seumur hidup
8
Bab 8 ~ Pamit
9
Bab 9 ~ Bukan jodoh
10
Bab 10 ~ Ibadah seumur hidup
11
Bab 11 ~ Bunda Haura
12
Bab 12 ~ Bu Hayyah
13
Bab 13 ~ Kembali melupakan
14
Bab 14 ~ Benda tumpul
15
Bab 15 ~ Dia Istriku
16
Bab 16 ~ Allah bersama kita
17
Bab 17 ~ Tidur terlalu lama
18
Bab 18 ~ Harta paling berharga
19
Bab 19 ~ Menikah lagi?
20
Bab 20 ~ Berhenti berdetak
21
Bab 21 ~ Kehilangan seorang istri
22
Bab 22 ~ Ingatan yang hilang
23
Bab 23 ~ Jodoh yang tertunda
24
Bab 24 ~ Mas Adam?
25
Bab 25 ~ Menginginkan hal yang sama dalam pernikahan
26
Bab 26 ~ Hanya seorang Ustaz
27
Bab 27 ~ Kita berjodoh jika kamu mau
28
Bab 28 ~ Kalung Mama Hagia
29
Bab 29 ~ Satu Miliar untuk Hayyah
30
Bab 30 ~ Azzam Membual
31
Bab 31 ~ Penyakit Hati
32
Bab 32 ~ Di Penjara
33
Bab 33 ~ Akad Nikah
34
Bab 34 ~ Aku pernah Aborsi
35
Bab 35 ~ Mertua dan ipar idaman
36
Bab 36 ~ Siapa pria itu?
37
Bab 37 ~ Kunjungan
38
Bab 38 ~ Taaruf
39
Bab 39 ~ Ada apa dengan Aira?
40
Bab 40 ~ Terluka
41
Bab 41 ~ Pindah Rumah
42
Bab 42 ~ Cinta sederhana
43
Bab 43 ~ Tak mungkin bersatu
44
Bab 44 ~ Menghindar
45
Bab 45 ~ Ancaman
46
Bab 46 ~ Keputusan pak Joko
47
Bab 47 ~ Kabar Buruk
48
Bab 48 ~ Bunda gagal, Zam
49
Bab 49 ~ Kembali ke sekolah
50
Bab 50 ~ Allah maha pemaaf
51
Bab 51 ~ Kamu melakukannya suka sama suka?
52
Bab 52 ~ Menemui Dokter Anwar
53
Bab 53 ~ Hanya manusia biasa
54
Bab 54 ~ Tidak baik-baik saja
55
Bab 55 ~ Ini salahku, Mas
56
Bab 56 ~ Jangan temui ayah dan bunda
57
Bab 57 ~ Sisa waktu
58
Bab 58 ~ Melanggar perintah suami
59
Bab 59 ~ Obat lelah
60
Bab 60 ~ Berbaikan
61
Bab 61 ~ Paket
62
Bab 62 ~ Ending
63
Istri untuk Suamiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!