Meningkatkan Kultivasi Para Murid

Setelah mereka sampai di ruangan pertemuan para tetua dan murid-murid Sekte Bunga Matahari yang terdaftar akan mengikuti turnamen. Mereka, tidak lebih tepatnya Arya langsung di sambut para tetua Sekte Bunga Matahari yang berada di sana.

"Bagaimana saudara Arya, apakah kau sudah membuatkan beberapa pil untuk menaikkan Kultivasi para murid?" Tanya salah satu dari tetua yang berada di ruangan tersebut.

"Sudah tetua... Biarkan mereka maju satu persatu, agar aku mengetahui pil mana yang tepat untuk Kultivasi mereka." Ucap Arya.

Kemudian para tetua memanggil satu persatu murid untuk maju ke depan Arya.

Semua murid dari Sekte Bunga Matahari yang mengikuti turnamen berjumlah 5 orang termasuk Liu Wei dan Sun Yu. Karena merekalah yang di anggap lebih unggul dari para murid lainnya di sekte ini.

Liu Wei yang pertama kali maju. Arya lantas memeriksa aliran darah Liu Wei dari pergelangan tangan serta leher gadis tersebut. 

"Aku akan menotok beberapa aliran darahmu dan beberapa Meridianmu agar kau bisa lebih mudah dalam mengontrol energimu serta mempercepat dalam meningkatkan Kultivasi mu. Ini akan terasa sedikit menyakitkan, tapi jangan menangis ya.. hahaha." Ujar Arya menjelaskan dan di akhiri dengan candaan agar suasana tidak begitu tegang.

Benar saja selama proses penotokkan itu berlangsung, Liu Wei tak henti-hentinya menjerit kesakitan. Melihat proses itu para tetua menjadi cemas, sedangkan para murid lainnya menjadi gelisah dan takut.

Setelah proses itu selesai. Liu Wei langsung menatap Arya dengan tatapan yang tajam.

"Hei... Kenapa kau menatapku seperti itu?" Arya mengedipkan sebelah matanya kepada Liu Wei, lalu mendekatinya.

"Apakah tadi itu sakit..? Minumlah pil ini dan seraplah energi dari pil ini. lalu pusatkan energi itu masuk ke dalam Dantianmu." Kata Arya sambil memberikan sebutir pil dan lalu mengacak-acak rambut Liu Wei.

Kemudian Arya memanggil satu persatu para murid yang tersisa. Dia melakukan hal yang sama seperti yang di lakukannya pada Liu Wei, namun tidak lagi dengan cara bercanda.

Setelah semuanya selesai. Para murid nampak masih dalam proses penyerapan energi pil. Sementara Arya sendiri keluar dari ruangan tersebut bersama para tetua lainnya.

"Maaf tetua, aku izin pamit kembali ke ruanganku... Setelah para murid selesai menyerap energi, suruh mereka semua agar lebih giat dalam berlatih. Karena pil saja tidak akan cukup bagi pendekar untuk menjadi lebih kuat tanpa latihan." Setelah mengatakan hal tersebut, Arya lalu bergegas melangkah kembali menuju ke tempat kamarnya.

__________

Hari sudah menjelang sore, saat itu Arya sedang berlatih di dekat air terjun tempat dimana dirinya pernah mandi bersama dengan Liu Wei tempo hari lalu.

Tentu saja Arya harus berlatih menggunakan fisiknya di dunia nyata, karena berlatih di alam jiwa hanya akan meningkatkan pemahaman serta gerakan dari jurus-jurus yang sedang ia pelajari. Tanpa praktek latihan di dunia nyata dengan tubuh aslinya, tentu saja jurus yang dipelajarinya tidak akan bisa sempurna.

Setelah beberapa lama berlatih, tiba-tiba Arya mencium aroma bau makanan. Dia menyadari ada seseorang yang sedang berjalan ke lokasinya.

"Seperti dugaanku, kau pasti berada disini." Sebuah suara yang tidak lain adalah Liu Wei, sedang berjalan mendekatinya sambil membawa beberapa makanan.

"Apakah makanan itu untukku? Kau tau saja jika aku memang sedang lapar.." Arya tersenyum kecil sambil memandangi makanan yang di bawa Liu Wei.

Melihat Arya yang seolah tidak memperdulikannya dan justru malah fokus pada makanan yang dia bawa, Liu Wei memanyunkan bibirnya.

"Jadi kau hanya tertarik pada makanan yang ku bawa?." Ucap Gadis itu dengan memasang muka cemberut menyerahkan makanan yang di bawanya pada Arya.

"Hahaha.. Jika seperti itu wajahmu malah terlihat lucu." Arya tertawa geli lalu mencubit hidung Liu Wei seperti yang sering dilakukan oleh Zhen Long terhadapnya dulu.

Seketika Arya berhenti tertawa serta diam mematung seperti melamun, pemuda itu teringat kakeknya Zhen Long "Padahal baru beberapa hari kami berpisah, tapi aku sudah merindukan kakek." Gumamnya dalam hati.

"Hei kenapa kau melamun?" Liu Wei memukul kening Arya pelan, seketika Arya tersadar dan melepaskan tangannya dari hidung Liu Wei.

Arya memutuskan menghentikan latihannya karena ingin mengisi perutnya terlebih dahulu. Pemuda itupun langsung menyantap makanannya tanpa memperdulikan Liu Wei yang sejak tadi berdiri sambil terus melihatnya.

"Apa kau ingin makan seorang diri? Padahal kau pernah bilang, jika kau lebih suka makan bersama. Hmmm" Liu Wei kembali memanyunkan bibirnya karena merasa tidak dianggap ada oleh Arya.

"Oh iya aku sampai lupa jika kau berada disini. Kemarilah, mari kita makan bersama." Ucap Arya yang masih mengunyah makanan di mulutnya.

"Kau makan saja sendiri, aku sudah kehilangan selera makan." Liu Wei memalingkan wajahnya dari Arya.

"Oh yasudah..." Arya kembali fokus pada makanannya.

Liu Wei langsung mendekati Arya setelah mendengar kata-kata yang diucapkan oleh pemuda itu. Gadis itu lantas memukul kepala Arya keras.

"Aaaauuuu... apa yang kau lakukan? Apa salahku? Dasar gadis aneh." Gerutu Arya dengan berpura-pura sakit padahal dia tak merasakan sakit sama sekali.

"Rasakan itu... Itu adalah hadiah untuk laki-laki yang bodoh sepertimu. Tapi maafkan aku karena telah memukulmu terlalu keras." Liu Wei memperlihatkan wajah menyesal.

"Mungkin kau lapar ya, makanya tiba-tiba aneh seperti itu. Duduklah sini, mari makan bersamaku." Arya menarik tangan Liu Wei untuk duduk di sampingnya.

Setelah mereka selesai makan, Arya kembali berlatih. Liu Wei yang melihat Arya berlatih dia langsung melesat menyerang pemuda tersebut.

Jurus Pedang Bunga Matahari - Tebasan Membelah Badai tingkat 3

Liu Wei bergerak gesit seperti sedang menari namun tebasan demi tebasan pedangnya begitu lentur dan mematikan. Terlihat Arya sedikit terpojok karena serangan yang dilancarkan oleh Liu Wei tersebut.

Liu Wei kembali melancarkan serangan ke sisi kiri, namun Arya bisa menangkis serangan tersebut. Ternyata serangan itu hanyalah tipuan yang sudah di rencanakan oleh Liu Wei, gadis itu memutar tubuhnya dengan cepat lalu melayangkan sebuah tendangan ke arah sisi kanan. Tetapi tetap saja serangan itu bisa di hindari oleh Arya, padahal beberapa inci lagi pukulan itu akan mendarat mengenai tubuh pemuda tersebut. namun saat tendangan Liu Wei hampir saja mengenai tubuhnya, Arya tiba-tiba seperti menghilang begitu saja. Semua itu karena Arya menggunakan teknik jurus 7 arah mata angin, yang membuatnya bisa berpindah tempat dengan secepat angin.

"Kau seperti biasa, selalu mempunyai teknik-teknik hebat yang membuatku kagum." Ucap Liu Wei sembari masih tetap menyerang Arya.

"Kau sekarang sudah berkembang begitu cepat beberapa hari ini. Sampai-sampai aku harus menggunakan jurusku untuk menghindari seranganmu. Tapi kau melakukan kesalahan besar..."

Arya langsung melesat ke arah sisi kanan gadis itu, dia melancarkan sebuah tipuan. Liu Wei yang sudah kehilangan fokus, dia mencoba untuk menangkis serangan Arya dengan sekuat tenaga. Namun tiba-tiba Arya menunduk dan melompat ke atas. Liu Wei yang sudah tidak mempunyai banyak waktu, akhirnya gadis itu hanya bisa pasrah. Liu Wei pun terkena pukulan dan pedang Arya sendiri sudah bersarang di leher gadis tersebut.

"Jika sedang bertarung jangan terpengaruh oleh lawanmu. Tetaplah fokus pada petarungan dan jangan banyak bicara." Arya yang berada di belakang Liu Wei dengan posisi seperti memeluknya dari belakang, dengan pedangnya yang kini sudah bertengger di leher Liu Wei.

Jantung Liu Wei berdetak begitu cepat, karena posisinya saat ini seperti sedang di peluk oleh Arya. Dia bukannya marah namun justru malah menikmati situasi itu. Pipi gadis tersebut mulai memerah seperti tomat.

"Hei kenapa kau malah diam? Jika saja sekarang kau berada dalam pertarungan yang sebenarnya. Mungkin kau sudah mati karena kau sudah pasrah." Arya melepaskan kunciannya pada Liu Wei. Dia segera melihat keadaan gadis itu, takut ada sesuatu yang terjadi padanya, sehingga sampai membuat gadis pemarah tersebut menjadi diam mematung seperti itu.

"Apa tubuhmu ada yang terluka? Kenapa pipimu selalu saja tiba-tiba menjadi merah seperti itu? Apakah ada yang terasa sakit?" Ucap Arya panik menghujani banyak pertanyaan pada Liu Wei yang masih mematung.

Arya menggoyang-goyangkan tubuh Liu Wei yang masih mematung, dia memegang kening gadis tersebut lalu mengecek nadinya. "Sebenarnya ada apa dengan gadis ini?" Gumamnya dalam hati memasang ekspresi panik.

"Kau itu bocah yang terlalu bodoh.. begitu saja tak mengerti. gadis itu sedang jatuh hati padamu, bodoh. Tampar dia maka dia akan sadar" Kata Dewa Petir melalui telepati.

PLAAAAKKK....

Tanpa pikir panjang Arya lalu menampar pipi Liu Wei sampai terlihat bekas telapak tangannya di pipi mulus gadis tersebut.

"Ahhhhh....sakit bodoh." Liu Wei yang tersadar langsung memukul wajah Arya karena kesal.

"Hehehe... Maafkan aku, aku tadi begitu panik karena kau menjadi patung." Arya tertawa polos sambil memegangi wajahnya yang terkena pukulan dari Liu Wei.

Liu Wei yang masih kesal langsung pergi meninggalkan Arya yang nampak masih kebingungan.

"Jatuh hati itu apa sih? Kenapa setelah aku tampar, dia langsung sadar... Aneh.." tanya Arya pada Dewa Petir.

"Jatuh hati itu artinya dia menyukaimu, bodoh... Kau begitu pintar dalam belajar ilmu beladiri, tapi bodoh dalam urusan wanita." Dewa petir mendengus kesal.

"Berarti aku juga jatuh hati pada gadis itu. Aku juga suka padanya, dia apa adanya. Kadang pemarah, perhatian dan juga cerewet. Hahaha" Arya tertawa pelan.

"Terserah katamu saja kadal buntung...." Dewa petir menepuk dahinya.

Arya kembali melangkah cepat untuk menyusul Liu Wei yang sedang duduk di atas batu di dekat air terjun. Arya mendekati gadis tersebut sambil terus menerus meminta maaf karena telah melayangkan sebuah tamparan.

"Apa kau masih marah padaku? Aku tadi menamparmu karena aku terlalu panik dan khawatir jika kau kenapa-napa." Ucap Arya yang sedari tadi melihat Liu Wei diam dan selalu mengalihkan pandangannya darinya.

"Benarkah begitu?" Liu Wei langsung menatap Arya setelah mendengar kata-kata tersebut, dengan mata yang berbinar-binar dan wajah yang berseri-seri.

"Syukurlah kau sudah tidak marah lagi padaku. tentu saja aku tidak berbohong..." Arya tersenyum menatap mata Liu Wei dan mengangguk pelan.

Tiba-tiba Liu Wei memasang wajah sedih dengan air matanya yang mulai merembes keluar membasahi pipi mulus gadis tersebut.

"Hei kenapa kau selalu saja aneh sih. Kadang marah-marah kadang terlihat bahagia, kadang cerewet dan sekarang sedih. Aku bingung denganmu." Arya menggaruk kepalanya kebingungan.

"Apa kau benar-benar akan pergi dan meninggalkanku?" Tanya Liu Wei dengan suara lirih dengan wajah yang sedih.

"Hmmmm... Iya aku harus pergi, Aku harus melanjutkan perjalananku. Tenanglah suatu saat kita akan bertemu lagi, aku tidak akan melupakanmu." Ucap Arya tersenyum semanis mungkin.

"Apa kau akan berjanji akan menemuiku lagi dan tidak akan melupakanku?" Liu Wei mengulurkan jari kelingkingnya kepada Arya. Arya lalu membalas hal yang serupa.

"Ta... tapi aku ingin pergi bersamamu." Ucap Liu Wei pelan sambil menundukkan kepalanya.

Arya lalu memegang pundak gadis itu. "Kau adalah murid dari Sekte ini, aku tidak mungkin mengajakmu pergi. Tapi aku akan merasa sangat senang jika melihatmu kembali, kau sudah menjadi pendekar yang hebat." Ucap Arya menghapus air mata di pipi gadis itu. Lalu menggandeng tangan Liu Wei untuk mengajaknya bangkit dan kembali ke kediaman mereka masing-masing.

Sepanjang perjalanan pulang Liu Wei tidak ingin melepaskan genggaman tangannya dari tangan Arya, walaupun Arya beberapa kali berusaha ingin melepaskannya. Gadis itu terus memandangi wajah pemuda disampingnya itu, sampai mereka berduapun sudah berada di depan kamar Arya.

"Nanti datanglah ke turnamen, aku akan menunjukkan padamu kalau aku akan menjadi juara." Ucap Liu Wei dengan bersemangat.

Arya mengangguk pelan lalu membalikkan badan berjalan ke dalam ruangan kamarnya.

"Tunggu sebentar!" Liu Wei lalu berlari mendekati Arya. Tanpa di duga, gadis tersebut mencium pipi Arya sesaat setelah Arya menengok ke arahnya.

"Apa maksudnya ini?." Tanya Arya sembari memegang pipinya bekas ciuman gadis tersebut. Liu Wei tidak menanggapi pertanyaan itu, dia sekilas tersenyum dan lalu berlari menjauh meninggalkan pemuda itu.

_________

 

Terpopuler

Comments

Iwan Arema

Iwan Arema

🤦🏻🤦🏻🤦🏻

2024-04-15

0

Didik Setyawan

Didik Setyawan

GK seru,MCx gk peka...

2024-03-30

0

Akira

Akira

kalau gak salah inget, guru sekaligus kakek angkat nya pernah berpesan, yg inti untuk tdk membuka jati diri, terpebih menunjukan potensi dan kekukatan mc, karena akan menjadi masalah, dimana baik aliran putih dan hitam akan sama", merebutkan serta memanfaatkan nya karena tdk terikat dari sekte manapun, bahkan memburu nya, jd dgn membuka diri atas permintaan dari sekte ini, arti nya mc sudah dimanfaatkan secara halus dan juga sudah menunjukan kekuatan nya dan potensi nya dari membuat pil untuk meningkatkan kekuatan, blm lg memberikan jurus" tingkat tinggi, apa mc lupa akan nasehat guru/kakek nya itu...

2024-03-15

0

lihat semua
Episodes
1 Awal Mula Berpindah Dimensi
2 Kehidupan Baru
3 Belajar Alkemis
4 Latihan Fisik 1
5 Latihan Fisik 2
6 Latihan Fisik 3
7 Latihan Fisik 4
8 Masa lalu Tubuh Arya
9 Kitab Pedang Bayangan
10 Perpisahan Dengan Zhen Long
11 Asal Muasal Cincin Ruang Semesta
12 Selamat Tinggal Jurang Kematian
13 Memulai Petualangan
14 Bertemu Kembali
15 Mengobati Tetua Sekte Bunga Matahari
16 Rencana Tetua Sekte Bunga Matahari
17 Pemahaman Ilmu Berpedang
18 Keinginan Liu Wei
19 Kedatangan Sekte Pedang Teratai
20 Meningkatkan Kultivasi Para Murid
21 Turnamen Pendekar Muda
22 Turnamen Pendekar Muda 2
23 Turmanen Pendekar Muda 3
24 Turnamen Pendekar Muda 4
25 Turmanen Pendekar Muda 5
26 Final Turnamen Pendekar Muda
27 Hasil Turmanen Pendekar Muda
28 Menjual Pil Giok Suci
29 Masalalu Liu Wei
30 Perpisahan
31 Pria Tua Misterius
32 Niat Baik Yang Dilandasi Kejahatan
33 Tupai Pertapa
34 Diatas Pendekar Suci
35 Terungkap Segalanya
36 Kejar Kejaran
37 Kerajaan Siluman Tupai
38 Memindahkan Sebuah Kerajaan
39 Menjadi Pemimpin Siluman Tupai
40 Kabut Ilusi
41 Penjaga Kabut Ilusi
42 Raja Obat
43 Menuju Pertarungan
44 Menjadi Pengawal Pangeran
45 Pertama Kalinya Membunuh
46 Kecerobohan Dewa Petir
47 Aura Jiwa Shenren
48 Bertemu Kaisar Surga
49 Mengobati Penduduk Desa
50 Siluman Penghuni Sungai
51 Si Kembar Haus Darah
52 Tangisan Desa Fushun
53 Kembalinya Dewa Petir
54 Cairan Pusaran Waktu
55 Menundukkan Harimau Putih
56 Roh Pusaka
57 Penculikan Pangeran Lin Yon Jun
58 Dimana Hantu
59 Keterpaksaan Tindakan Walikota
60 Teknik Penghisap Dimensi
61 Keputusan Arya
62 Arya Vs Patriark Kim Taiqing
63 Hancurnya Sekte Pedang Berduri
64 Mengarang Cerita
65 Racun Tengkorak Iblis
66 Menyebarkan Informasi
67 Pengintai
68 Tiba Di Kerajaan Goading
69 Mengobati Sang Raja
70 Duri Dalam Daging
71 Pertunjukan Yang Menarik
72 Bertarung Melawan Tiga Tetua
73 Persaingan
74 Kekecewaan
75 Bocah Kecil Penjual Permen
76 Tiga Bersaudara
77 Memberikan Kenang-kenangan
78 Raja Para Dewa
79 Jurus Berpindah Dimensi
80 Meninggalkan Istana Goading
81 Pasar
82 Kertas Sihir
83 Membuka Meridian Ketiga Bersaudara
84 Menangkap Pemberontak Dalam Istana
85 Penyerangan Ke Markas Pemberontak
86 Hancurnya Markas Pemberontak
87 Acara Pemakaman
88 Perpisahan Tanpa Kata
89 Penobatan Pangeran Lin Yon Jun
90 Kekuatan Pendekar Kekaisaran Tang
91 Melawan Para Perampok
92 Si Tubuh Besi
93 Asosiasi Lotus Perak
94 Kembalinya Sekte Lembah Petir
95 Sekte Pelarian Dari Kekaisaran Tang
96 Mengajukan Kerjasama
97 Membuka Toko
98 Toko Obat Xian
99 Keputusan Shi Yuan Jie
100 Membeli Senjata
101 Membuat Pil Awet Muda
102 Toko Di Buka Kembali
103 Permainan Catur
104 Mencapai Kesepakatan
105 Pesta Peresmian
106 Teman Lama
107 Menutup Toko
108 Para Penghadang
109 Pemuja Iblis
110 Pertarungan Berakhir
111 Penyelidikan
112 Persaingan Dua Gadis
113 Hasil Penyelidikan
114 Kontrak Ikatan Pusaka
115 Melawan Roh Pusaka
116 Keberhasilan Melakukan Kontrak Pusaka
117 Masalalu Roh Pusaka
118 Jurus Perubahan Wujud
119 Kekesalan Liu Wei
120 Kedai Din Thai Fung
121 Menjalin Aliansi
122 Bergabung Dengan Aliansi Pendekar Surgawi
123 Acara Lelang
124 Pembukaan Lelang
125 Siluman Griffin
126 Pusaka Kipas Naga Angin
127 Burung Phoenix Petir
128 Kericuhan Acara Lelang
129 Siasat Shi Yuan Jie
130 Putri Kerajaan Guangzhou
131 Pusaka Tombak Pembunuh Naga
132 Melelang Penawar Racun Perusak Syaraf
133 Melelang Pil Giok Suci
134 Permintaan Maaf
135 Acara Lelang Berakhir
136 Keributan Di Pintu Gerbang Istana
137 Memenuhi Undangan Raja Thai Yen
138 Arya Vs Jenderal Yu Lang
139 Arya Vs Jenderal Yu Lang ll
140 Duel Berakhir
141 Dugaan Huashan
142 Menyusun Rencana
143 Penculikan
144 Sisi Lain Panglima Chong Quon
145 Menyambut Anggota Baru
146 Teknik Pedang Terbang
147 Pertempuran
148 Melumpuhkan Kultivasi
149 Perjodohan
150 Melatih Keseimbangan
151 Masalalu An Lushan
152 Menyampaikan Berita Baik
153 Dendam Yang Membara.
154 Kebimbangan Patriark Tao Lian
155 Mendatangi Sekte Pedang Teratai
156 Persetujuan
157 Semakin Yakin
158 Kekecewaan Sekte Tapak Iblis
159 Menemukan Tempat Persembunyian
160 Energi Kegelapan
161 Ritual Anggota Baru
162 Hutan Gelap
163 Sekelompok Siluman Singa
164 Serangan Susulan
165 Cerita Dibalik Hutan Hei'an
166 Bertemu Naga
167 Lembah Naga
168 Tiga Darah Berbeda
169 Kebebasan Yang Mengejutkan
170 Melawan Para Siluman Naga
171 Menghadapi Penyusup
172 Menghadapi Penyusup II
173 Pulau Kehidupan
174 Tamu Tidak Di Undang
175 Penyucian Hati
176 Sisi Gelap I
177 Sisi Gelap II
178 Teknik Pengendalian Darah
179 Taichi
180 Duel Naga Vs Harimau
181 Arya Vs Chaizu I
182 Arya Vs Chaizu II
183 Arya Vs Chaizu III
184 Arya Vs Chaizu IV
185 Keluar Dari Hutan Hei'an
186 Latihan Pertama Di Sekte Lembah Petir
187 Sahabat Baru
188 Pencari Pusaka Langit.
189 Penculikan Bayi
190 Mengejar Penculik
191 Pendekar Suci Turun Tangan
192 Penculikan Putri Kaisar
193 Kecerdikan Han Jifan
194 Arya Vs Huashan
195 Pil Serat Gairah
196 Kemarahan Sang Putri
197 Menyampaikan Permasalahan
198 Keputusan Sang Putri
199 Seruling Cahaya Malam
200 Pesan Dari Bangsa Iblis
201 Hujan Meteor
202 Kemunculan Tengkorak Di Langit
203 Kota Mati
204 Tantangan Yang Tidak Sepadan
205 Pengendalian Pikiran
206 Keluar Demi Membalaskan Dendam
207 Perubahan Sikap Arya
208 Sebuah Tamparan Telak
209 Episode Terakhir
210 Pengumuman
Episodes

Updated 210 Episodes

1
Awal Mula Berpindah Dimensi
2
Kehidupan Baru
3
Belajar Alkemis
4
Latihan Fisik 1
5
Latihan Fisik 2
6
Latihan Fisik 3
7
Latihan Fisik 4
8
Masa lalu Tubuh Arya
9
Kitab Pedang Bayangan
10
Perpisahan Dengan Zhen Long
11
Asal Muasal Cincin Ruang Semesta
12
Selamat Tinggal Jurang Kematian
13
Memulai Petualangan
14
Bertemu Kembali
15
Mengobati Tetua Sekte Bunga Matahari
16
Rencana Tetua Sekte Bunga Matahari
17
Pemahaman Ilmu Berpedang
18
Keinginan Liu Wei
19
Kedatangan Sekte Pedang Teratai
20
Meningkatkan Kultivasi Para Murid
21
Turnamen Pendekar Muda
22
Turnamen Pendekar Muda 2
23
Turmanen Pendekar Muda 3
24
Turnamen Pendekar Muda 4
25
Turmanen Pendekar Muda 5
26
Final Turnamen Pendekar Muda
27
Hasil Turmanen Pendekar Muda
28
Menjual Pil Giok Suci
29
Masalalu Liu Wei
30
Perpisahan
31
Pria Tua Misterius
32
Niat Baik Yang Dilandasi Kejahatan
33
Tupai Pertapa
34
Diatas Pendekar Suci
35
Terungkap Segalanya
36
Kejar Kejaran
37
Kerajaan Siluman Tupai
38
Memindahkan Sebuah Kerajaan
39
Menjadi Pemimpin Siluman Tupai
40
Kabut Ilusi
41
Penjaga Kabut Ilusi
42
Raja Obat
43
Menuju Pertarungan
44
Menjadi Pengawal Pangeran
45
Pertama Kalinya Membunuh
46
Kecerobohan Dewa Petir
47
Aura Jiwa Shenren
48
Bertemu Kaisar Surga
49
Mengobati Penduduk Desa
50
Siluman Penghuni Sungai
51
Si Kembar Haus Darah
52
Tangisan Desa Fushun
53
Kembalinya Dewa Petir
54
Cairan Pusaran Waktu
55
Menundukkan Harimau Putih
56
Roh Pusaka
57
Penculikan Pangeran Lin Yon Jun
58
Dimana Hantu
59
Keterpaksaan Tindakan Walikota
60
Teknik Penghisap Dimensi
61
Keputusan Arya
62
Arya Vs Patriark Kim Taiqing
63
Hancurnya Sekte Pedang Berduri
64
Mengarang Cerita
65
Racun Tengkorak Iblis
66
Menyebarkan Informasi
67
Pengintai
68
Tiba Di Kerajaan Goading
69
Mengobati Sang Raja
70
Duri Dalam Daging
71
Pertunjukan Yang Menarik
72
Bertarung Melawan Tiga Tetua
73
Persaingan
74
Kekecewaan
75
Bocah Kecil Penjual Permen
76
Tiga Bersaudara
77
Memberikan Kenang-kenangan
78
Raja Para Dewa
79
Jurus Berpindah Dimensi
80
Meninggalkan Istana Goading
81
Pasar
82
Kertas Sihir
83
Membuka Meridian Ketiga Bersaudara
84
Menangkap Pemberontak Dalam Istana
85
Penyerangan Ke Markas Pemberontak
86
Hancurnya Markas Pemberontak
87
Acara Pemakaman
88
Perpisahan Tanpa Kata
89
Penobatan Pangeran Lin Yon Jun
90
Kekuatan Pendekar Kekaisaran Tang
91
Melawan Para Perampok
92
Si Tubuh Besi
93
Asosiasi Lotus Perak
94
Kembalinya Sekte Lembah Petir
95
Sekte Pelarian Dari Kekaisaran Tang
96
Mengajukan Kerjasama
97
Membuka Toko
98
Toko Obat Xian
99
Keputusan Shi Yuan Jie
100
Membeli Senjata
101
Membuat Pil Awet Muda
102
Toko Di Buka Kembali
103
Permainan Catur
104
Mencapai Kesepakatan
105
Pesta Peresmian
106
Teman Lama
107
Menutup Toko
108
Para Penghadang
109
Pemuja Iblis
110
Pertarungan Berakhir
111
Penyelidikan
112
Persaingan Dua Gadis
113
Hasil Penyelidikan
114
Kontrak Ikatan Pusaka
115
Melawan Roh Pusaka
116
Keberhasilan Melakukan Kontrak Pusaka
117
Masalalu Roh Pusaka
118
Jurus Perubahan Wujud
119
Kekesalan Liu Wei
120
Kedai Din Thai Fung
121
Menjalin Aliansi
122
Bergabung Dengan Aliansi Pendekar Surgawi
123
Acara Lelang
124
Pembukaan Lelang
125
Siluman Griffin
126
Pusaka Kipas Naga Angin
127
Burung Phoenix Petir
128
Kericuhan Acara Lelang
129
Siasat Shi Yuan Jie
130
Putri Kerajaan Guangzhou
131
Pusaka Tombak Pembunuh Naga
132
Melelang Penawar Racun Perusak Syaraf
133
Melelang Pil Giok Suci
134
Permintaan Maaf
135
Acara Lelang Berakhir
136
Keributan Di Pintu Gerbang Istana
137
Memenuhi Undangan Raja Thai Yen
138
Arya Vs Jenderal Yu Lang
139
Arya Vs Jenderal Yu Lang ll
140
Duel Berakhir
141
Dugaan Huashan
142
Menyusun Rencana
143
Penculikan
144
Sisi Lain Panglima Chong Quon
145
Menyambut Anggota Baru
146
Teknik Pedang Terbang
147
Pertempuran
148
Melumpuhkan Kultivasi
149
Perjodohan
150
Melatih Keseimbangan
151
Masalalu An Lushan
152
Menyampaikan Berita Baik
153
Dendam Yang Membara.
154
Kebimbangan Patriark Tao Lian
155
Mendatangi Sekte Pedang Teratai
156
Persetujuan
157
Semakin Yakin
158
Kekecewaan Sekte Tapak Iblis
159
Menemukan Tempat Persembunyian
160
Energi Kegelapan
161
Ritual Anggota Baru
162
Hutan Gelap
163
Sekelompok Siluman Singa
164
Serangan Susulan
165
Cerita Dibalik Hutan Hei'an
166
Bertemu Naga
167
Lembah Naga
168
Tiga Darah Berbeda
169
Kebebasan Yang Mengejutkan
170
Melawan Para Siluman Naga
171
Menghadapi Penyusup
172
Menghadapi Penyusup II
173
Pulau Kehidupan
174
Tamu Tidak Di Undang
175
Penyucian Hati
176
Sisi Gelap I
177
Sisi Gelap II
178
Teknik Pengendalian Darah
179
Taichi
180
Duel Naga Vs Harimau
181
Arya Vs Chaizu I
182
Arya Vs Chaizu II
183
Arya Vs Chaizu III
184
Arya Vs Chaizu IV
185
Keluar Dari Hutan Hei'an
186
Latihan Pertama Di Sekte Lembah Petir
187
Sahabat Baru
188
Pencari Pusaka Langit.
189
Penculikan Bayi
190
Mengejar Penculik
191
Pendekar Suci Turun Tangan
192
Penculikan Putri Kaisar
193
Kecerdikan Han Jifan
194
Arya Vs Huashan
195
Pil Serat Gairah
196
Kemarahan Sang Putri
197
Menyampaikan Permasalahan
198
Keputusan Sang Putri
199
Seruling Cahaya Malam
200
Pesan Dari Bangsa Iblis
201
Hujan Meteor
202
Kemunculan Tengkorak Di Langit
203
Kota Mati
204
Tantangan Yang Tidak Sepadan
205
Pengendalian Pikiran
206
Keluar Demi Membalaskan Dendam
207
Perubahan Sikap Arya
208
Sebuah Tamparan Telak
209
Episode Terakhir
210
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!