Suster itu membawa serum berwarna hijau. Dia memasukkannya ke alat suntik. "Aku akan memberikanmu vitamin" kata Suster itu. Dia mendekati Shione kemudian menyuntikkannya.
"Selesai, sampai jumpa " kata Suster itu ramah kemudian berlalu sambil membaca surat kabar. Shione terkejut mengetahui dari tadi wanita itu membawa surat kabar tanpa dia sadari.
Shione melihat kaki suster itu yang memakai pentofel yang berkelas. Shione mengerutkan dahinya. "Oh shit" umpat Shione. "Dia bukan perawat" gumam Shione.
Terdengar suara beberapa langkah kaki menuju ruangan dimana Shione berada. "Mereka pasti polisi yang mencariku, hh sial, bagaimana ini, koneksi ku tidak ada disini, aku harus menghadapi mereka " gumam Shione.
Sementara itu, diluar ruangan, beberapa pria bertubuh kekar dengan jas hitam dan kacamata hitam pula memasuki ruangan dimana Shione dirawat.
Tidak ada siapa pun didalam ruangan. "Apa Nn. Carren serius yakuza itu disini? " tanya salah satu dari mereka. Shione yang menempel pada bagian bawah ranjang terkejut mendengar nya.
"Mereka tahu aku yakuza, oh shit!! Kenapa kau begitu menyusahkanku Zen (ayah) " batin Shione.
"Cari ke setiap kamar di lantai ini" terdengar perintah itu. Shione mengeratkan pegangannya pada besi itu agar tidak jatuh ke lantai.
Mereka semua mencari Shione ke setiap sudut ruangan itu. Ada juga yang mencari ke kamar lain di lantai itu. Shione melirik tiang infus. Selang infus masih terhubung dengan lengannya.
Ada seseorang yang mendekati ranjangnya. Shione melihat dari langkah kaki orang itu yang semakin mendekat.
Shione menggerakkan tiang infus ke orang itu. Hingga terdengar orang itu mengaduh. Shione membalikkan ranjangnya hingga menimpa orang itu.
Shione berlari sambil menggeret tiang infus. Orang -orang berjas itu terkejut melihat keberadaannya. Mereka segera mengejar Shione. Shione melompat melangkahi ranjang yang menindih orang tadi.
Dia berlari keluar dari ruangannya. Shione melirik kesana- kemari. Dia melihat suster yang tadi memasuki ruangannya.
Wanita itu berlari kearahnya. Shione segera berlari kearah lain. Dia melihat pasien yang memakai kursi roda. Tanpa peduli, dia mendorong pasien itu dan menaiki kursi roda tersebut kemudian segera meluncur. Karena kaki nya yang terkena tembakan masih terasa sakit dan membuatnya sulit berjalan.
Suster tadi dan beberapa orang berjas itu mengejarnya. Shione menghentikan kursi roda nya karena kini di hadapannya adalah tangga.
"Hell, sejak kapan tangga ini ada disini " gerutu Shione. Mereka semakin dekat. Shione tidak punya pilihan lain. Dia mengangkat tiang infusnya kemudian memasang sabuk pengaman kursi roda yang kebetulan khusus untuk manula.
Setelah sabuk pengamannya terpasang, dia meluncur ke tangga. Dan tubuhnya berguncang- guncang saat melewati tangga. Beberapa perawat yang berjalan di tangga terkejut.
"Aaaa!!! " mereka berteriak. "Aaa!! Awas minggir!! " teriak Shione. Suster tadi dan orang -orang berjasnya segera menyusul. Suster itu menaiki pagar tangga kemudian meluncur dengan pentofel berkelasnya.
Shione sampai di lantai bawah meski tubuhnya agak gemetar karena guncangan tadi. Shione menoleh dan terkejut melihat kehebatan suster itu.
"Oh, menyebalkan" Shione melepaskan sabuk pengamannya kemudian segera berlari sambil membawa tiang infusnya walau kakinya masih gemetar.
"Kejar dia! " kata suster itu. "Nn. Carren, apa anda akan ikut mengejarnya? " tanya salah satu dari pria berjas itu. "Tentu saja, dia mafia seperti aku yang tidak boleh di remehkan, kau lihat gerakan nya barusan? " jawab suster palsu yang ternyata bernama Carren.
Carren dan 2 orang nya melewati kumpulan manula yang sedang berjalan pelan sambil membawa tiang infus mereka. Padahal ada Shione diantara mereka, namun tidak ada yang menyadarinya.
Shione merasa kepalanya sakit berdenyut dan pandangannya buram. Dia ingat, Carren sempat menyuntiknya dengan serum berwarna hijau tadi.
Carren sudah menyadari keberadaan Shione. Shione segera berlari. Dia tersungkur. Telinganya menjadi tuli. Dia tidak mendengar suara di sekitarnya.
Shione memegang kepalanya. Tiba-tiba, dia merasa ada seseorang yang menarik tubuhnya. Shione meronta dan menggeleng -geleng. Orang itu membawanya ke sebuah kamar inap kemudian dia menutup pintu.
Shione mendongkak. Dia terkejut melihat siapa yang menolongnya. Ternyata Aori. Aori terlihat mengatakan sesuatu. Namun Shione tidak mendengarnya.
Shione melihat pengucapan bibir Aori. Seperti mengatakan. What happen? Shione mengangguk kemudian berkata seseorang menyuntikku dengan serum berwarna hijau namun dia tidak bisa mendengar suaranya sendiri.
Aori mengangguk kemudian mengobrak- abrik kotak P3K. Dia membawa serum berwarna kuning kemudian memasukkannya ke alat suntik.
Shione semakin merasa sakit kepala. Tak menunggu lama, Aori segera menyuntikkan serum kuning itu dan terlihat mengatakan sesuatu.
Shione menggeleng karena tidak bisa mendengarnya. Shione? Listen to me!! Apa kau mendengar ku? Samar itu yang terlihat Shione dari mulut Aori.
Tiba-tiba, Shione tersungkur ke bawah dan kini dia bisa mendengar suara itu lagi. "Damn! Oh my ear" kata Shione sambil memegang kedua telinganya.
"Apa yang terjadi? Siapa yang menyuntikkanmu serum pelumpuh syaraf itu? " tanya Aori. "Ceritanya panjang, dengarkan sekilas ya" kata Shione kemudian mulai bercerita.
Sementara itu, diluar Carren dan orang -orang nya sedang mencari Shione. Dan Leon baru tiba di pelataran rumah sakit. Dia keluar dari mobil kemudian masuk.
Carren dan yang lainnya menelisik setiap kamar. "Oh shit! I must to find her! Go go go! " kata Carren.
Leon terkejut melihat keadaan di dalam. Banyak perawat yang terluka di tangga. Dia menghampiri salah satu perawat. "Excuse me? What happen? " tanya Leon.
Carren membuka pintu terakhir kamar dia melihat seorang wanita yang duduk di ranjang. Dia Aori.
"Who are you? And what are you doing in here? " tanya Aori.
Carren tidak menjawab. Dia mengobrak -abrik ruangan itu. "Kau melihat seseorang yang masuk kesini? " tanya Carren.
"Tidak, hanya ada aku disini " jawab Aori sambil mendelik pria -pria berjas yang berdiri di ambang pintu. Ada yang mengedipkan mata padanya.
Carren pun bergegas setelah yakin tidak ada Shione di dalam. "Maaf mengganggu waktumu Nn. " katanya kemudian berlalu.
Pintu nakas terbuka. "Hell, ini tempat persembunyian terburuk seumur hidupku" kata Shione sambil berusaha keluar dari sana saking sempitnya.
Aori terkekeh kemudian membantu Shione. "Ok, aku sudah menceritakan semuanya, lalu sedang apa kau disini dengan pakaian pasien? " tanya Shione.
Aori terkejut dengan pertanyaan Shione. Dia mengalihkan pandangannya. "Katakan " kata Shione sambil mengguncangkan tubuh Aori.
"Aku.. Di perkosa" jawab Aori.
Deg
Shione menggeleng tidak percaya. "Kau? Siapa yang bisa mengalahkanmu? Kau ahli taekwondo Aori? Mana pria sialannya! Biar ku hajar dia! " kata Shione.
"Aku disini untuk operasi selaput dara, aku tidak bisa berjalan selama 1 minggu, makanya aku di bawa ke rumah sakit Italia untuk penanganan khusus. Kebetulan yang bagus kita bertemu " kata Aori.
"Jangan mengalihkan pembicaraan! Katakan yang sebenarnya! Siapa yang memprkosamu! " kata Shione.
"Jika Shione tahu, masalah ku tidak akan selesai, yang ada masalah ku makin sulit diatasi, bagaimana jika Shione malah memaksa DIA bertanggung jawab. Aku pasti dalam masa sulit"
♡♥♡♥♡♥♡
By
Ucu Irna Marhamah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments
Oi Min
Apa Rider???
2022-03-14
0
Rahil Ramadhani
baiklah akan ku baca satu" karya mu thor,raider punya anka rafaldo nnti hnemmm ku tunggguu yg lain
2021-02-11
0
Keyy
jangan" Rider
2021-01-28
1