BAB 5.

Suara alarm di handphone Kayra berbunyi, tandanya waktu istirahat Kayra pun berakhir. Kayra membuka matanya perlahan, ia menggapai ponselnya yang ia taruh di sebuah nakas kecil di samping tempat tidurnya.

" Uuuuuuuuhhhh ... Ok Ay, kita tinggalkan kehangatan selimut dan bantal ini. Kita harus bertempur kembali di hari ini, semangat wahai diri. " Kayra mengikat rambut nya lalu menggeliat kecil.

Dengan susah payah ia turun dari tempat tidurnya itu, ia menyambar kain handuk dan masuk ke dalam kamar mandinya.

Dinginnya air di pagi hari membuatnya semakin terbangun dan semakin menyadarkan dirinya bahwa ia harus siap menjalani kehidupan di setiap harinya.

Kayra pun tak harus memakan waktu lama untuk membersihkan dirinya, walaupun Kayra terlihat cantik dan mempunyai warna kulit yang cerah dan mulus itu bukan berarti dia selalu menghabiskan waktunya untuk terus berada di dalam kamar mandi untuk melakukan perawatan.

Tidak seperti wanita lain yang selalu melakukan berbagai perawatan untuk merawat tubuhnya di dalam kamar mandi, sebagian wanita yang perduli akan hal itu selalu melakukan perawatan mandi susu, melakukan lulur dan yang lainnya.

Kayra sadar, waktu adalah uang dan juga ilmu. Jadi jika dia harus menghabiskan waktunya di dalam kamar mandi ia akan kehilangan hal yang penting dalam hidupnya.

Ia pun sadar jika kodrat nya itu Perintis bukan pewaris.

Kayra seperti biasa selalu menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim, ia melakukan sembahyang subuh sebelum ia bersiap untuk melakukan aktivitasnya.

Setelah Kayra mengutarakan rasa sukur dan keinginannya pada yang maha kuasa, ia pun langsung bersiap untuk segera pergi ke sebuah perusahaan Fashion untuk mengambil pekerjaan sebagai seorang model fashion seperti biasanya.

Kayra hanya memakai pakaian sederhana, dengan riasan tipis di wajahnya. Kayra tidak menggunakan skincare apapun. Wajahnya masih alami dan belum di sentuh oleh merk skincare manapun.

Setelah ia bersiap, Kayra turun ke lantai satu dimana kendaraannya terparkir di sana. Pagi itu dia tidak memasak nasi goreng terlebih dahulu, karna memang tidak mempunyai waktu untuk itu.

Hanya beberapa helai roti dengan selai coklat yang ia makan untuk mengganjal perutnya.

Kayra pun sudah bersiap keluar dari lingkungan kost nya itu, Kayra melihat Mang Ehan masih ngorok. Kayra tidak tega untuk membangunkannya.

Ia menyelipkan beberapa uang dengan pecahan sepuluh ribu di tangan Mang Ehan, untuk membeli sarapan di pagi hari.

Kayra yang sangat menghargai Mang Ehan ia rela mendorong sepeda maticnya agar tidak mengganggu istirahat Mang Ehan. Kayra membuka gembok yang masih menempel di kunci gerbang itu.

Kunci pun ia dapatkan dari meja Mang Ehan, setelah gembok itu terbuka pintu gerbang besi pun di dorong dengan pelan oleh Kayra, sehingga motor matic kesayangan Kayra pun bisa keluar.

Sebelum ia pergi, Kayra memarkir terlebih dahulu motornya. Dan berjalan sedikit berlari untuk menyimpan kunci gembok di tempat ia berasal sebelumnya.

Ia pun kembali berlari kecil dan keluar melewati gerbang itu, dan mendorongnya lagi agar tertutup kembali. Kayra tak lupa mengunci kembali pagar besi itu melewati celah yang hanya bisa di masuki oleh satu tangan saja, ia menekan gembok itu dan berhasil terkunci kembali.

Kayra pun bersiap pergi dan mulai menjalankan motor matic nya, hembusan angin sangat terasa menyentuh ke dalam tubuh Kayra. Namun ia merasa segar dengan hembusan angin itu.

Perjalanan masih lengang, karna Kayra sadar itu masih pukul lima lewat dua puluh menit. Kenapa Kayra sepagi itu, ya karna di jam itulah Kayra harus pergi agar sampai di tempat tujuan dengan tepat waktu.

Dan akhirnya gedung tinggi beberapa lantai pun sudah nampak di hadapan Kayra, ia berhasil memasuki pekarangan gedung itu namun sebelumya ia di periksa ketat oleh team keamanan yang menjaga Kedung itu di depan pagar besi menuju masuk pekarangan gedung itu.

Kayra mengambil nametag agar ia bisa masuk ke dalam gedung itu, Kayra berhasil masuk dan berjalan ke ruang make-up yang sudah biasa ia singgahi terlebih dahulu. Wajah polos Kayra harus di make over terleh dahulu oleh perias handal di perusahaan itu.

" Hayy Sayyy, apa kabar ? " Sapa tukang make-up handal itu, dengan gemulainya.

Tukang Make-up itu memang laki-laki namun menjelma sebagai wanita cantik, ia lebih suka menjadi wanita di banding kodratnya sebai laki-laki. Kembali lagi itu haknya mereka.

" Hayy ... Baik alhamdulilah, " Jawab Kayra hangat menaruh tas dan jaketnya di tempat penyimpanan.

" Emmm .. Se pagi ini kah ? " Tanya perias itu.

Kayra menganggukkan kepalanya, dan duduk di kursi rias yang ada di sampingnya.

" Salut dah ekke sama kamu Sayy ! semongko bangettt dech ! " Dengan nada banci sebagai ciri khasnya.

Kayra tersenyum, " Harus dong, lagian siapa sih yang tidak semangat dan siapa sih yang sabar untuk cepat-cepat di rias dan di bikin cantik oleh tangan M.U.A artis handal seperti anda. " Puji Kayra pandai membuat orang bahagia.

Mua itu pun tertawa dengan ciri khasnya, " Aaaaaaaaa bisa aja deh yeyyy ... "

Wajah Kayra pun mulai di make-over, dengan jenis riasan Smokey Eye Makeup, yang sudah di bahas sebelumnya.

Sebagai seorang model Fashion Kayra sudah paham, dengan apa yang harus ia lakukan. Beberapa pakaian sudah ia kenakan, dan ia pun terlihat proporsional saat berjalan di atas Catwalk.

Tak sedikit orang bertepuk tangan saat Kayra memperlihatkan busana fashion yang akan launching di perusahaan fashion itu.

"Alhamdulillah, pekerjaannya lancar. "Ujar Kayra mengambil sebotol minuman yang berupa air mineral.

Kayra duduk dan mulai membuka botol itu, ia meminum beberapa tegukan air untuk melepas dahaga pada tenggorokannya. Lagi-lagi iya mendengar pujian demi pujian yang di lontarkan oleh para model lainnya tentang ketampanan laki-laki yang kini sedang menjadi Arjuna di kalangan kaum Hawa.

Kayra tersenyum, saat meluat antusiasme mereka saat melihat wajah Mayor Raka di layar ponselnya.

" Gila harga mati deh gue, udah fix ni orang ganteng bangettttttt ... Aaaaaaaaa " teriak kecil wanita yang merupakan model itu pada potret Mayor Raka.

Kayra memperlihatkan sejenak tingkah wanita itu, " Ternyata lebih parah dia kegilaannya di banding Hera sahabat gue, Parah sih ini. " batin Kayra.

Kayra pun berdiri dan berjalan menuju kamar ganti, untuk mengenakan pakaian yang ia kenakan sebelumnya. Masih banyak pekerjaan yang harus ia kerjakan setelah menjadi seorang model.

Kayra pamit kepada siapapun yang ada di ruangan itu, terutama pada atasannya. Kayra di kenal sebagai seseorang yang ramah di mata rekan kerjanya dan juga atasannya.

Sehingga Kayra tidak memiliki musuh di tempat manapun, tapi jika ada yang menganggapnya musuh sih mungkin ada.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!