Draft

Sonia sadar sekarang Kakak nya itu selain Abdi negara ia pun seorang idola bagi banyak wanita, " Kak lihat deh semua orang memperhatikan Kakak ! cepat cari pendamping, biar emak-emak tidak mengejar Kakak. "

Raka memicingkan tatapannya pada Sonia. "Kakak tidak mau bahas ini ya ! "

Sonia terdiam saat mendengar ultimatum keras dari sang Kakak, sekali tidak tetap tidak. Sonia kini sudah lega karna apa yang dia mau sudah di dapatkan.

"Setelah ini kita pulang, Kakak harus pergi pagi sekali besok ! " Raka memanggil waiters restoran itu untuk membayar makanan yang sudah mereka makan.

"Ok ... " Jawab renyah Sonia.

Saat semua sudah di bayar, Raka di cegah oleh para karyawan Restoran untuk tidak keluar resto terlebih dahulu. Karna ingin meminta foto bersama. " Pak Ijin, minta foto bareng boleh ? "

Raka menoleh pada Sonia, Sonia yang notabennya adalah gadis baik Sonia memberikan kode pada Raka untuk mau memenuhi kemauan mereka. Raka pun tersenyum sepersekian detik dan berdiri untuk memenuhi kemauan para karyawan restoran itu.

Sonia memperhatikan Raka yang terlihat kaku, sesekali ia menggelengkan kepalanya saat melihat ada beberapa karyawan yang terlihat berlebihan saat hendak foto bersamanya.

"Baik, terima kasih ! " Ucap Raka tersenyum samar.

"Aaaaaaaa ... ganteng bangett ya Alloh ! " Teriak beberapa karyawan Resto yang berhasil membuat pengunjung lain ikut memperhatikan Raka yang hendak pergi bersama dengan adiknya.

Raka menyeka tetesan keringat yang membasahi wajahnya, " Panas ya Kak ? "

"Hem ... "

"Makanya cari calon Kakak ipar untuk secepatnya, jadi kemana-mana aku tidak akan meminta Kakak untuk menemaniku ! " Sonia lagi-lagi membicarakan itu.

Raka bukannya menggubris ucapan adiknya malah pergi berjalan meninggalkan adiknya, sebagai abdi negara memang ia tidak pernah mengecewakan loyalitasnya saat bertugas membuatnya di cap sebagai Prajurit terhebat di kesatuannya. Tidak heran jika suatu saat Raka akan mendapatkan penghormatan atas prestasinya, namun sayang soal percintaan tidak semulus karirnya. Ia gampang jenggah dengan sikap setiap wanita yang berusaha ia dekati, sehingga selalu membuatnya bosan dan tidak nyaman. Untuk itu Raka belum memiliki pendamping hidup Samapi di usianya sekarang.

Sonia berlari, karna langkahnya yang kecil tak bisa menyeimbangkan langkah kakaknya yang besar dan cepat.

Walaupun rasa lelah Sonia rasakan, semua itu terbayarkan saat dirinya menentang barang mahal yang sudah di belikan oleh kakaknya.

"Bruuuuuukkk ! " Suara keras pintu mobil berhasil membuat wajah Raka yang tadinya tenang menjadi gahar.

"Hehe ... Maaf kak, saking gedenya tenaga aku ! " Cegah Sonia meminta maaf terdulu atas apa yang membuat Kakak nya tidak suka dengan perlakuan kerasnya pada mobil kesayangannya itu.

Raka hanya menggelengkan kepala, dan menghempaskan nafasnya kasar.

Mobil itupun sudah melaju dengan kecepatan sedang menuju kediaman elit yang ada di daerah tersebut. Raka senekan klakson mobilnya saat sudah sampai di gerbang utama perumahan elit itu.

Beberapa petugas keamanan memberikan hormat saat mobil Raka hendak melewati pos penjagaan, Raka pun membuka kaca mobilnya dan tersenyum pertanda ia memberikan hormat balik pada para petugas itu.

Sampai lah di salah satu rumah mewah bertingkat yang dibeli Raka untuk Ibu dan adiknya selama satu tahun ini.

"Abang sudah pulang rupanya! " Ucap Maya yang sedang anteng menonton berita Tv.

"Abang sudah makan ? Kalau mau makan Ibu panaskan dulu makanannya. " Tanya Maya melihat anaknya duduk di sampingnya. Membuka topinya dan melempar kecil topi itu di meja yang ada di depannya.

Nampak raut wajah lelah tersirat di garis wajah Mayor Raka kala dirinya menyenderkan tubuhnya di senderan sofa empuk itu.

"Tidak usah Bu, tadi aku sudah makan sama Adek di luar ! Ibu istirahat saja. " Titah Raka melentangkan tubuhnya di atas sofa berwarna coklat itu.

Tersirat wajah sedih dari wajah Maya, kala melihat sang anak yang merupakan kebanggaannya itu sedang terkulai lelah tanpa ada yang berusaha menghilangkan lelahnya itu. Jika saja ia mempunyai pendamping mungkin saat ini sudah ada yang membuatkan ya kopi ataupun sekedar meminati tubuhnya.

Sementara tatapan Mata kini beralih pada sosok anak bungsu yang sedang kegirangan melihat semua barang belanjaannya yang akan dia buka di dalam kamarnya.

"Adek kata Ibu juga Apah, Jangan ganggu kakak mu, kasihan dia capek ! " Omel kecil Maya pada Sonia, yang meskipun Sonia sudah dewasa, di mata Maya Sonia tetap gadis kecil yang selalu minta di perhatikan lebih.

Sonia menghampiri Ibunya dan duduk di samping Ibunya menaruh semua tas belanjaan di mejanya, Sonia memeluk tubuh Ibunya.

"Ibuuuu ... Bukan aku yang membuat Kakak lelah ! Tapi para fansnya. " Aduh Sonia pada Ibunya.

"Apa ? Sejak kapan kakak mu menjadi Artis, sehingga dia mempunyai Fans seperti yang kamu katakan ! " Jawab Maya menatap heran pada Sonia yang kini sedang bermanja padanya.

"Adeeeeee ... " Potong Raka mengangkat wajahnya yang sebelumnya ia tenggelamkan di bantal sofa itu.

"Iya ... Iya Kak, sudah ah Sonia mau ke kamar. " Sonia mengecup pipi Ibunya manja.

Sonia pun berlalu.

"Bang ..... " Ucap Maya dengan wajah mengejek Raka dengan senyuman menggoda pada anak laki-lakinya itu.

"Buuuuuuuuuu .... " Rengek Raka tak mau membahas apa yang di katakan Sonia pada Ibunya.

Maya tertawa renyah, " Ya sudah sana ke kamar, istirahat di sana. Ibu juga mau masuk kamar. "

"Iya Bu, " jawab Raka dengan cepat mengangkat tubuhnya dan berjalan melewati anak tangga menuju kamar pribadinya ia akan langsung beristirahat sebelum esok di hadapkan kembali dengan tugas negara yang sudah menjadi tanggung jawabnya.

Setelah waktu sudah mengijinkan Mayor Raka untuk menikmati waktu istirahatnya, kini Mayor Raka sudah siap dengan serangam lengkapnya turun dari dalam kamarnya menuju rumah Dinas tempat ia bekerja.

"Ibu belum bangun BI ? " Tanya Raka karna hanya ada Asisten rumah tangga saja yang dia lihat di ruang makan.

"Sudah Den Raka, Ibu sedang menyiram tanaman di depan ! Mau bibi panggilkan ? " Ucap ramah BI Sari pembantu rumahnya yang sudah tidak terlihat muda lagi.

Bi Sari mengabdikan dirinya selama puluhan taun pada keluarga Raka, sehingga tak ada alasan bagi Raka untuk berbicara tegas pada BI Sari yang sudah membantu Ibunya mengurus rumah dan juga dirinya saat kecil.

"Tidak usah Bi, Biar Raka yang keluar menemui Ibu. Bibi jangan terlalu capek ! Jangan terlalu banyak masak, pesan saja Bi. " Perhatian Raka pada BI Sari karna melihat beberapa menu makanan sudah tertata rapih di meja makan, itu pastinya hasil kerja BI Sari.

Raka duduk di kursi makan, sambil menikmati beberapa helai roti tawar dengan selai coklat kacang kesukaannya.

"Terima kasih Den, Bibi ijin ke dapur lagi Den. " Jawab BI Sari masih terlihat kuat meskipun umurnya sudah tidak muda lagi.

Raka pun hendak beranjak dari duduknya, namun sebelumnya ia meminum susu hangat terlebih dahulu untuk membantu asupan roti yang ia makan dengan cepat masuk ke dalam perutnya.

"Bu Raka pamit ya ? " Ujar Raka berdiri tegap di belakang Ibunya.

Maya memberikan senyuman indah di pagi hari pada Raka yang ijin untuk bertugas. " Iya Bang, hati-hati. Jaga kesehatan dan pulang dengan selamat ya Nak ! "

Maya memperhatikan pakaian dinas Raka, ia membenarkan ataupun membersihkan pakaian Raka apabila ada debu yang menempel di seragam kebanggan keluarganya itu. Ucapan Pulang dengan selamat selalu terlontar dari mulut Maya, karna ia tidak mau kehilangan orang terpenting dalam hidupnya kembali setelah sang suami sekaligus Ayah Raka harus pulang dengan tidak selamat di karna kan gugur di Medan perang.

"Iya Bu, tenang saja ! " Jawab meyakinkan Raka lontarkan dari mulutnya agar Ibunya bisa lebih tenang, punggung tangan Ibu Maya di raih oleh Raka. Ia mengecupnya dan pergi dari hadapan ibunya menuju mobil untuk segera pergi bertugas.

Tatapan penuh harap tercurah dari wajah Maya saat melihat nanar kepergian Raka sampai mobil yang di gunakan Raka pun sudah tak terlihat lagi.

"Berikan jodoh yang tepat untuk anak hamba ya Alloh. " Pinta Ibu Maya tulus pada Tuhannya.

Jodoh Raka sudah di depan mata, namun mereka harus melalui proses yang cukup rumit karna keduanya selalu menahan harga diri agar tetap memiliki harga diri. Tingkah konyol Kayra akan membuat Mayor Raka jengah sehingga Mayor Raka tidak akan cepat menyadari bahwa jodohnya adalah wanita yang bernama Kayra.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!