Disebuah desa tinggal lah seorang anak kecil yang bernama Arya Pamungkas, dia adalah anak dari seorang petani di desa terpencil bernama Rejosari.
Arya adalah anak yang pintar, di usianya yang masih sangat dini, dia memiliki pemikiran layaknya orang dewasa.
Di kehidupannya yang terbilang sangat serba kekurangan, ia sedikit paham akan situasi dan kondisi keluarga nya.
Dia jarang bermain dengan anak sebayanya karena lebih memilih untuk membantu kedua orangtuanya, mulai dari membantu mengurus rumah sampai membantu pekerjaan orangtuanya. Arya kecil memiliki keinginan luhur yaitu untuk mensejahterakan dan bertekad membuat kedua orang tuanya bangga suatu saat nanti.
Ayahnya sendiri setiap hari mengurus sawah, sedangkan ibunya adalah buruh cuci berkerja untuk tetangga yang membutuhkan tenaganya.
Pada suatu hari dia keluar dari desa, memancing dipinggir sungai yang jaraknya lumayan jauh dari Desanya. karena kesenangan memancing Arya sampai lupa waktu, dan tidak terasa hari sudah menjelang sore.
Diapun bergegas pulang ke desanya, takut pulang kemalaman karena dia tidak membawa penerangan. Arya berjalan terburu-buru sambil menenteng beberapa ikan hasil pancingan.
Setelah Arya sudah dekat dengan desanya, ia berhenti karena terheran mendapati sesosok tubuh yang terbaring di atas tanah.
Awalnya dia berpikir bahwa orang itu mungkin saja sedang kelelahan, sehingga pingsan ataupun tiduran di atas tanah seperti itu.
Arya kemudian berjalan mendekati sosok tersebut, mencoba untuk membangunkannya, namun dia tiba-tiba tertegun setelah mendapati ada bercak darah di tubuh orang tersebut.
Karena bingung dan cemas diapun langsung berlari ke arah desa untuk mencari pertolongan, tapi langkahnya mendadak berhenti ketika melihat kobaran api yang melahap seluruh rumah para penduduk desa.
Saat itu Arya tidak tau mengapa desanya sampai terbakar sedemikian rupa. Lamunannya buyar kala teringat ayah dan ibunya, kemudian tanpa pikir panjang diapun langsung melemparkan ikan yang dibawanya dan berlari sekencang mungkin memasuki gapura.
Setelah beberapa menit berlari, sampailah dia di depan sebuah gubuk yang kondisinya juga sudah terbakar. Terlihat di halaman gubuk tersebut ada dua tubuh manusia dalam kondisi terkapar diatas tanah, dengan bercak darah yang hampir melumuri seluruh tubuh mereka.
Arya berlari ke arah mereka berdua yang kini sudah terkapar tak bernyawa, terlihat mereka berdua meninggal dengan kondisi saling bergandengan tangan.
Sambil menangis Arya mencoba berkali-kali membangunkan keduanya, namun tidak perduli seberapapun kerasnya dia berusaha, kedua orang tuanya tersebut tidak kunjung tersadar.
Kemudian, dia berlari meninggalkan gubuk tersebut, berniat mencari bantuan. tapi usahanya sia-sia, karena ia tidak menemui seorangpun penduduk desanya yang masih hidup.
Berjam-jam dia meratapi kepergian kedua orangtuanya dan nasibnya yang kini hidup sebatang kara. Arya kecil tidak tau harus bagaimana dan kemana dia selanjutnya akan menjalani hidup.
Langit mulai ditutupi awan gelap dan petir terdengar menyambar-nyambar di angkasa. Hujan pun turun begitu lebat, seakan turut berduka atas nasib bocah kecil itu.
Dibawah tetesan air hujan, Arya mencoba menggali tanah dengan kedua tangan kecilnya. Di iringi deraian air mata, bocah kecil itu tidak peduli dengan kondisi tangannya yang sudah mengalami banyak luka serta mengeluarkan darah. Arya terus menggali tanah tersebut, karena dia tidak punya pilihan lain sebab tidak ada satupun orang yang dapat membantunya untuk membuat tempat peristirahatan terakhir bagi kedua orangtuanya.
7 hari kemudian, Arya akhirnya membulatkan tekadnya untuk mengadu nasib keluar dari desa. Namun sebelum ia keluar dari desanya, dia menyempatkan diri berdoa sekaligus meminta izin di depan makam kedua orang tuanya. Arya berjanji akan sering mendoakan keduanya dan akan berkunjung ke makam tersebut suatu saat nanti.
Bocah itu berjalan dengan langkah gontai, sesekali dia menyeka air mata yang merembes keluar dari sudut matanya. Dia terenyuh ketika melihat kondisi rumah penduduk desanya kini telah terbakar habis tanpa tersisa. Di antara puing-puing kebakaran, ia mendapati beberapa batang tubuh yang sudah menghitam dengan kondisi membusuk dan mengeluarkan bau tidak sedap.
Sebelum memasuki kawasan hutan, Arya mengepalkan kedua tangannya, bocah kecil itu tidak tahu kemana tujuannya. Dia hanya mengikuti nalurinya saja untuk terus berjalan memasuki hutan, dia berharap setelah melewati hutan itu, ia akan mendapati kehidupan manusia di sana.
Beberapa kali dia harus berjibaku dengan hewan buas, seperti harimau, macan, serigala dan lain sebagainya. Tetapi untungnya beberapa kali itu juga dia dapat meloloskan diri dengan cara memanjat sebuah pohon. Arya harus berlama-lama berada diatas dahan pohon, untuk memastikan hewan buas yang mencoba memangsanya itu pergi menjauh.
Beberapa Minggu berlalu, kini Arya sudah terbiasa hidup mandiri di dalam hutan, berburu hewan sebagai makanan dan tidur dalam gelapnya malam dalam suasana hutan.
Ketika dia sedang mengendap-endap berniat menangkap ayam hutan, dirinya di kejutkan dengan suara lolongan serigala. Tanpa berfikir panjang, diapun segera memanjat pohon yang tidak jauh darinya.
Benar saja, tidak berselang lama muncul seekor Serigala dari balik semak-semak, serigala itupun berlari cepat ke arah Arya yang terlihat masih berusaha memanjat pohon.
Arya akhirnya dapat bernafas lega saat sudah merasa aman di atas dahan pohon, bocah kecil itu mematahkan beberapa ranting dan lalu melemparkannya ke arah serigala itu. Ia berusaha mengusirnya.
Dengan sabar, Arya menunggu kepergian serigala yang sudah sejam yang lalu masih berputar-putar mengelilingi pohon yang di panjatnya.
Tiba-tiba terdengar suara yang memekakkan telinga bersamaan dengan kilatan petir yang menyambar tepat mengenai serigala tersebut.
Arya yang begitu terkejut dengan spontan memeluk pohon agar tidak terjatuh, diapun lalu memandang ke bawah dan menemukan serigala yang ingin memangsanya tersebut kini telah tewas dengan kondisi tubuh mengeluarkan asap, seperti habis terpanggang.
"Syukurlah, malam ini aku bisa tidur dengan perut yang kenyang." Arya tersenyum lebar terlihat begitu senang, sebab baru kali ia mendapatkan buruan besar tanpa harus bersusah payah.
Sebelum Arya bergerak menuruni pohon, tiba-tiba hujan turun dengan begitu derasnya. Suara petir saling bersahutan menggelegar menimbulkan aura yang mencekam, membuatnya hanya bisa meringkuk menggigil kedinginan sambil menutupi kedua telinganya di atas dahan pohon.
Jeedeeeeeerrrrrrrrr....
Sebuah kilatan petir putih melesat cepat menghantam ke tubuh Arya.
"Aaaaaa...." Arya berteriak dengan tubuh kejang-kejang, sebelum kesadarannya benar-benar menghilang.
Dalam keheningan dan kegelapan, tiba-tiba di hadapannya muncul sebuah cahaya biru kecil yang perlahan-lahan semakin membesar, cahaya itu nampak mendekatinya.
Tidak bisa di pungkiri, saat itu Arya merasa begitu ketakutan dan tidak tahu harus berbuat apa saat cahaya itu perlahan tapi pasti mendekatinya. Ketika cahaya itu semakin dekat, ia berusaha mundur menjauhi cahaya tersebut, tapi entah kenapa kakinya tidak bisa di gerakkan, seolah terpatri oleh sesuatu yang tidak di pahaminya.
Cahaya tersebut terus-menerus semakin mendekat, sampai akhirnya masuk ke dalam tubuhnya, dan setelah itu cahaya itupun lenyap bersamaan dengan hilangnya kesadarannya.
Arya merasakan sakit kepala yang teramat menyiksa, dia berusaha membuka mata. Pemandangan di hadapannya kini sudah berubah drastis, dimana ia sudah berada di tempat yang berbeda.
Arya melihat sekelilingnya, yang ternyata berada di atas lautan awan.
Arya memutuskan untuk mencari seseorang untuk ditanyai, namun selama puluhan menit ia tidak menjumpai seorangpun di sana. Dengan penuh kebingungan, akhirnya iapun duduk dan mencoba mengambil awan yang berada di bawahnya. Tetapi awan tersebut tak bisa ia genggam, seakan ia sedang menggenggam sebuah asap.
Arya berusaha mengingat sebelum dirinya sampai di tempat ini, dimana ada sebuah petir yang menyambar dirinya.
"Dimana aku ini sekarang? apakah aku sudah mati?" Arya berkata lirih.
Ketika tengah larut dalam lamunan, tiba-tiba terdengar suara yang menggema memenuhi angkasa, seketika Arya pun bangkit dan mencari sumber suara itu.
Beberapa saat suasana menjadi hening, dan kemudian suara itu terdengar kembali. Kali ini suara tersebut berbicara dengan bahasa yang ia mengerti.
"Kau memanglah sudah mati, saat ini wujudmu hanyalah roh." Kata dari suara tersebut.
"Lalu apakah tempat ini yang di namakan surga?" Arya bertanya dengan polos kepada suara yang tanpa rupa itu.
Suara itupun menghilang beberapa menit, membuatnya celingukan dan kebingungan mencari sumber suara tadi.
"Hah, mungkin ini hanyalah mimpi. dan semua ini hanyalah bunga tidurku saja?" gumam Arya pelan.
Tiba-tiba di hadapannya muncul sesosok tubuh layaknya manusia, sosok pria berbadan kekar, berjubah seperti bangsawan. Di atas kepalanya terdapat sebuah lingkaran bercahaya putih kebiruan yang di selimuti beberapa kilatan petir-petir kecil, di keningnya juga terdapat sebuah tato yang berlambang petir.
"Kau tidaklah sedang bermimpi nak, tubuhmu memang sudah binasa di alam bumi. Dan sekarang kau berada di antara alam roh dan alam dewa." Sosok tersebut tersenyum hangat.
"Jika ini alam roh, lalu dimana roh ayah dan ibuku?" Tanya Arya polos sambil celingukan.
"Kau belum di takdirkan benar-benar binasa. Tubuhmu saja yang binasa sedangkan ruh mu akan ku kirim ke dunia lain. Menjalani kehidupan baru di dunia itu." Sosok tersebut berjalan menghampiri Arya.
"Untuk apa aku di hidupkan kembali, aku ingin segera menemui orang tuaku." Arya berkata lirih. Dia benar-benar ingin menemui kedua orang tuanya. Baginya berkumpul kembali dengan keluarganya jauh lebih baik daripada harus menjalani hidup seorang diri dan tidak mempunyai siapapun.
Sosok itu menyunggingkan senyuman ramah. "Arya... Sebelumnya perkenalkan namaku Indra, aku adalah Dewa petir. aku di tugaskan oleh Kaisar Surga untuk mengambil rohmu dan lalu mengirimmu ke di dunia yang lain, dunia itu bernama planet Werkurius. Disana adalah tempat para kultivator." Dewa Petir menatap Arya lekat-lekat.
"Tenanglah kedua orangtuamu saat ini dalam kondisi baik-baik saja, aku akan mempertemukan kalian setelah kau berhasil menyelesaikan tugas dari Kaisar Surga." Sambung Indra sang Dewa Petir.
"Aku tidak pernah bertemu denganmu, lalu bagaimana kau bisa mengetahui namaku?" Arya memandangi Dewa Petir penuh selidik. "Dewa katamu,.. jangan bercanda, ini pasti hanyalah mimpi. dan kenapa aku harus pindah kehidupan.. Aneh.?" Arya mengerutkan dahi karena kebingungan.
Dewa petir menggeleng pelan. ”Kau tidaklah sedang bermimpi bocah... bagaimanapun aku ini adalah Dewa, apalagi aku di tugaskan untuk menjagamu. bagaimana mungkin aku tak tau namamu dan asal-usulmu." Tandas Dewa petir dan lalu mencubit ruh Arya karena kesal.
"Bagaimana? apakah terasa sakit?" Tanya Dewa petir yang masih mencubit Arya.
"Aduh... aduh lepaskan!." Pekik Arya meronta kesakitan berusaha melepaskan diri.
Dewa petir kemudian melepaskan cubitannya. "Lalu bagaimana, apakah kau masih menganggap semua ini hanyalah mimpi?"
"Jika kau ingin bertemu dengan kedua orang tuamu, kau harus menyelesaikan tugas dari Kaisar Surga terlebih dahulu. Apakah kau bersedia?" Lanjutnya.
Arya tidak lantas menjawab, dia menggaruk kepalanya seolah sedang berfikir. "Baiklah, tapi apa itu kultivator?"
"Kultivator adalah jalan keabadian, bisa di sebut juga sebagai seorang pendekar." jawab Dewa Petir cepat.
"Terus apa tugasku disana?"
"Kau hanya perlu berlatih untuk menjadi pendekar yang kuat. Jika kemampuanmu sudah mempuni, barulah setelah itu aku akan memberitahukan tugasmu yang sebenarnya." Dewa petir diam sesaat menunggu balasan dari bocah kecil itu.
Arya sendiri juga hanya terdiam sambil memikirkan sesuatu, menurutnya semua ini sangat tidak masuk akal. Yang dia inginkan hanyalah bisa bertemu dengan kedua orang tuanya kembali, kenapa menjadi serumit ini?.
"Tenanglah, aku berjanji akan mempertemukanmu dengan kedua orangtuamu. Apakah kau sudah siap?" Ujar Dewa petir yang di balas Arya dengan anggukan kepala.
Dewa Petir kemudian meletakkan kedua jarinya menyentuh kening Arya. Perlahan muncul cahaya putih yang berpijar di kening bocah itu, semakin lama cahaya itupun semakin membesar, sampai akhirnya padam bersamaan dengan menghilangnya Arya dari tempat itu.
Arya seperti terlempar ke dalam lorong yang berputar-putar, dan mulai merasakan rasa sakit yang teramat sangat di kepala dan di sekujur tubuhnya. Namun perlahan-lahan rasa sakit itupun mulai mereda bersamaan dengan matanya yang terbuka.
"Di mana aku sekarang?" Arya berkata dengan setengah berteriak, dia melihat dirinya kini berada disebuah ruangan.
Kemudian, ia mencoba bangkit berdiri. tetapi ia tidak sanggup sebab badannya terasa sangat lemas, untuk sekedar menggerakkan tubuhnya saja, dia benar-benar tidak mampu, seolah tubuhnya mengalami kelumpuhan.
Arya bersuara sekeras yang dia bisa. "Siapapun yang ada disini, tolong jawab aku."
Tidak berselang lama, terdengar sepasang langkah kaki yang sedang mendekatinya.
"Rupanya kau sudah bangun nak?" Tanya seorang pria paruh baya.
"Dimana aku ini kek? dan lalu siapa kakek?" Tanya Arya mengerutkan dahinya.
Karena pikiran dan hatinya begitu terguncang sebab badannya tidak bisa di gerakkan, Arya tidak menyadari jika pria paruh baya di hadapannya itu berbicara bahasa asing, dan dirinya sendiri entah kenapa bisa mengerti dan bahkan juga dapat berbahasa seperti bahasa pria paruh baya itu.
"Namaku Zhen Long, ini adalah tempat tinggalku nak" Balas kakek tua tersebut sambil berjalan mendekat dan kemudian memberikan sebuah pil untuknya.
"Terus bagaimana ceritanya aku bisa sampai disini kek? Dan kenapa badanku terasa sangat lemas dan sakit semua seperti ini, kek?" Tanya Arya sesudah dirinya di bantu duduk dan meminum obat pemberian Zhen Long.
"Kau sebelumnya terjatuh dari atas nak... Sekarang ini kau berada di dasar lembah jurang kematian. Tadinya saat aku menemukanmu, kau sudah berhenti bernafas. Aku kira pada saat itu kau sudah mati, sehingga aku berniat membuatkanmu sebuah kuburan.
Tapi entah kenapa, setelah selesai membuatkanmu kuburan, aku mendapati kau sudah kembali bisa bernafas. Dan akhirnya aku membawamu ke sini." Zhen Long menjelaskan.
Saat sedang mendengarkan penjelasan dari Zhen Long dengan seksama, tiba-tiba kepalanya terasa sangat sakit dan dia pun pingsan. Dalam pingsannya, Arya melihat sebuah cahaya putih yang perlahan menghampirinya, semakin lama semakin jelas dan cahaya itupun memudar membentuk sesosok pria. Ya pria itu tidak lain adalah Indra sang Dewa Petir.
Dewa Petir lantas berjalan mendekat. "Ini adalah Kitab Dewa Naga Emas, pelajarilah dan gunakanlah ke jalan kebaikan. Setelah kau dapat menguasai kitab ini, aku akan memberikanmu kitab yang lainnya. Disini tugasku adalah membimbingmu." Dewa petir menyodorkan sebuah kitab yang bernama Kitab Dewa Naga Emas tersebut kepada Arya.
Dengan sedikit ragu, Arya menerima kitab tersebut. Dan terjadilah kejadian yang tidak lazim, yang baru kali ini Arya alami.
Kitab Dewa Naga Emas yang berada di genggaman tangan kanannya, mengeluarkan cahaya keemasan yang menyilaukan mata. Setelahnya, kitab itupun melayang-layang dan secara tidak terduga kitab itupun masuk ke dalam dadanya.
Beberapa saat setelah kitab itu menyatu dengannya, cahaya keemasan yang menyilaukan itu perlahan-lahan meredup, dan Arya pun tersadar dari pingsannya.
Setelah tersadar, Arya kemudian duduk sambil mengingat-ingat kejadian yang terjadi di alam jiwanya.
"Kitab Dewa Naga Emas?... Apakah itu hanya mimpi atau... ah tapi, itu seperti benar-benar kenyataan... tapi jika itu kenyataan, lalu dimana Kitab itu?" gumam Arya dalam hati yang kebingungan dengan apa yang dialaminya saat ini.
Arya kemudian kembali teringat perkataan Dewa Petir, jika dirinya saat ini bisa menggunakan bahasa yang berbeda dari tempat asalnya. "Aneh, apa maksud dari orang itu."
Setelah beberapa lama dia memikirkan terkait kejadian-kejadian aneh yang menimpanya, Arya kemudian berusaha bangkit berdiri untuk melihat dimana saat ini dirinya berada.
Dengan langkah tertatih karena memang badannya masih terasa lemas, dia berjalan perlahan sambil meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.
Tak beberapa lama berjalan, dia pun sudah sampai di luar gubuk. hal yang pertama kali dia lihat adalah banyaknya tumbuh-tumbuhan aneh yang tidak pernah dia lihat selama ini. tumbuhan itu begitu luas bak layaknya kebun.
Arya yang penasaran, kemudian mendekat untuk mengamati tumbuh-tumbuhan itu. setelah dirasanya puas, diapun melangkahkan kakinya berjalan menyisir lokasinya saat ini.
Dia lantas baru teringat perkataan dari Zhen Long mengenai dirinya saat ini tengah berada di dasar jurang. Arya mendongakkan kepalanya, dan benar saja bahwa tempat dirinya berada saat ini memang adalah dasar jurang.
Sambil menatap ke atas, Arya memikirkan bagaimana bisa badannya tidak hancur saat tubuhnya terjatuh ke dalam jurang yang teramat sangat dalam ini.
Lamunannya terhenti ketika dia mendengar ada suara langkah kaki. Arya menengok ke tempat sumber suara itu, tak lama suara itu pun berganti suara seorang kakek yang menyapanya.
"Nak... kenapa kau malah keluar gubuk. Lebih baik kau istirahatlah dulu, agar kondisimu segera kembali prima." Zhen Long tersenyum ramah.
Arya mengerutkan dahi, dia baru menyadari jika Zhen Long menggunakan bahasa asing. Namun anehnya dia dapat memahaminya. "Apa benar orang yang ada di dalam mimpiku itu adalah Dewa dan semua yang di katakannya itu adalah kenyataan."
Mengetahui kata hati Arya, Dewa Petir hanya tersenyum dan menggelengkan kepala di dalam alam jiwa bocah kecil itu.
"Ah maaf kakek.. aku merasa bosan jika hanya tiduran terus kek.. aku hanya ingin melihat-lihat keluar saja...
Oh iya kek, aku melihat banyak tanaman-tanaman aneh. Itu tanaman apa kek?" Tanya Arya beberapakali mengambil jeda sambil menunjuk ke arah tanaman yang menurutnya aneh.
"Itu adalah bahan-bahan untuk meracik obat nak. Jika kau tertarik dengan ilmu pengobatan atau alkemis, nanti kakek akan ajarkan.. tapi sebelum itu bantu kakek mengolah dan memasak ayam hutan ini" Ucap Zhen Long sambil memperlihatkan dua ekor ayam hutan, lalu melangkahkan kakinya menuju ke arah gubuk.
Mendengar perkataan dari Zhen Long, Arya menerka jika kakek tua itu adalah seorang Tabib. Dia sebenarnya ingin bertanya lebih lanjut, namun melihat Zhen Long sudah menjauh, terpaksa ia pun harus memendam rasa penasarannya itu karena bagaimanapun saat ini perutnya memang sedang sangat lapar.
Arya yang sudah menyusul Zhen Long kemudian segera menata kayu bakar.
Setelah kayu bakar sudah tersusun rapi, Zhen Long tiba-tiba mengeluarkan sebuah api dari tangannya. Tentu saja hal itu membuat Arya terkejut bukan main, layaknya seorang bocah diapun bertanya dengan polosnya.
"Kek.. kakek bisa sulap ya...? wah kakek hebat.. Apa kakek mau mengajariku sulap seperti yang kakek lakukan barusan?" Arya memasang wajah begitu antusias.
"Sulap?.. Sulap itu apa nak?" Zhen Long mengerutkan dahi karena dibuat bingung. Sebab memang baru kali ini dia mendengar kata-kata sulap, yang memang terdengar asing di telinganya.
"Sulap itu semacam sihir kek..." Jawab Arya dengan wajah polos.
"Oh sihir... bukan nak, ini bukan sihir. Memang ada beberapa jenis sihir yang bisa menciptakan api... Namun yang kakek lakukan tadi, itu adalah sebuah teknik perubahan energi, memadatkan Qi dan merubahnya menjadi elemen api" Zhen Long menjelaskan sambil mengelus-elus rambut Arya.
"Apa itu Qi kek? aku tidak pernah mendengarnya." Arya menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal, ia semakin di buat bingung dengan segala hal yang di alaminya.
"Qi itu adalah semacam energi alam yang di bisa di serap menjadi tenaga atupun kekuatan untuk tubuh kita. Setiap manusia mempunyai elemen di dalam tubuhnya, biasanya satu sampai dua elemen, paling banyak mereka yang jenius memiliki 3 elemen.
Oh... iya nak, kau belum memberitahukan siapa namamu?" Zhen Long menjelaskan kemudian bertanya mengenai indentitas Arya yang duduk di sebelahnya.
"Aku masih tidak paham kek, apa itu Qi dan elemen... Oh iya kek.. namaku Arya Pamungkas."
Arya memasang wajah kebingungan, sebab ia benar-benar tidak mengerti maksud dari penjelasan Zhen Long tersebut.
"Arya Pamungkas...? em... selama kakek hidup, kakek tidak pernah mendengar ada nama yang seperti itu, nak? Lalu darimana asalmu?" Zhen Long menatap Arya penuh selidik.
"Aku berasal dari desa Rejosari kek, desa kecil yang ada di kabupaten Demak Bintoro kek."
Arya mengatakan asal usulnya yang sebenarnya, sebab ia mengira bahwa dirinya saat ini masih berada di bumi.
"Rejosari? Demak Bintoro? Dimana itu nak?... Selama kakek mengembara ratusan tahun di dunia ini, kakek tidak pernah mendengar adanya nama daerah seperti itu."
Zhen Long mengerutkan dahi, entah mengapa dirinya merasa bahwa bocah kecil disampingnya ini bukan berasal dari dunia yang selama ini ia tempati.
Sebelum Arya menjawab pertanyaan itu, dia lantas baru teringat bahwa dirinya saat ini sudah tidak lagi berada di Bumi, melainkan sudah berpindah kehidupan di dunia yang bernama Werkurius.
Arya ingin menjawab dengan jujur, jika dirinya bukanlah berasal dari dunia ini, melainkan dari belahan dunia yang berbeda, yaitu Bumi.
Namun sebelum dia bisa mengatakan hal yang sebenarnya, tiba-tiba dia dikejutkan dengan kemunculan Dewa petir yang mendadak muncul di sampingnya. Karena begitu kaget, Arya sampai tersentak melompat dari duduknya dan tersungkur kebelakang.
"Eh, ada apa nak?" Zhen Long juga sama terkejutnya namun bukan terkejut karena melihat Dewa Petir.
Karena bagaimanapun, pria paruh baya itu tidak bisa melihat wujud Roh dari seorang Dewa. Melainkan yang membuatnya terkejut, sebab Arya tiba-tiba melompat seperti kaget saat melihat setan.
Dewa Petir kemudian berkata. "Jangan beritahukan siapapun mengenai asal usulmu dan keberadaanku di sampingmu, sebab hal itu akan membuatmu celaka dan yang lebih parah kau akan di buru banyak orang di dunia ini."
Arya ingin menjawab perkataan dari Dewa Petir, namun saat dirinya ingin bertanya, mulutnya tiba-tiba tidak bisa terbuka seakan ada sesuatu yang membuat syarafnya tidak berfungsi.
Dewa Petir kembali berkata, namun kali ini melalui telepati. "Bicaralah melalui pikiranmu, kita bisa berkomunikasi melalui pikiran... jangan berbicara denganku melalui mulut, apalagi ada orang lain yang melihatnya, nanti kau bisa di anggap gila sebab terlihat sedang berbicara sendiri... Saat ini wujudku hanyalah roh, tidak akan ada yang bisa melihat wujud Roh dewa, selain para Dewa sendiri."
"Oh jadi begitu... Lalu aku harus menjawab apa mengenai pertanyaan kakek barusan?” Tanya Arya melalui telepati.
"Kau hanya perlu menjawab jika dirimu berasal dari kekaisaran Ming..." jawab Dewa Petir.
"Hei nak... kenapa kau malah melamun?" Zhen Long nampak semakin curiga dengan gelagat tubuh Arya.
Arya yang baru tersadar, lantas menjawab sesuai apa yang di usulkan oleh Dewa Petir. Ia menjawab jika dirinya berasal dari kekaisaran Ming. Dan mengenai nama desa yang di sebutkannya barusan, itu semua di sebabkan dirinya masih terbawa mimpi. Arya menjelaskan jika pada saat ia sedang tidak sadarkan diri, dirinya bermimpi jika saat itu dia seperti hidup di sebuah desa yang bernama Rejosari.
"Oh jadi begitu... Nanti kakek akan buatkan obat untukmu, agar kau secepatnya pulih.
Aku sebenarnya ingin mengajarimu ilmu pengobatan, namun apakah kau bersedia menjadi seorang Alkemis, nak?"
Zhen Long memang dari awal memiliki niat untuk mengangkat Arya sebagai muridnya, karena ia berfikir ini adalah saat yang tepat baginya untuk mengangkat seorang murid. Sebab selama ini ia selalu menghabiskan waktunya meningkatkan kultivasi dan ilmu Alkemis, tanpa sedikitpun terlintas di pikirannya untuk mengangkat seorang murid sebagai penerusnya.
"Alkemis itu apa kek? Arya tidak mengerti kek" Arya kembali di buat kebingungan, dia mengekspresikan kebingungannya dengan mengusap-usap tengkuknya.
"Kakek akan menjelaskannya nanti... sekarang lebih baik kita makan dulu, karena kebanyakan mengobrol nanti ayamnya bisa gosong, haha" Sambil terkekeh Zhen Long kemudian menyodorkan satu ekor ayam panggang kepada Arya.
Setelah mereka selesai makan, Zhen Long kemudian mengajak Arya ke sebuah ruangan yang ada di sebelah gubuk, ruangan itu di khususkan untuk pembuatan obat.
____________
Untuk para pembaca yang bingung kenapa Arya langsung bisa bahasa yang di pakai di dunia barunya..
jawabannya adalah karena yang di pindahkan ke dunia lain hanyalah Roh Arya saja, sedangkan tubuh yang di pakai Arya adalah tubuh manusia yang memang berasal dari dunia tersebut.
Terlebih Dewa Petir sebelum memindahkan Arya, dia sempat menyentuh kening Arya untuk membuat Arya paham akan bahasa yang di pakai di dunia tersebut.
Sekarang saya harap tidak ada lagi yang bertanya mengenai hal ini kembali ya. 👍
Zhen Long mengajak Arya memasuki sebuah ruangan yang di penuhi berbagai tumbuh-tumbuhan dan di sana juga terdapat sebuah tungku besar. Setelah itu, pria paruh baya tersebut langsung menjelaskan mengenai nama-nama dari berbagai macam tanaman yang ada disana kepada Arya, Dia juga menjelaskan beberapa tahapan untuk menjadi seorang Alkemis.
"Ya'er... Tanaman-tanaman ini ada yang berguna untuk penyembuhan, meningkatkan Kultivasi dan sebagian lagi untuk mengobati racun... Apakah kau tertarik menjadi seorang Alkemis, Ya'er?"
Zhen Long menjelaskan khasiat dari tanaman-tanaman yang ada di ruangan itu. Tidak lupa dia juga bertanya apakah Arya bersedia belajar menjadi seorang Alkemis. Karena menurut Zhen Long belajar sesuatu harus ada ketertarikan, tanpa ketertarikan maka akan sia-sia bila mendalami ilmu karena terpaksa.
"Namaku Arya kek bukan Ya'er... mm, aku bersedia kek... Mungkin suatu saat nanti, ilmu ini akan berguna untuk mengobati kakek, kalau kakek sedang sakit atau orang lain yang membutuhkan pertolonganku kek.” jawab Arya sambil memperhatikan tumbuh-tumbuhan itu.
Zhen Long tersenyum atas persetujuan dari Arya. Dia kemudian menjelaskan. "Panggilan yang di akhiri 'Er itu adalah panggilan sayang atau untuk seseorang yang lebih muda... Kakek juga ingin mengangkatmu menjadi cucu angkat kakek.., apakah kau bersedia nak?"
Zhen Long lalu melanjutkan "Untuk menjadi seorang Alkemis, kau harus mempunyai elemen Api, Kayu dan kekuatan jiwa, supaya pil yang kau buat nanti hasilnya lebih sempurna... Sebentar kakek akan memeriksa elemen apa yang ada di tubuhmu nak." Ucap Zhen Long sambil meraih tangan Arya untuk melihat elemen apa yang di miliki bocah itu.
Ketika Zhen Long sedang mengecek elemen yang ada di dalam tubuh Arya, terlihat ekspresinya berubah-ubah selama proses pengecekan itu berlangsung.
Beberapa menit kemudian proses pengecekan itupun akhirnya selesai, namun nampak dari raut wajah Zhen Long yang terlihat begitu lesu.
"Kau mempunyai elemen api dan kayu nak, tetapi kau juga mempunyai elemen yang lain. yaitu tanah, air, angin, petir, logam, racun dan cahaya." Zhen Long menjelaskan namun dengan ekspresi yang terlihat muram.
"Aku mau kek menjadi cucu angkat kakek.... lagipula aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi." Arya menundukkan kepala, dia sedih teringat mendiang kedua orangtuanya.
Zhen Long lantas memeluk Arya. "Kakek juga sebatang kara nak, saat ini kakek juga sudah tidak mempunyai siapa-siapa lagi. Kakek sangat senang karena kau mau menemani kakek serta mau menjadi cucu angkat kakek. Nanti kakek akan mengajarimu beberapa hal tentang Alkemis dan Kultivasi."
Zhen Long kemudian mengambil beberapa tanaman, semua bahan obat-obatan yang berada di atas telapak tangannya itupun melayang dan akhirnya membentuk beberapa butir pil.
Arya yang menyaksikan kejadian itu, nampak begitu kagum sekaligus semakin termotivasi untuk secepatnya bisa melakukan hal yang sama seperti yang di tunjukkan kakek angkatnya tersebut.
"Kek.. kapan kakek akan mengajariku?" tanya Arya dengan ekspresi antusias, dia seolah tidak sabar lagi ingin segera belajar.
Zhen Long hanya tersenyum tipis sambil menatap Arya, dia lantas melanjutkan lagi kegiatannya.
Selesainya membuat pil, Zhen Long berjalan ke arah lemari yang ada di pojok ruangan tersebut. Terlihat pria paruh baya itu tengah mengambil beberapa buku yang ada di lemari tersebut.
"Ya'er... Pil ini untuk membuka Meridian mu supaya kau bisa berkultivasi. minumlah sehari dua kali... setelah semua Meridian mu terbuka nanti, kakek akan ajarkan padamu bagaimana cara berkultivasi.. dan ini adalah buku pengetahuan mengenai berbagai tanaman dan khasiatnya... kau pelajarilah dulu.!! Setelah saatnya nanti, kakek akan ajarkan padamu berbagai teknik cara pembuatan pil." Zhen Long menjelaskan sambil memberikan beberapa pil dan beberapa buku pada bocah kecil itu.
Zhen Long tidak ingin menyinggung terkait elemen yang ada di dalam tubuh Arya, sebab pria paruh baya itu berfikir cucu angkatnya itu masih terlalu kecil untuk bisa memahami hal-hal yang terlalu rumit diusia dini.
Baru kali ini Zhen Long menemukan seseorang yang mempunyai 9 elemen. Ia sendiri saja yang di juluki sang jenius hanya memiliki 4 elemen. Dalam hatinya, dia bersyukur sekaligus mencemaskan cucu angkatnya itu. karena bagaimanapun mempunyai banyak elemen adalah sebuah anugerah juga musibah.
Tidak pernah ada dalam sejarah dunia ini, seseorang memiliki 9 elemen. Mempunyai 9 elemen memang dapat membuat orang tersebut menjadi pendekar yang hebat, sebab bisa mengendalikan semua elemen-elemen yang dia punya. Akan tetapi semakin banyak elemen, juga akan memperlambat peningkatan Kultivasi nya nanti. Itu semua disebabkan karena ia harus membagi energi Qi ke semua Dantian elemen tersebut.
Keistimewaan yang dimiliki Arya saat ini juga akan sangat beresiko baginya. Kemungkinan terbesar dia akan diburu oleh banyak orang untuk di paksa menjadi murid ataupun sekutu. Bahkan akan di bunuh jika dia menolaknya, sebab kehadirannya akan di anggap sebagai bahaya yang akan mengancam kepentingan beberapa kelompok tertentu.
Setelah menjelaskan semuanya, Zhen Long kemudian menyuruh Arya untuk beristirahat serta meminum obat yang telah di berikannya.
Beberapa saat berlalu Zhen Long kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan gubuk yang selama ini menjadi tempat tinggalnya. Pria paruh baya itu berniat pergi ke kota untuk membeli beberapa baju, karena ia merasa iba melihat baju yang dikenakan Arya sudah tidak layak di pakai, karena terdapat banyak robekan sebab terjatuh dari jurang kematian.
____________
Arya terlihat duduk di dalam kamarnya, bocah kecil itu berniat meminum obat yang di berikan oleh sang kakek.
Setelah beberapa menit meminum obat tersebut, Arya mulai merasakan adanya sebuah energi yang meledak-ledak di dalam tubuhnya. Dia sampai mengeluarkan keringat dingin dengan wajah yang memerah, serta urat-uratnya yang nampak menonjol menandakan efek dari pil tersebut mulai bekerja.
Arya hanya bisa pasrah tidak berdaya, dan memutuskan untuk berbaring di ranjang. Dia akhirnya tidak lagi mencoba menolak energi tersebut, sebab semakin dirinya menolaknya, justru energi itu malah semakin membuatnya kesakitan.
Arya sempat berprasangka buruk jika Zhen Long ingin meracuninya, namun pemikiran tersebut segera di buangnya jauh-jauh. Karena bagaimanapun Zhen Long lah yang telah menyelamatkan hidupnya. Jadi ia berfikir, sangat mustahil kakek angkatnya itu tega meracuninya.
Setelah sejam berlalu, tubuh Arya kian membaik, bahkan jauh lebih baik dari sebelumnya. Nampak dirinya saat ini lebih bertenaga, dan wajahnya yang sebelumnya terlihat begitu pucat sekarang mulai berseri kembali.
Arya berusaha bangkit, dan yang di rasakannya pertama kali adalah badannya jauh lebih ringan dari sebelumnya. dia tidak pernah merasakan sensasi seperti ini sebelumnya, bahkan saat dirinya masih hidup di planet Bumi.
____________
#DisisiLain
Zhen Long yang sudah keluar dari gubuk, dia menoleh ke belakang beberapa saat. setelah dirasanya cukup jauh dari gubuk, lantas diapun menghentakkan kakinya dan terbang melesat dengan cepat menuju ke atas jurang kematian.
Pria paruh baya itu berjalan sambil mengenakan Caping (penutup kepala) demi menyembunyikan identitasnya. Setelah memasuki hutan, dia langsung berlari dengan cepat menggunakan ilmu meringankan tubuh.
Beberapa jam dalam perjalanan, Zhen Long akhirnya sampai di sebuah kota yang bernama Huanxi, sebuah kota yang cukup ramai di padati para pedagang serta para pengunjung.
"Setelah sekian lama aku meninggalkan dunia luar, sepertinya kota ini sudah membaik." gumam Zhen Long dalam hati sambil menikmati suasana di kota tersebut.
Zhen Long berjalan menghampiri toko yang menjual pakaian untuk membeli apa yang dia perlukan. Namun baru beberapa menit dia memilih-milih barang, terlihat seorang pria berpostur tinggi berbadan tegap menghampiri pemilik lapak tersebut.
Orang itu melirik Zhen Long sekilas, lalu menatap pemilik lapak. "Mana uang keamanannya!"
"Tu.. tuan... kan 2 minggu yang lalu aku sudah membayar uang kemananan? Bukannya pajak keamanan sebulan sekali tuan." Pemilik toko itu gemetaran sambil menunduk lemas.
"Aku tidak perduli dengan sebulan sekali, sekarang yang aku butuhkan adalah uangmu.... cepat berikan!!! atau ku hancurkan semua barang-barangmu ini". Bentak pria arogan itu sambil mencengkram leher pemilik toko baju tersebut.
"I...iini Tuan, mohon jangan rusak barang-barang daganganku, Tuan." Karena ketakutan pemilik toko itupun hanya bisa pasrah menyerahkan beberapa koin perunggu, daripada barangnya di rusak.
"Bagus..."
Setelah mendapatkan apa yang di inginkan, pria arogan tersebut melepaskan cengkraman tangannya sambil menatap beberapa koin perunggu ditangannya. Kemudian pria itupun beranjak pergi meninggalkan tempat tersebut dengan tertawa terbahak-bahak.
"Hmmmm... sepertinya dunia masih belum berubah.." gumam Zhen Long dalam hati sambil menggeleng pelan.
Selesai membeli barang-barang keperluannya, Zhen Long kemudian melangkah pergi menuju ke suatu tempat yang sepi. Ia melakukan hal tersebut, sebab ingin memasukan barang-barang yang telah di belinya tadi ke dalam cincin ruang semesta miliknya.
Sesudah memasukkan semuanya, Zhen Long kemudian pergi ke sebuah kedai.
Zhen Long menyuruh pelayan kedai tersebut untuk membungkus beberapa makanan, serta tidak lupa ia juga memesan beberapa guci arak sebagai persediaan dirinya menghabiskan waktunya di jurang kematian.
Sambil menunggu pesanannya datang, Zhen Long mendengarkan perbincangan dari para pengunjung lainnya yang tengah membahas tentang beberapa masalah terkait kota ini.
Dari pembicaraan tersebut, Zhen Long mendapatkan informasi tentang penyerangan beberapa kelompok sekte aliran hitam pada sekte aliran putih. Serta informasi mengenai beberapa bandit yang melakukan perampokan di sekitaran wilayah hutan di kota ini.
"Ini sudah bukan lagi urusanku, aku sudah memutuskan untuk mundur dari dunia luar. Sebaiknya aku segera mendidik Arya, agar anak itu bisa menjadi penerusku menciptakan kedamaian di dunia ini." Gumam Zhen Long dalam hati.
Pelayan pun akhirnya berjalan membawakan semua pesanannya, Zhen Long lantas membayarnya dengan menyerahkan beberapa koin perak.
Pria paruh baya itupun bergegas melangkahkan kakinya menuju gerbang kota Huanxi. Setelah di rasanya cukup jauh dari kota, Zhen Long kemudian mengumpulkan barang-barang yang tadi di belinya dari kedai lalu memasukannya ke dalam cincin ruang semesta.
Setelah semuanya beres, Zhen Long kemudian melesat cepat ke dalam hutan menggunakan ilmu meringankan tubuh.
"Aku harus cepat mendidik Arya, aku yakin anak itu akan menjadi kultivator yang hebat suatu saat nanti." Gumam Zhen Long saat telah sampai di dasar jurang kematian, pria paruh baya itu menatap gubuk yang sekarang menjadi tempat tinggalnya bersama cucu angkatnya, Arya.
______________
Buat kalian yang baru membaca novel dengan genre Wuxia (Dunia Persilatan) atau Xianxia (Perjalanan Keabadian). kalian baca dulu setidaknya 10-15 chapter agar bisa memahami alur ceritanya.
Selamat Membaca..
Dan selamat menikmati tulisanku yang masih banyak kekurangan ini. hehe 🙏
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!