Pendekar Naga Emas

Pendekar Naga Emas

Awal Mula Berpindah Dimensi

Disebuah desa tinggal lah seorang anak kecil yang bernama Arya Pamungkas, dia adalah anak dari seorang petani di desa terpencil bernama Rejosari.

Arya adalah anak yang pintar, di usianya yang masih sangat dini, dia memiliki pemikiran layaknya orang dewasa.

Di kehidupannya yang terbilang sangat serba kekurangan, ia sedikit paham akan situasi dan kondisi keluarga nya.

Dia jarang bermain dengan anak sebayanya karena lebih memilih untuk membantu kedua orangtuanya, mulai dari membantu mengurus rumah sampai membantu pekerjaan orangtuanya. Arya kecil memiliki keinginan luhur yaitu untuk mensejahterakan dan bertekad membuat kedua orang tuanya bangga suatu saat nanti.

Ayahnya sendiri setiap hari mengurus sawah, sedangkan ibunya adalah buruh cuci berkerja untuk tetangga yang membutuhkan tenaganya.

Pada suatu hari dia keluar dari desa, memancing dipinggir sungai yang jaraknya lumayan jauh dari Desanya. karena kesenangan memancing Arya sampai lupa waktu, dan tidak terasa hari sudah menjelang sore.

Diapun bergegas pulang ke desanya, takut pulang kemalaman karena dia tidak membawa penerangan. Arya berjalan terburu-buru sambil menenteng beberapa ikan hasil pancingan.

Setelah Arya sudah dekat dengan desanya, ia berhenti karena terheran mendapati sesosok tubuh yang terbaring di atas tanah.

Awalnya dia berpikir bahwa orang itu mungkin saja sedang kelelahan, sehingga pingsan ataupun tiduran di atas tanah seperti itu.

Arya kemudian berjalan mendekati sosok tersebut, mencoba untuk membangunkannya, namun dia tiba-tiba tertegun setelah mendapati ada bercak darah di tubuh orang tersebut.

Karena bingung dan cemas diapun langsung berlari ke arah desa untuk mencari pertolongan, tapi langkahnya mendadak berhenti ketika melihat kobaran api yang melahap seluruh rumah para penduduk desa.

Saat itu Arya tidak tau mengapa desanya sampai terbakar sedemikian rupa. Lamunannya buyar kala teringat ayah dan ibunya, kemudian tanpa pikir panjang diapun langsung melemparkan ikan yang dibawanya dan berlari sekencang mungkin memasuki gapura.

Setelah beberapa menit berlari, sampailah dia di depan sebuah gubuk yang kondisinya juga sudah terbakar. Terlihat di halaman gubuk tersebut ada dua tubuh manusia dalam kondisi terkapar diatas tanah, dengan bercak darah yang hampir melumuri seluruh tubuh mereka.

Arya berlari ke arah mereka berdua yang kini sudah terkapar tak bernyawa, terlihat mereka berdua meninggal dengan kondisi saling bergandengan tangan.

Sambil menangis Arya mencoba berkali-kali membangunkan keduanya, namun tidak perduli seberapapun kerasnya dia berusaha, kedua orang tuanya tersebut tidak kunjung tersadar.

Kemudian, dia berlari meninggalkan gubuk tersebut, berniat mencari bantuan. tapi usahanya sia-sia, karena ia tidak menemui seorangpun penduduk desanya yang masih hidup.

Berjam-jam dia meratapi kepergian kedua orangtuanya dan nasibnya yang kini hidup sebatang kara. Arya kecil tidak tau harus bagaimana dan kemana dia selanjutnya akan menjalani hidup.

Langit mulai ditutupi awan gelap dan petir terdengar menyambar-nyambar di angkasa. Hujan pun turun begitu lebat, seakan turut berduka atas nasib bocah kecil itu.

Dibawah tetesan air hujan, Arya mencoba menggali tanah dengan kedua tangan kecilnya. Di iringi deraian air mata, bocah kecil itu tidak peduli dengan kondisi tangannya yang sudah mengalami banyak luka serta mengeluarkan darah. Arya terus menggali tanah tersebut, karena dia tidak punya pilihan lain sebab tidak ada satupun orang yang dapat membantunya untuk membuat tempat peristirahatan terakhir bagi kedua orangtuanya.

7 hari kemudian, Arya akhirnya membulatkan tekadnya untuk mengadu nasib keluar dari desa. Namun sebelum ia keluar dari desanya, dia menyempatkan diri berdoa sekaligus meminta izin di depan makam kedua orang tuanya. Arya berjanji akan sering mendoakan keduanya dan akan berkunjung ke makam tersebut suatu saat nanti.

Bocah itu berjalan dengan langkah gontai, sesekali dia menyeka air mata yang merembes keluar dari sudut matanya. Dia terenyuh ketika melihat kondisi rumah penduduk desanya kini telah terbakar habis tanpa tersisa. Di antara puing-puing kebakaran, ia mendapati beberapa batang tubuh yang sudah menghitam dengan kondisi membusuk dan mengeluarkan bau tidak sedap.

Sebelum memasuki kawasan hutan, Arya mengepalkan kedua tangannya, bocah kecil itu tidak tahu kemana tujuannya. Dia hanya mengikuti nalurinya saja untuk terus berjalan memasuki hutan, dia berharap setelah melewati hutan itu, ia akan mendapati kehidupan manusia di sana.

Beberapa kali dia harus berjibaku dengan hewan buas, seperti harimau, macan, serigala dan lain sebagainya. Tetapi untungnya beberapa kali itu juga dia dapat meloloskan diri dengan cara memanjat sebuah pohon. Arya harus berlama-lama berada diatas dahan pohon, untuk memastikan hewan buas yang mencoba memangsanya itu pergi menjauh.

Beberapa Minggu berlalu, kini Arya sudah terbiasa hidup mandiri di dalam hutan, berburu hewan sebagai makanan dan tidur dalam gelapnya malam dalam suasana hutan.

Ketika dia sedang mengendap-endap berniat menangkap ayam hutan, dirinya di kejutkan dengan suara lolongan serigala. Tanpa berfikir panjang, diapun segera memanjat pohon yang tidak jauh darinya.

Benar saja, tidak berselang lama muncul seekor Serigala dari balik semak-semak, serigala itupun berlari cepat ke arah Arya yang terlihat masih berusaha memanjat pohon.

Arya akhirnya dapat bernafas lega saat sudah merasa aman di atas dahan pohon, bocah kecil itu mematahkan beberapa ranting dan lalu melemparkannya ke arah serigala itu. Ia berusaha mengusirnya.

Dengan sabar, Arya menunggu kepergian serigala yang sudah sejam yang lalu masih berputar-putar mengelilingi pohon yang di panjatnya.

Tiba-tiba terdengar suara yang memekakkan telinga bersamaan dengan kilatan petir yang menyambar tepat mengenai serigala tersebut.

Arya yang begitu terkejut dengan spontan memeluk pohon agar tidak terjatuh, diapun lalu memandang ke bawah dan menemukan serigala yang ingin memangsanya tersebut kini telah tewas dengan kondisi tubuh mengeluarkan asap, seperti habis terpanggang.

"Syukurlah, malam ini aku bisa tidur dengan perut yang kenyang." Arya tersenyum lebar terlihat begitu senang, sebab baru kali ia mendapatkan buruan besar tanpa harus bersusah payah.

Sebelum Arya bergerak menuruni pohon, tiba-tiba hujan turun dengan begitu derasnya. Suara petir saling bersahutan menggelegar menimbulkan aura yang mencekam, membuatnya hanya bisa meringkuk menggigil kedinginan sambil menutupi kedua telinganya di atas dahan pohon.

Jeedeeeeeerrrrrrrrr....

Sebuah kilatan petir putih melesat cepat menghantam ke tubuh Arya.

"Aaaaaa...." Arya berteriak dengan tubuh kejang-kejang, sebelum kesadarannya benar-benar menghilang.

Dalam keheningan dan kegelapan, tiba-tiba di hadapannya muncul sebuah cahaya biru kecil yang perlahan-lahan semakin membesar, cahaya itu nampak mendekatinya.

Tidak bisa di pungkiri, saat itu Arya merasa begitu ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa saat cahaya itu perlahan tapi pasti mendekatinya. Ketika cahaya itu semakin dekat, ia berusaha mundur menjauhi cahaya tersebut, tapi entah kenapa kakinya tidak bisa di gerakkan, seolah terpatri oleh sesuatu yang tidak di pahaminya.

Cahaya tersebut terus-menerus semakin mendekat, sampai akhirnya masuk ke dalam tubuhnya, dan setelah itu cahaya itupun lenyap bersamaan dengan hilangnya kesadarannya.

Arya merasakan sakit kepala yang teramat menyiksa, dia berusaha membuka mata. Pemandangan di hadapannya kini sudah berubah drastis, dimana ia sudah berada di tempat yang berbeda.

Arya melihat sekelilingnya, yang ternyata berada di atas lautan awan.

Arya memutuskan untuk mencari seseorang untuk ditanyai, namun selama puluhan menit ia tidak menjumpai seorangpun di sana. Dengan penuh kebingungan, akhirnya iapun duduk dan mencoba mengambil awan yang berada di bawahnya. Tetapi awan tersebut tak bisa ia genggam, seakan ia sedang menggenggam sebuah asap.

Arya berusaha mengingat sebelum dirinya sampai di tempat ini, dimana ada sebuah petir yang menyambar dirinya.

"Dimana aku ini sekarang? apakah aku sudah mati?" Arya berkata lirih.

Ketika tengah larut dalam lamunan, tiba-tiba terdengar suara yang menggema memenuhi angkasa, seketika Arya pun bangkit dan mencari sumber suara itu.

Beberapa saat suasana menjadi hening, dan kemudian suara itu terdengar kembali. Kali ini suara tersebut berbicara dengan bahasa yang ia mengerti.

"Kau memanglah sudah mati, saat ini wujudmu hanyalah roh." Kata dari suara tersebut.

"Lalu apakah tempat ini yang di namakan surga?" Arya bertanya dengan polos kepada suara yang tanpa rupa itu.

Suara itupun menghilang beberapa menit, membuatnya celingukan dan kebingungan mencari sumber suara tadi.

"Hah, mungkin ini hanyalah mimpi. dan semua ini hanyalah bunga tidurku saja?" gumam Arya pelan.

Tiba-tiba di hadapannya muncul sesosok tubuh layaknya manusia, sosok pria berbadan kekar, berjubah seperti bangsawan. Di atas kepalanya terdapat sebuah lingkaran bercahaya putih kebiruan yang di selimuti beberapa kilatan petir-petir kecil, di keningnya juga terdapat sebuah tato yang berlambang petir.

"Kau tidaklah sedang bermimpi nak, tubuhmu memang sudah binasa di alam bumi. Dan sekarang kau berada di antara alam roh dan alam dewa." Sosok tersebut tersenyum hangat.

"Jika ini alam roh, lalu dimana roh ayah dan ibuku?" Tanya Arya polos sambil celingukan.

"Kau belum di takdirkan benar-benar binasa. Tubuhmu saja yang binasa sedangkan ruh mu akan ku kirim ke dunia lain. Menjalani kehidupan baru di dunia itu." Sosok tersebut berjalan menghampiri Arya.

"Untuk apa aku di hidupkan kembali, aku ingin segera menemui orang tuaku." Arya berkata lirih. Dia benar-benar ingin menemui kedua orang tuanya. Baginya berkumpul kembali dengan keluarganya jauh lebih baik daripada harus menjalani hidup seorang diri dan tidak mempunyai siapapun.

Sosok itu menyunggingkan senyuman ramah. "Arya... Sebelumnya perkenalkan namaku Indra, aku adalah Dewa petir. aku di tugaskan oleh Kaisar Surga untuk mengambil rohmu dan lalu mengirimmu ke di dunia yang lain, dunia itu bernama planet Werkurius. Disana adalah tempat para kultivator." Dewa Petir menatap Arya lekat-lekat.

"Tenanglah kedua orangtuamu saat ini dalam kondisi baik-baik saja, aku akan mempertemukan kalian setelah kau berhasil menyelesaikan tugas dari Kaisar Surga." Sambung Indra sang Dewa Petir.

"Aku tidak pernah bertemu denganmu, lalu bagaimana kau bisa mengetahui namaku?" Arya memandangi Dewa Petir penuh selidik. "Dewa katamu,.. jangan bercanda, ini pasti hanyalah mimpi. dan kenapa aku harus pindah kehidupan.. Aneh.?" Arya mengerutkan dahi karena kebingungan.

Dewa petir menggeleng pelan. ”Kau tidaklah sedang bermimpi bocah... bagaimanapun aku ini adalah Dewa, apalagi aku di tugaskan untuk menjagamu. bagaimana mungkin aku tak tau namamu dan asal-usulmu." Tandas Dewa petir dan lalu mencubit ruh Arya karena kesal.

"Bagaimana? apakah terasa sakit?" Tanya Dewa petir yang masih mencubit Arya.

"Aduh... aduh lepaskan!." Pekik Arya meronta kesakitan berusaha melepaskan diri.

Dewa petir kemudian melepaskan cubitannya. "Lalu bagaimana, apakah kau masih menganggap semua ini hanyalah mimpi?"

"Jika kau ingin bertemu dengan kedua orang tuamu, kau harus menyelesaikan tugas dari Kaisar Surga terlebih dahulu. Apakah kau bersedia?" Lanjutnya.

Arya tidak lantas menjawab, dia menggaruk kepalanya seolah sedang berfikir. "Baiklah, tapi apa itu kultivator?"

"Kultivator adalah jalan keabadian, bisa di sebut juga sebagai seorang pendekar." jawab Dewa Petir cepat.

"Terus apa tugasku disana?"

"Kau hanya perlu berlatih untuk menjadi pendekar yang kuat. Jika kemampuanmu sudah mempuni, barulah setelah itu aku akan memberitahukan tugasmu yang sebenarnya." Dewa petir diam sesaat menunggu balasan dari bocah kecil itu.

Arya sendiri juga hanya terdiam sambil memikirkan sesuatu, menurutnya semua ini sangat tidak masuk akal. Yang dia inginkan hanyalah bisa bertemu dengan kedua orang tuanya kembali, kenapa menjadi serumit ini?.

"Tenanglah, aku berjanji akan mempertemukanmu dengan kedua orangtuamu. Apakah kau sudah siap?" Ujar Dewa petir yang di balas Arya dengan anggukan kepala.

Dewa Petir kemudian meletakkan kedua jarinya menyentuh kening Arya. Perlahan muncul cahaya putih yang berpijar di kening bocah itu, semakin lama cahaya itupun semakin membesar, sampai akhirnya padam bersamaan dengan menghilangnya Arya dari tempat itu.

Arya seperti terlempar ke dalam lorong yang berputar-putar, dan mulai merasakan rasa sakit yang teramat sangat di kepala dan di sekujur tubuhnya. Namun perlahan-lahan rasa sakit itupun mulai mereda bersamaan dengan matanya yang terbuka.

"Di mana aku sekarang?" Arya berkata dengan setengah berteriak, dia melihat dirinya kini berada disebuah ruangan.

Kemudian, ia mencoba bangkit berdiri. tetapi ia tidak sanggup sebab badannya terasa sangat lemas, untuk sekedar menggerakkan tubuhnya saja, dia benar-benar tidak mampu, seolah tubuhnya mengalami kelumpuhan.

Arya bersuara sekeras yang dia bisa. "Siapapun yang ada disini, tolong jawab aku."

Tidak berselang lama, terdengar sepasang langkah kaki yang sedang mendekatinya.

"Rupanya kau sudah bangun nak?" Tanya seorang pria paruh baya.

"Dimana aku ini kek? dan lalu siapa kakek?" Tanya Arya mengerutkan dahinya.

Karena pikiran dan hatinya begitu terguncang sebab badannya tidak bisa di gerakkan, Arya tidak menyadari jika pria paruh baya di hadapannya itu berbicara bahasa asing, dan dirinya sendiri entah kenapa bisa mengerti dan bahkan juga dapat berbahasa seperti bahasa pria paruh baya itu.

"Namaku Zhen Long, ini adalah tempat tinggalku nak" Balas kakek tua tersebut sambil berjalan mendekat dan kemudian memberikan sebuah pil untuknya.

"Terus bagaimana ceritanya aku bisa sampai disini kek? Dan kenapa badanku terasa sangat lemas dan sakit semua seperti ini, kek?" Tanya Arya sesudah dirinya di bantu duduk dan meminum obat pemberian Zhen Long.

"Kau sebelumnya terjatuh dari atas nak... Sekarang ini kau berada di dasar lembah jurang kematian. Tadinya saat aku menemukanmu, kau sudah berhenti bernafas. Aku kira pada saat itu kau sudah mati, sehingga aku berniat membuatkanmu sebuah kuburan.

Tapi entah kenapa, setelah selesai membuatkanmu kuburan, aku mendapati kau sudah kembali bisa bernafas. Dan akhirnya aku membawamu ke sini." Zhen Long menjelaskan.

Saat sedang mendengarkan penjelasan dari Zhen Long dengan seksama, tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit dan dia pun pingsan. Dalam pingsannya, Arya melihat sebuah cahaya putih yang perlahan menghampirinya, semakin lama semakin jelas dan cahaya itupun memudar membentuk sesosok pria. Ya pria itu tidak lain adalah Indra sang Dewa Petir.

Dewa Petir lantas berjalan mendekat. "Ini adalah Kitab Dewa Naga Emas, pelajarilah dan gunakanlah ke jalan kebaikan. Setelah kau dapat menguasai kitab ini, aku akan memberikanmu kitab yang lainnya. Disini tugasku adalah membimbingmu." Dewa petir menyodorkan sebuah kitab yang bernama Kitab Dewa Naga Emas tersebut kepada Arya.

Dengan sedikit ragu, Arya menerima kitab tersebut. Dan terjadilah kejadian yang tidak lazim, yang baru kali ini Arya alami.

Kitab Dewa Naga Emas yang berada di genggaman tangan kanannya, mengeluarkan cahaya keemasan yang menyilaukan mata. Setelahnya, kitab itupun melayang-layang dan secara tidak terduga kitab itupun masuk ke dalam dadanya.

Beberapa saat setelah kitab itu menyatu dengannya, cahaya keemasan yang menyilaukan itu perlahan-lahan meredup, dan Arya pun tersadar dari pingsannya.

Terpopuler

Comments

Muh Buqoriyen

Muh Buqoriyen

jozz

2024-06-03

0

Ira

Ira

keren

2024-04-16

1

Wy Ky

Wy Ky

kerja

2024-04-06

1

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula Berpindah Dimensi
2 Kehidupan Baru
3 Belajar Alkemis
4 Latihan Fisik 1
5 Latihan Fisik 2
6 Latihan Fisik 3
7 Latihan Fisik 4
8 Masa lalu Tubuh Arya
9 Kitab Pedang Bayangan
10 Perpisahan Dengan Zhen Long
11 Asal Muasal Cincin Ruang Semesta
12 Selamat Tinggal Jurang Kematian
13 Memulai Petualangan
14 Bertemu Kembali
15 Mengobati Tetua Sekte Bunga Matahari
16 Rencana Tetua Sekte Bunga Matahari
17 Pemahaman Ilmu Berpedang
18 Keinginan Liu Wei
19 Kedatangan Sekte Pedang Teratai
20 Meningkatkan Kultivasi Para Murid
21 Turnamen Pendekar Muda
22 Turnamen Pendekar Muda 2
23 Turmanen Pendekar Muda 3
24 Turnamen Pendekar Muda 4
25 Turmanen Pendekar Muda 5
26 Final Turnamen Pendekar Muda
27 Hasil Turmanen Pendekar Muda
28 Menjual Pil Giok Suci
29 Masalalu Liu Wei
30 Perpisahan
31 Pria Tua Misterius
32 Niat Baik Yang Dilandasi Kejahatan
33 Tupai Pertapa
34 Diatas Pendekar Suci
35 Terungkap Segalanya
36 Kejar Kejaran
37 Kerajaan Siluman Tupai
38 Memindahkan Sebuah Kerajaan
39 Menjadi Pemimpin Siluman Tupai
40 Kabut Ilusi
41 Penjaga Kabut Ilusi
42 Raja Obat
43 Menuju Pertarungan
44 Menjadi Pengawal Pangeran
45 Pertama Kalinya Membunuh
46 Kecerobohan Dewa Petir
47 Aura Jiwa Shenren
48 Bertemu Kaisar Surga
49 Mengobati Penduduk Desa
50 Siluman Penghuni Sungai
51 Si Kembar Haus Darah
52 Tangisan Desa Fushun
53 Kembalinya Dewa Petir
54 Cairan Pusaran Waktu
55 Menundukkan Harimau Putih
56 Roh Pusaka
57 Penculikan Pangeran Lin Yon Jun
58 Dimana Hantu
59 Keterpaksaan Tindakan Walikota
60 Teknik Penghisap Dimensi
61 Keputusan Arya
62 Arya Vs Patriark Kim Taiqing
63 Hancurnya Sekte Pedang Berduri
64 Mengarang Cerita
65 Racun Tengkorak Iblis
66 Menyebarkan Informasi
67 Pengintai
68 Tiba Di Kerajaan Goading
69 Mengobati Sang Raja
70 Duri Dalam Daging
71 Pertunjukan Yang Menarik
72 Bertarung Melawan Tiga Tetua
73 Persaingan
74 Kekecewaan
75 Bocah Kecil Penjual Permen
76 Tiga Bersaudara
77 Memberikan Kenang-kenangan
78 Raja Para Dewa
79 Jurus Berpindah Dimensi
80 Meninggalkan Istana Goading
81 Pasar
82 Kertas Sihir
83 Membuka Meridian Ketiga Bersaudara
84 Menangkap Pemberontak Dalam Istana
85 Penyerangan Ke Markas Pemberontak
86 Hancurnya Markas Pemberontak
87 Acara Pemakaman
88 Perpisahan Tanpa Kata
89 Penobatan Pangeran Lin Yon Jun
90 Kekuatan Pendekar Kekaisaran Tang
91 Melawan Para Perampok
92 Si Tubuh Besi
93 Asosiasi Lotus Perak
94 Kembalinya Sekte Lembah Petir
95 Sekte Pelarian Dari Kekaisaran Tang
96 Mengajukan Kerjasama
97 Membuka Toko
98 Toko Obat Xian
99 Keputusan Shi Yuan Jie
100 Membeli Senjata
101 Membuat Pil Awet Muda
102 Toko Di Buka Kembali
103 Permainan Catur
104 Mencapai Kesepakatan
105 Pesta Peresmian
106 Teman Lama
107 Menutup Toko
108 Para Penghadang
109 Pemuja Iblis
110 Pertarungan Berakhir
111 Penyelidikan
112 Persaingan Dua Gadis
113 Hasil Penyelidikan
114 Kontrak Ikatan Pusaka
115 Melawan Roh Pusaka
116 Keberhasilan Melakukan Kontrak Pusaka
117 Masalalu Roh Pusaka
118 Jurus Perubahan Wujud
119 Kekesalan Liu Wei
120 Kedai Din Thai Fung
121 Menjalin Aliansi
122 Bergabung Dengan Aliansi Pendekar Surgawi
123 Acara Lelang
124 Pembukaan Lelang
125 Siluman Griffin
126 Pusaka Kipas Naga Angin
127 Burung Phoenix Petir
128 Kericuhan Acara Lelang
129 Siasat Shi Yuan Jie
130 Putri Kerajaan Guangzhou
131 Pusaka Tombak Pembunuh Naga
132 Melelang Penawar Racun Perusak Syaraf
133 Melelang Pil Giok Suci
134 Permintaan Maaf
135 Acara Lelang Berakhir
136 Keributan Di Pintu Gerbang Istana
137 Memenuhi Undangan Raja Thai Yen
138 Arya Vs Jenderal Yu Lang
139 Arya Vs Jenderal Yu Lang ll
140 Duel Berakhir
141 Dugaan Huashan
142 Menyusun Rencana
143 Penculikan
144 Sisi Lain Panglima Chong Quon
145 Menyambut Anggota Baru
146 Teknik Pedang Terbang
147 Pertempuran
148 Melumpuhkan Kultivasi
149 Perjodohan
150 Melatih Keseimbangan
151 Masalalu An Lushan
152 Menyampaikan Berita Baik
153 Dendam Yang Membara.
154 Kebimbangan Patriark Tao Lian
155 Mendatangi Sekte Pedang Teratai
156 Persetujuan
157 Semakin Yakin
158 Kekecewaan Sekte Tapak Iblis
159 Menemukan Tempat Persembunyian
160 Energi Kegelapan
161 Ritual Anggota Baru
162 Hutan Gelap
163 Sekelompok Siluman Singa
164 Serangan Susulan
165 Cerita Dibalik Hutan Hei'an
166 Bertemu Naga
167 Lembah Naga
168 Tiga Darah Berbeda
169 Kebebasan Yang Mengejutkan
170 Melawan Para Siluman Naga
171 Menghadapi Penyusup
172 Menghadapi Penyusup II
173 Pulau Kehidupan
174 Tamu Tidak Di Undang
175 Penyucian Hati
176 Sisi Gelap I
177 Sisi Gelap II
178 Teknik Pengendalian Darah
179 Taichi
180 Duel Naga Vs Harimau
181 Arya Vs Chaizu I
182 Arya Vs Chaizu II
183 Arya Vs Chaizu III
184 Arya Vs Chaizu IV
185 Keluar Dari Hutan Hei'an
186 Latihan Pertama Di Sekte Lembah Petir
187 Sahabat Baru
188 Pencari Pusaka Langit.
189 Penculikan Bayi
190 Mengejar Penculik
191 Pendekar Suci Turun Tangan
192 Penculikan Putri Kaisar
193 Kecerdikan Han Jifan
194 Arya Vs Huashan
195 Pil Serat Gairah
196 Kemarahan Sang Putri
197 Menyampaikan Permasalahan
198 Keputusan Sang Putri
199 Seruling Cahaya Malam
200 Pesan Dari Bangsa Iblis
201 Hujan Meteor
202 Kemunculan Tengkorak Di Langit
203 Kota Mati
204 Tantangan Yang Tidak Sepadan
205 Pengendalian Pikiran
206 Keluar Demi Membalaskan Dendam
207 Perubahan Sikap Arya
208 Sebuah Tamparan Telak
209 Episode Terakhir
210 Pengumuman
Episodes

Updated 210 Episodes

1
Awal Mula Berpindah Dimensi
2
Kehidupan Baru
3
Belajar Alkemis
4
Latihan Fisik 1
5
Latihan Fisik 2
6
Latihan Fisik 3
7
Latihan Fisik 4
8
Masa lalu Tubuh Arya
9
Kitab Pedang Bayangan
10
Perpisahan Dengan Zhen Long
11
Asal Muasal Cincin Ruang Semesta
12
Selamat Tinggal Jurang Kematian
13
Memulai Petualangan
14
Bertemu Kembali
15
Mengobati Tetua Sekte Bunga Matahari
16
Rencana Tetua Sekte Bunga Matahari
17
Pemahaman Ilmu Berpedang
18
Keinginan Liu Wei
19
Kedatangan Sekte Pedang Teratai
20
Meningkatkan Kultivasi Para Murid
21
Turnamen Pendekar Muda
22
Turnamen Pendekar Muda 2
23
Turmanen Pendekar Muda 3
24
Turnamen Pendekar Muda 4
25
Turmanen Pendekar Muda 5
26
Final Turnamen Pendekar Muda
27
Hasil Turmanen Pendekar Muda
28
Menjual Pil Giok Suci
29
Masalalu Liu Wei
30
Perpisahan
31
Pria Tua Misterius
32
Niat Baik Yang Dilandasi Kejahatan
33
Tupai Pertapa
34
Diatas Pendekar Suci
35
Terungkap Segalanya
36
Kejar Kejaran
37
Kerajaan Siluman Tupai
38
Memindahkan Sebuah Kerajaan
39
Menjadi Pemimpin Siluman Tupai
40
Kabut Ilusi
41
Penjaga Kabut Ilusi
42
Raja Obat
43
Menuju Pertarungan
44
Menjadi Pengawal Pangeran
45
Pertama Kalinya Membunuh
46
Kecerobohan Dewa Petir
47
Aura Jiwa Shenren
48
Bertemu Kaisar Surga
49
Mengobati Penduduk Desa
50
Siluman Penghuni Sungai
51
Si Kembar Haus Darah
52
Tangisan Desa Fushun
53
Kembalinya Dewa Petir
54
Cairan Pusaran Waktu
55
Menundukkan Harimau Putih
56
Roh Pusaka
57
Penculikan Pangeran Lin Yon Jun
58
Dimana Hantu
59
Keterpaksaan Tindakan Walikota
60
Teknik Penghisap Dimensi
61
Keputusan Arya
62
Arya Vs Patriark Kim Taiqing
63
Hancurnya Sekte Pedang Berduri
64
Mengarang Cerita
65
Racun Tengkorak Iblis
66
Menyebarkan Informasi
67
Pengintai
68
Tiba Di Kerajaan Goading
69
Mengobati Sang Raja
70
Duri Dalam Daging
71
Pertunjukan Yang Menarik
72
Bertarung Melawan Tiga Tetua
73
Persaingan
74
Kekecewaan
75
Bocah Kecil Penjual Permen
76
Tiga Bersaudara
77
Memberikan Kenang-kenangan
78
Raja Para Dewa
79
Jurus Berpindah Dimensi
80
Meninggalkan Istana Goading
81
Pasar
82
Kertas Sihir
83
Membuka Meridian Ketiga Bersaudara
84
Menangkap Pemberontak Dalam Istana
85
Penyerangan Ke Markas Pemberontak
86
Hancurnya Markas Pemberontak
87
Acara Pemakaman
88
Perpisahan Tanpa Kata
89
Penobatan Pangeran Lin Yon Jun
90
Kekuatan Pendekar Kekaisaran Tang
91
Melawan Para Perampok
92
Si Tubuh Besi
93
Asosiasi Lotus Perak
94
Kembalinya Sekte Lembah Petir
95
Sekte Pelarian Dari Kekaisaran Tang
96
Mengajukan Kerjasama
97
Membuka Toko
98
Toko Obat Xian
99
Keputusan Shi Yuan Jie
100
Membeli Senjata
101
Membuat Pil Awet Muda
102
Toko Di Buka Kembali
103
Permainan Catur
104
Mencapai Kesepakatan
105
Pesta Peresmian
106
Teman Lama
107
Menutup Toko
108
Para Penghadang
109
Pemuja Iblis
110
Pertarungan Berakhir
111
Penyelidikan
112
Persaingan Dua Gadis
113
Hasil Penyelidikan
114
Kontrak Ikatan Pusaka
115
Melawan Roh Pusaka
116
Keberhasilan Melakukan Kontrak Pusaka
117
Masalalu Roh Pusaka
118
Jurus Perubahan Wujud
119
Kekesalan Liu Wei
120
Kedai Din Thai Fung
121
Menjalin Aliansi
122
Bergabung Dengan Aliansi Pendekar Surgawi
123
Acara Lelang
124
Pembukaan Lelang
125
Siluman Griffin
126
Pusaka Kipas Naga Angin
127
Burung Phoenix Petir
128
Kericuhan Acara Lelang
129
Siasat Shi Yuan Jie
130
Putri Kerajaan Guangzhou
131
Pusaka Tombak Pembunuh Naga
132
Melelang Penawar Racun Perusak Syaraf
133
Melelang Pil Giok Suci
134
Permintaan Maaf
135
Acara Lelang Berakhir
136
Keributan Di Pintu Gerbang Istana
137
Memenuhi Undangan Raja Thai Yen
138
Arya Vs Jenderal Yu Lang
139
Arya Vs Jenderal Yu Lang ll
140
Duel Berakhir
141
Dugaan Huashan
142
Menyusun Rencana
143
Penculikan
144
Sisi Lain Panglima Chong Quon
145
Menyambut Anggota Baru
146
Teknik Pedang Terbang
147
Pertempuran
148
Melumpuhkan Kultivasi
149
Perjodohan
150
Melatih Keseimbangan
151
Masalalu An Lushan
152
Menyampaikan Berita Baik
153
Dendam Yang Membara.
154
Kebimbangan Patriark Tao Lian
155
Mendatangi Sekte Pedang Teratai
156
Persetujuan
157
Semakin Yakin
158
Kekecewaan Sekte Tapak Iblis
159
Menemukan Tempat Persembunyian
160
Energi Kegelapan
161
Ritual Anggota Baru
162
Hutan Gelap
163
Sekelompok Siluman Singa
164
Serangan Susulan
165
Cerita Dibalik Hutan Hei'an
166
Bertemu Naga
167
Lembah Naga
168
Tiga Darah Berbeda
169
Kebebasan Yang Mengejutkan
170
Melawan Para Siluman Naga
171
Menghadapi Penyusup
172
Menghadapi Penyusup II
173
Pulau Kehidupan
174
Tamu Tidak Di Undang
175
Penyucian Hati
176
Sisi Gelap I
177
Sisi Gelap II
178
Teknik Pengendalian Darah
179
Taichi
180
Duel Naga Vs Harimau
181
Arya Vs Chaizu I
182
Arya Vs Chaizu II
183
Arya Vs Chaizu III
184
Arya Vs Chaizu IV
185
Keluar Dari Hutan Hei'an
186
Latihan Pertama Di Sekte Lembah Petir
187
Sahabat Baru
188
Pencari Pusaka Langit.
189
Penculikan Bayi
190
Mengejar Penculik
191
Pendekar Suci Turun Tangan
192
Penculikan Putri Kaisar
193
Kecerdikan Han Jifan
194
Arya Vs Huashan
195
Pil Serat Gairah
196
Kemarahan Sang Putri
197
Menyampaikan Permasalahan
198
Keputusan Sang Putri
199
Seruling Cahaya Malam
200
Pesan Dari Bangsa Iblis
201
Hujan Meteor
202
Kemunculan Tengkorak Di Langit
203
Kota Mati
204
Tantangan Yang Tidak Sepadan
205
Pengendalian Pikiran
206
Keluar Demi Membalaskan Dendam
207
Perubahan Sikap Arya
208
Sebuah Tamparan Telak
209
Episode Terakhir
210
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!