BAB 17.

"Pak, Istri anda mengalami pendarahan. Beruntung janin yang ada di kandungan istri bapak masih bisa terselamatkan. " Jelas Dokter Meri.

"Apa ? Istri saya hamil Dok ? " Tanya Raka meyakinkan ucapan Dokter itu.

"Iya Pak, istri anda hamil. Bahkan usia kandungannya sudah mau menginjak bulan ke tiga. " jelas Dokter Meri.

Raka mengusap kasar wajahnya, " Kenapa Kayra menutupi ini dari ku. "

Raka pun kembali ke ruangan Kayra, di sana Raka melihat Kayra masih memejamkan matanya. Raka masih setia menunggu Kayra sampai dia sadar.

Sampai akhirnya Raka mendapatkan sebuah sambungan telpon bahwa dia harus segara datang ke rumah dinas, rencana untuk mengunjungi beberapa negara di bulan itu waktunya di majukan.

"Bagaimana ini sementara Kayra belum sadar. " Gumam Raka.

Raka pun menitipkan pesan bahwa dirinya harus pergi pada Suster yang berjaga.

Raka kembali ke rumahnya, mempersiapkan segala kebutuhannya. Bukan Raka tega meninggalkan Kayra namun apa boleh buat sebagai seorang abdi negara harus siap kapan pun jika si butuhkan.

Setelah beberapa jam dari Raka pergi, Kayra sadar. Namun Kayra terkejut karna di samping tempat ia berbaring terlihat tas ransel yang ia bawa dari bandung untuk membawa beberapa pakaian miliknya.

"Loh kenapa tas ini ada di sini ? " ucap lemas Kayra baru sadar jika dirinya ada di atas ranjang rumah sakit.

Kayra pun menanyakan perihal keberadaan suaminya, Namun Suster mengatakan jika Pak Raka sudah pergi empat jam yang lalu.

"Lalu kenapa pakaian ku semuanya ada di sini ? Apa Mas Raka sengaja membawakannya untuk ku ? " ucap kecil KayRa seorang diri.

Kayra menanyakan perihal kondisi dirinya, Kayra lega bahwa janinnya baik-baik saja.

Singkat cerita dia pun kembali datang ke rumah Ibu Helma, berharap bisa menemui suaminya. Karna sungguh ia tidak punya siapa-siapa di Ibu kota melainkan Raka suaminya.

Saat tiba di di rumah besar itu, Kayra tidak mendapatkan apa yang dia ingin kan melainkan caci makian dari Ibu Helma.

"Lupakan anak saya, tinggalkan anak saya. " Ucapan itu memukul keras relung hati Kayra.

"Tidak Bu, Saya dan Mas Raka sudah menikah. " jawab Kayra.

Senyuman picik pun terlihat di bibir Bu Helma.

"Mana Mas Raka ? " Tanya Kayra pada Bu Helma.

"Menikah kamu bilang ? Menikah secara agama itu belum sah di mata hukum, Raka bisa saja meninggalkan mu tanpa harus mengurus perceraian. Kamu jangan terlalu banyak mimpi bisa bersatu dengan anak saya. " tutur pedah Bu Helma tak henti-henti menghujam hati Kayra, " Raka tidak ada di rumah. Raka sudah saya suruh pergi sama hal nya dengan pernikahan kamu dan Raka. Raka pergi karna ingin menghindari dari kamu. "

"Pergi ? Pergi kemana Bu ? " Tanya Kayra dengan wajah tak percayanya.

"Pergi mempersiapkan pernikahannya dengan Rere, PUAS KAMU ? " bentak Bu Helma.

Kayra tak percaya dengan apa yang di ucapkan oleh Ibu Helma, ia terus memegang teguh hatinya bahwa Raka tidak mungkin melakukan hal di ucapkan oleh Bu Helma.

"Tidak mungkin Bu, " pungkas Kayra.

"Tidak mungkin bagaimana ? Raka itu seorang abdi negara, Masa depannya jelas apa iya seorang Abdi negara berpangkat Mayor bersanding dengan anak tukang gembala kambing, Hah ? " Dengus Bu Helma.

Bi Ima yang melihat dari sudut pintu dapur, hanya bisa menangis. Melihat wajah Kayra yang terus menerima cacian dari mulut majikannya itu.

Bi Ima pun tidak tahu kemana perginya Raka, saat Raka pergi untuk bertugas Raka tidak menemui bi Ima.

"Saya hamil Bu, mana mungkin Raka bisa menikah. " Jelas Kayra membuat mata bulat Bu Helma menatap ke arah perut Kayra.

"Kamu pikir saya bodoh Hah ? Anak siapa itu ? Kalau ia itu anak Raka, mana mungkin Raka sekarang pergi meninggalkan kamu ! Jelas-jelas setiap hari kamu selalu diantar oleh laki-laki. " ungkap Bu Helma tak mau menganggap bayi yang ada dalam perut Kayra.

Kayra merasa terpukul, apalagi saat dia harus pergi dari rumah itu. Kemana ia harus pergi, jika dia harus pulang ke bandung program magang dari kampusnya belum selesai.

"Sudah pergi sana. " bentak Bu Helma Ingin mendorong kembali tubuh Kayra.

Kayra menghindar, " Ibu boleh sakiti saya. Tapi jangan harap Ibu bisa menyakiti anak saya. " ucap Kayra kini berani menatap Bu Helma dengan tatapan tegasnya.

"Benari kamu ya ? " teriak Bu Helma.

"Memang selama ini saya diam. Anda pikir saya takut, Hah ? Tidak Bu, saya selama ini diam karna saya menghormati anda sebagai Ibu dari suami saya. Tapi jika Ibu ingin mencelakai anak saya, saya tidak akan tinggal diam. " tutur tegas Kayra yang notabene nya ia adalah anak fakultas hukum, yang sudah pasti mempunyai skill dalam berdebat.

"Dasar wanita tidak tahu malu. " Teriak Bu Helma.

Kayra pun benar-benar pergi dari rumah itu, sebelum dia pergi Kayra mengambil sesuatu yang belum ada di dalam tasnya itu. Kayra mengambil sebuah kotak yang ia simpan di bawah tempat tidur di kamar kecil itu.

Saat di dalam kamar, Kayra mendapatkan pelukan haru dari Bi Ima.

"Bibi tidak menyangka akhirnya akan seperti ini Neng. " Isak tangis Bi Ima.

"Tidak apa-apa Bi, bibi baik-baik di sini. " jawab Kayra yang masih berusaha menahan emosi dan kecewanya.

"Bibi tidak tahu kemana perginya Den Raka. "

"Tidak apa-apa Bi, mungkin yang di katakan Ibunya itu benar. Dia tidak akan pergi jika dia mengakui bayi yang ada dalam kandungan ku ini. Kayra pergi ya Bi, suatu saat Kita pasti akan bertemu lagi. Kalau ada apa-apa bibi hubungi nomor saya, saya akan bantu bibi. " ujar Kayra memeluk tubuh bi Ima.

Kayra pun pergi, dalam langkah kecilnya Kayra bingung harus pergi kemana. Ia tidak mungkin berjalan terus menerus ia merasa masih sakit terlihat dari wajahnya yang masih pucat pasi.

"Loh Pak Geri. " ucap Kayra melihat sebuah mobil hitam menyalip di depan langkahnya.

"Kenapa kamu di sini ? Kenapa kamu tidak ke kantor ? " ucap Geri saat melihat Kayra berjalan perlahan menyusuri jalanan ibu kota.

Geri membawa tas yang di bawa oleh Kayra, Geri menangkup lengan Kayra untuk ia bawa ke dalam mobilnya.

Saat di dalam mobil, Geri melihat Kayra masih mengenakan gelang kertas yang bertanda kan bahwa Kayra adalah pasien rumah sakit.

"Kamu baru keluar dari rumah sakit Kay ? " Tanya Geri.

Kayra tersenyum pucat.

"Pantas beberapa hari ini kamu tidak masuk kantor. " sambung Geri.

Geri melihat Kayra hanya menitikkan air mata, sehingga Geri sadar bahwa Kayra sedang ada dalam posisi tidak baik-baik saja.

Geri berniat membawa Kayra ke sebuah taman, di sana ia akan menanyakan hal apa yang bisa membuat Kayra sedih seperti itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!