Bab 11 ~ Bunda Haura

Tidur setelah subuh adalah hal yang sangat indah, apalagi merasakan hangatnya balutan selimut tebal. Namun, sepasang suami istri di dalam kamarnya tidak tergoda akan kenikmatan itu. Alih-alih tidur keduanya malah mengaji dan belajar satu sama lain dan sesekali tertawa bersama.

Hayyah yang sering kali salah penyebutan saat belajar Iqro. Alih-alih marah Azzam malah tertawa gemes menyaksikan bagaimana polosnya wanita itu kala bertanya dengan nada.

"Oh salah ya?"

"Bukan salah, tapi kurang tepat."

"Tapi aku hampir bisa kan Mas?"

"Jauh lebih baik dari pada tidak berusaha sama sekali."

"Kalau begitu belajarnya sampai di sini dulu, aku mau ke dapur siapa tahu bunda sudah bangun."

"Duduklah atau pejamkan matamu sebentar, sepertinya kamu sangat mengantuk Hayyah." Azzam menarik tangan istrinya yang hendak pergi.

"Tapi aku ingin mengambil hati Bunda."

"Tapi memasak bukan kewajibanmu apalagi hanya untuk mengambil perhatian Bunda. Terlebih di jam seperti ini bunda masjid berada di kamar bersama Ayah. Mereka melakukan hal yang sama seperti kita."

"Begitu? Ya sudah aku mau tidur sebentar tapi di pangkuan Mas, apa boleh?"

Azzam terdiam sebentar sebelum akhirnya menyetujui permintaan Hayyah. Saat itulah Hayyah membaringkan kepalanya di pangkuan sang suami masih menggunakan mukena. Sementara Azzam sendiri melanjutkan mengajinya setelah tertunda akibat Hayyah yang memaksa ingin belajar.

Sesekali Azzam menatap wajah damai Hayyah yang begitu cepat terlelap. Ia tidak rugi memperistri Hayyah, malahan ia sangat beruntung mendapatkan pasangan hidup yang mau belajar ke arah yang lebih baik. Semangat melakukan sesuatu dan bertanya padanya.

"Semoga tidak ada badai besar yang menghantam rumah tangga kita Hayyah. Kalau pun ada, semoga kita bisa melewati semuanya. Jika boleh jujur aku pun khawatir jika kamu memang milik orang lain." Azzam mengusap pipi Hayyah.

....

Merasa Hayyah masih merasakan ke canggungan ketika bertemu dengan bundanya, Azzam pun menggenggam tangan istrinya hingga sampai di meja makan. Menarik kursi untuk Hayyah duduk berhadapan dengan bunda Haura.

"Selamat pagi Bunda," sapa Hayyah.

"Pagi Nak, apa tidur kalian nyenyak?"

"Tidur Hayyah nyenyak, tapi tidak tahu dengan mas Azzam Bunda. Dari jam 4 pagi tidak tidur sampai sekarang."

"Bukannya kamu ikut?"

"Tapi aku tidur setengah enam pagi Mas."

Harun dan Haura tersenyum melihat perdebatan kecil putra dan menantunya. "Ayo sarapan dulu! Oh iya, setelah ini istrimu ada kegiatan apa Azzam?"

"Membawanya ke kantor, Bunda. Sekalian belanja keperluan Hayyah. Baju bunda sedikit kebesaran di tubuh Hayyah."

"Biarkan bunda yang menemani Hayyah."

"Azzam senang mendengarnya Bunda." Azzam merasa lega mengetahui bunda Haura ingin mendekatkan diri pada istrinya. Padahal wanita paruh baya itu sempat mempermasalahkan status Hayyah yang tidak jelas.

Setelah sarapan bersama, Azzam pun pamit pada orang tuanya juga istri yang mengikuti sampai di depan rumah.

"Hati-hati Mas."

"Baik-baik sama Bunda. Dan ini untukmu." Menyerahkan kartu pada Hayyah. "Gunakan untuk membeli semua keperluan yang kamu butuhkan. Seperti pakaian sesuai kenyamanan kamu. Perawatan kulit atau pun skincare seperti yang lain."

"Apa aku kurang cantik?" tanya Hayyah dengan polosnya.

"Justru karena kamu cantik, kamu harus menjaganya untuk suamimu Hayyah." Azzam lagi-lagi tertawa. Ia mengusap kepala Hayyah yang tertutup hijab sebelum akhirnya meninggalkan rumah.

Tak melihat motor Azzam lagi, Hayyah pun masuk ke rumah dan menghampiri bunda Haura yang tengah berbincang dengan ayah Harun.

"Itu menantu kita sudah datang, kalau begitu mas pergi dulu ya." Harun mengecup kening Haura sebelum pergi.

"Ternyata sikap lembut mas Azzam dari ayahnya," batin Hayyah.

....

Hayyah mengira perjalanannya dengan bunda Haura akan terasa hambar dan menegangkan. Namun, yang terjadi malah sebaliknya. Ia sejak tadi senyum-senyum sendiri mendengar cerita bunda Haura tentang Azzam.

"Jadi mas Azzam pernah menangis karena tidak ingin menikah, Bunda?"

"Benar Nak, katanya dia takut kalau sampai tidak bisa membimbing istrinya menuju surga bersama."

"Hayyah akan berusaha mengimbangi mas Azzam Bunda. Hayyah juga berjanji untuk berusaha mengingat semuanya."

"Pelan-pelan saja jangan terlalu memaksakan diri Nak. Itu bisa membuatmu terluka nantinya." Haura membanting setir kemudi memasuki halaman toko donat yang cukup dekat dengan rumah sakit. Di dalam ramai akan pelanggan.

"Tunggu sebentar ya." Haura turun lebih dulu dari mobil kala mendapatkan telepon dari seseorang.

Hayyah pun ikut turun dan berdiri di depan toko donat, saat itulah seseorang menghampirinya.

"Ada yang bisa saya bantu, Kak?" tanya karyawan Haura Bakery sopan.

"Dia menantu saya," ucap Haura.

"Ah maaf Bu saya tidak tahu kalau kakak ini menantu ibu." Perempuan itu memberikan bow.

"Tidak masalah namanya juga orang tidak tahu." Haura hanya melempar senyum, mengajak Hayyah memasuki toko donat.

"Ini punya Bunda?"

"Iya."

"Hebat." Hayyah menatap takjub pada semua orang, terutama karyawan yang memakai seragam masing-masing. Semuanya menutup aurat dan mayoritas perempuan.

"Bunda lupa menceritakan satu hal lagi tentang suamimu Nak. Azzam memiliki perempuan yang sangat dia sayangi melebihi bunda. Sekarang perempuan itu sedang magang di salah satu rumah sakit di luar kota."

"Apa maksud Bunda?" Wajah Hayyah seketika pias.

"Azzam punya adik perempuan."

"Oh adik, aku kira istri selain aku." Hayyah tertawa canggung, ia hampir saja menelepon ustaz Azzam untuk menanyakan semuanya.

"Bunda memberitahumu agar nanti saat kamu melihat Azzam bersama adiknya kamu tidak salah paham Nak. Soalnya Azzam sering kali mengunjungi adiknya jika sedang rindu."

Terpopuler

Comments

Hafifah Hafifah

Hafifah Hafifah

tenang dia masih single kok meski dia dulu punya calon suami tapi suaminya yg sah kan kamu zam

2024-04-17

2

Hasbi Kc

Hasbi Kc

azzam itu kayak bundanya baik dan rendah hati

2024-03-30

1

Yunia Afida

Yunia Afida

semangat terus 💪💪💪💪💪

2024-03-29

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 ~ Aku bukan suamimu
2 Bab 2 ~ Membawa Hayyah ke rumah sakit
3 Bab 3 ~ Menuntunnya ke jalan yang benar
4 Bab 4 ~ Malu pada anak-anak
5 Bab 5 ~ Harusnya bukan kamu yang aku nikahi!
6 Bab 6 ~ Menikah karena digrebek
7 Bab 7 ~ Sekali untuk seumur hidup
8 Bab 8 ~ Pamit
9 Bab 9 ~ Bukan jodoh
10 Bab 10 ~ Ibadah seumur hidup
11 Bab 11 ~ Bunda Haura
12 Bab 12 ~ Bu Hayyah
13 Bab 13 ~ Kembali melupakan
14 Bab 14 ~ Benda tumpul
15 Bab 15 ~ Dia Istriku
16 Bab 16 ~ Allah bersama kita
17 Bab 17 ~ Tidur terlalu lama
18 Bab 18 ~ Harta paling berharga
19 Bab 19 ~ Menikah lagi?
20 Bab 20 ~ Berhenti berdetak
21 Bab 21 ~ Kehilangan seorang istri
22 Bab 22 ~ Ingatan yang hilang
23 Bab 23 ~ Jodoh yang tertunda
24 Bab 24 ~ Mas Adam?
25 Bab 25 ~ Menginginkan hal yang sama dalam pernikahan
26 Bab 26 ~ Hanya seorang Ustaz
27 Bab 27 ~ Kita berjodoh jika kamu mau
28 Bab 28 ~ Kalung Mama Hagia
29 Bab 29 ~ Satu Miliar untuk Hayyah
30 Bab 30 ~ Azzam Membual
31 Bab 31 ~ Penyakit Hati
32 Bab 32 ~ Di Penjara
33 Bab 33 ~ Akad Nikah
34 Bab 34 ~ Aku pernah Aborsi
35 Bab 35 ~ Mertua dan ipar idaman
36 Bab 36 ~ Siapa pria itu?
37 Bab 37 ~ Kunjungan
38 Bab 38 ~ Taaruf
39 Bab 39 ~ Ada apa dengan Aira?
40 Bab 40 ~ Terluka
41 Bab 41 ~ Pindah Rumah
42 Bab 42 ~ Cinta sederhana
43 Bab 43 ~ Tak mungkin bersatu
44 Bab 44 ~ Menghindar
45 Bab 45 ~ Ancaman
46 Bab 46 ~ Keputusan pak Joko
47 Bab 47 ~ Kabar Buruk
48 Bab 48 ~ Bunda gagal, Zam
49 Bab 49 ~ Kembali ke sekolah
50 Bab 50 ~ Allah maha pemaaf
51 Bab 51 ~ Kamu melakukannya suka sama suka?
52 Bab 52 ~ Menemui Dokter Anwar
53 Bab 53 ~ Hanya manusia biasa
54 Bab 54 ~ Tidak baik-baik saja
55 Bab 55 ~ Ini salahku, Mas
56 Bab 56 ~ Jangan temui ayah dan bunda
57 Bab 57 ~ Sisa waktu
58 Bab 58 ~ Melanggar perintah suami
59 Bab 59 ~ Obat lelah
60 Bab 60 ~ Berbaikan
61 Bab 61 ~ Paket
62 Bab 62 ~ Ending
63 Istri untuk Suamiku
Episodes

Updated 63 Episodes

1
Bab 1 ~ Aku bukan suamimu
2
Bab 2 ~ Membawa Hayyah ke rumah sakit
3
Bab 3 ~ Menuntunnya ke jalan yang benar
4
Bab 4 ~ Malu pada anak-anak
5
Bab 5 ~ Harusnya bukan kamu yang aku nikahi!
6
Bab 6 ~ Menikah karena digrebek
7
Bab 7 ~ Sekali untuk seumur hidup
8
Bab 8 ~ Pamit
9
Bab 9 ~ Bukan jodoh
10
Bab 10 ~ Ibadah seumur hidup
11
Bab 11 ~ Bunda Haura
12
Bab 12 ~ Bu Hayyah
13
Bab 13 ~ Kembali melupakan
14
Bab 14 ~ Benda tumpul
15
Bab 15 ~ Dia Istriku
16
Bab 16 ~ Allah bersama kita
17
Bab 17 ~ Tidur terlalu lama
18
Bab 18 ~ Harta paling berharga
19
Bab 19 ~ Menikah lagi?
20
Bab 20 ~ Berhenti berdetak
21
Bab 21 ~ Kehilangan seorang istri
22
Bab 22 ~ Ingatan yang hilang
23
Bab 23 ~ Jodoh yang tertunda
24
Bab 24 ~ Mas Adam?
25
Bab 25 ~ Menginginkan hal yang sama dalam pernikahan
26
Bab 26 ~ Hanya seorang Ustaz
27
Bab 27 ~ Kita berjodoh jika kamu mau
28
Bab 28 ~ Kalung Mama Hagia
29
Bab 29 ~ Satu Miliar untuk Hayyah
30
Bab 30 ~ Azzam Membual
31
Bab 31 ~ Penyakit Hati
32
Bab 32 ~ Di Penjara
33
Bab 33 ~ Akad Nikah
34
Bab 34 ~ Aku pernah Aborsi
35
Bab 35 ~ Mertua dan ipar idaman
36
Bab 36 ~ Siapa pria itu?
37
Bab 37 ~ Kunjungan
38
Bab 38 ~ Taaruf
39
Bab 39 ~ Ada apa dengan Aira?
40
Bab 40 ~ Terluka
41
Bab 41 ~ Pindah Rumah
42
Bab 42 ~ Cinta sederhana
43
Bab 43 ~ Tak mungkin bersatu
44
Bab 44 ~ Menghindar
45
Bab 45 ~ Ancaman
46
Bab 46 ~ Keputusan pak Joko
47
Bab 47 ~ Kabar Buruk
48
Bab 48 ~ Bunda gagal, Zam
49
Bab 49 ~ Kembali ke sekolah
50
Bab 50 ~ Allah maha pemaaf
51
Bab 51 ~ Kamu melakukannya suka sama suka?
52
Bab 52 ~ Menemui Dokter Anwar
53
Bab 53 ~ Hanya manusia biasa
54
Bab 54 ~ Tidak baik-baik saja
55
Bab 55 ~ Ini salahku, Mas
56
Bab 56 ~ Jangan temui ayah dan bunda
57
Bab 57 ~ Sisa waktu
58
Bab 58 ~ Melanggar perintah suami
59
Bab 59 ~ Obat lelah
60
Bab 60 ~ Berbaikan
61
Bab 61 ~ Paket
62
Bab 62 ~ Ending
63
Istri untuk Suamiku

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!