12

Shione masih memegang kedua lengan Aori. "Aku berhenti jadi mata-mata, aku tidak akan menemukannya" kata Aori.

"Katakan saja, aku akan menghajar nya dengan keras" kata Shione. "Aku tidak akan mengatakan nya" jawab Aori To the point.

Shione mengerutkan dahinya. "Kenapa! Aku sepupumu! Aku sering mengatakan masalah ku, tapi kenapa kau tidak pernah mengatakan masalah mu! " kata Shione.

"Aku bisa mengatasinya sendiri! " jawab Aori penuh penekanan. "Lihat dirimu, kau begitu kacau, seandainya, jika kau memberitahuku, aku akan memenggal kepalanya untuk mu! " kata Shione.

"Sudah ku bilang, aku sendiri yang akan mengatasi masalah ku " Aori akan berbaring ke ranjang nya, namun di tahan Shione.

"Kau tidak bisa mengatasinya sendiri Aori! Aku akan memanggil koneksi kakakku dan agar membawamu ke Tokyo dan tinggal dengan kakakku sementara " kata Shione.

"Tidak! Aku tidak mau tinggal dengan nya! Kau tidak tahu hal buruk apa yang pernah dia lakukan padaku! " kata Aori.

"Kakakku juga sepupumu! " bentak Shione. "Cukup Shione! Mereka sudah pergi, kau aman dan bisa pergi dari sini sebelum mereka kembali lagi untuk memastikan " kata Aori.

Shione menautkan alisnya alisnya. "Kau tidak mau ada hubungan lagi diantara kita? " tanya Shione pelan dengan tatapan sendu.

"Aku tidak bilang begitu " kata Aori. "Tapi aku melihat  itu dari ekspresi wajahmu yang menginginkan kita tidak bersama seperti dulu, baiklah aku tidak akan mengganggu mu! " kata Shione kemudian bergegas pergi sambil membawa tiang infusnya.

Aori menatap sedih punggung Shione yang hilang setelah keluar dari ruangannya.

Leon berlari memasuki kamar inap Shione. Dia terkejut melihat  keadaan kamar itu begitu kacau dengan ranjang terbalik dan banyak benda yang pecah.

"Owh, where are you, Shione? " gumam Leon.

Shione bergegas ke lantai bawah. Dia terkejut melihat  tangga lagi. "Apa rumah sakit ini benar-benar tidak memiliki lift? " gerutu Shione.

Dia pun mengangkat tiang infusnya ke pagar tangga. Dia meloncat ke kaki -kaki tiang dan sesuai rencana, tubuhnya meluncur ke bawah. Shione melompat setelah berada di ujung pagar tangga.

Shione menghela napas berat kemudian berjalan menuju lantai bawah lagi karena dia ingin segera kabur dari rumah sakit ini.

Leon menaiki tangga menuju lantai 2. Dia terkejut melihat wanita berpakaian suster itu. "Carren " gumam Leon.

Carren menoleh. "Leonardo " gumam Carren. Carren menghampiri Leon. Dan terjadi perkelahian. Orang -orangnya juga membantu.

Shione berhasil sampai turun ke lantai 2. Dia terkejut melihat  perkelahian Leon dan Carren. Shione pun melawan orang -orang nya Carren dengan tiang infusnya.

Salah satu dari mereka menarik tiang infusnya. Namun Shione juga menariknya. Leon menoleh. "Shione " gumamnya. Karena tidak fokus, Carren berhasil meninju wajah Leon.

Leon memegang hidungnya yang berdarah. "Sakit Davidson? " ledek Carren. Leon berlari menjauh dari Carren.

"Kembali pengecut!! " teriak Carren. Leon menghampiri Shione dan membantunya melawan mereka. "Kenapa tidak menghubungiku? " tanya Leon sambil berkelahi.

"Kau pikir kemana smartphonku! " gerutu Shione. Carren berlari kearah mereka dengan pisau belati di tangannya.

Leon menoleh kemudian dia menarik tangan Shione dan mengangkat tubuhnya. "Leon kenapa kau menggendong ku, aku harus melawan mereka " kata Shione.

"Mereka berbahaya, punya senjata yang tidak akan kita sadari yang bisa membunuh kita kapan saja" jawab Leon masih berlari sambil menggendong Shione yang setia memegang tiang infusnya.

Shione melihat  ke belakang Leon ada pria berjas yang akan memukul Leon. Dengan sigap, Shione menggerakkan tiang infusnya kemudian memukul wajah pria itu.

Tiba-tiba, mereka terkepung. Banyak sekali pria berjas yang mengelilingi mereka. Kini mereka terpojok ke kaca jendela permanen.

Carren menghampiri mereka. "Leon turunkan aku " kata Shione. Leon menurut Shione pun di turunkan. Carren tersenyum kemudian senyumannya berubah menjadi tawaan.

"Hahaha seorang psikopat dan seorang mafia yang.. Bisa di bilang berkolaborasi? Atau kalian saling mencintai? Sungguh sesuatu yang langka bukan? Oh ya tebak, aku kemari untuk menjemput siapa? " tanya Carren.

"Aku tidak mau mendengar pertanyaan mu itu " kata Shione. "Setidaknya jawab pertanyaan ku" kata Carren. "Ataupun menjawab pertanyaan mu" kata Shione.

Carren menautkan alisnya. "Aku kemari untuk membawa mu Leon! " kata Carren. "Apa dia salah satu jalangmu? " bisik Shione. "Bukan, memang kau tahu apa soal ku? " bisik Leon dengan nada menggerutu. Carren mendelik Leon dan Shione bergantian saat mereka berbisik.

"Aku tahu kau suka memakai jalang" bisik Shione. Leon terkejut kemudian menoleh pada Shione. "Arthur memberitahumu? " bisik Leon. "Stop this bullshit!! " bentak Carren.

Leon dan Shione kembali menatap Carren. "Kau sudah membunuh kakakku, aku ingin kepalamu, dan 20 milyar itu bukan uang yang sedikit, aku juga membutuhkannya. Ya dan meski harga itu ku pampang, tetap saja tidak ada yang mampu membunuh mu" kata Carren.

Shione menelisik satu persatu orang berjas itu. Siapa tahu ada yang lengah. Dengan cepat, Shione menarik pria yang berada di samping nya dan memukul syaraf ototnya kemudian membelitkan selang infusnya ke leher pria itu.

"Lepaskan kami, atau ku bunuh dia " desis Shione. Semuanya tertawa termasuk Carren. Leon mengusap kasar wajahnya sendiri.

"Bunuh saja" kata Carren. Shione mengerutkan dahinya. "Dia anak buahnya, mana berguna untuk di jadikan sandera" bisik Leon. Shione tidak mengerti karena selama menjadi yakuza, dia selalu mementingkan nyawanya dan nyawa rekannya meskipun anak buahnya sendiri.

Mereka semua menodongkan pistol kearah mereka berdua. "Damn! " geram Shione. Shione melihat  pistol aneh yang mereka pegang. Kata-kata Leon terngiang di telinganya.

"Mereka berbahaya, punya senjata yang tidak akan kita sadari yang bisa membunuh kita kapan saja" kata-kata itu masih jelas terpampang di otaknya.

Shione melihat  jarum di lubang pelurunya. Dia ingat saat Carren menyuntikkannya serum berwarna hijau. Mungkin itu juga isinya.

Shione menatap Leon. Leon juga menatapnya. "Menyerahlah, atau ku tembak" ancam Carren. Shione menotog sandera nya kemudian menarik tiang infusnya.

"Ku hitung mundur, 5.." Carren mulai menghitung. Shione melepas selang infusannya dari tangannya.

"..4.."

Shione mendorong Leon dengan sekuat tenaga ke jendela kaca permanen itu hingga kaca nya pecah. Leon dan Carren terkejut dengan tindakan Shione.

"Hell, apa yang.. " Shione memberikan tiang infus itu pada Leon. Carren menembak punggung Shione. Shione sedikit meringis.

"Selamat tinggal.. Dan selamatkan dirimu" kata Shione kemudian mencium bibir Leon dan mendorongnya. Leon masih terkesima. Tubuhnya berputar -putar di udara.

Tiba-tiba dia sadar dia akan jatuh. Dengan cepat, dia menancapkan tiang infus itu ke kaca jendela yang di laluinya tidak berhasil karena kacanya pecah.

Beberapa meter lagi, dia akan mendarat ke tanah. Leon melompat ke salah satu jendela yang terbuka. Dan berhasil. Dia tersungkur ke dalam. Pasien yang berada di kamar itu terkejut.

Leon memegang perutnya karena sakit. Dia bangkit sambil menatap tiang infus yang sudah membuatnya selamat.

"Shit!! Shione pasti di sandera mereka, ini salah ku " geram Leon sambil melempar tiang infus itu keluar. Pasien yang ada di kamar itu terlihat ketakutan.

Leon pun berlalu.

♡♥♡♥♡♥♡

By

Ucu Irna Marhamah

Terpopuler

Comments

Tarmiyati

Tarmiyati

p

2021-06-22

0

Emi

Emi

Tiba2 terlintas dibenakku adegan laganya Tom Cruise 😍😍

2021-03-08

0

Fitrianis 11

Fitrianis 11

jangan jangan yang perkosa Aori Rider........

2021-03-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!