2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno

Satu hal yang sampai detik ini masih Dewi panjatkan Kepada Sang Pencipta Kehidupan. Ini mengenai Prasetyo yang ia harapkan bisa jauh lebih peduli kepada keluarga kecil mereka. Dewi begitu berharap suaminya berhenti mengutamakan keluarga besarnya, sebelum mencukupi atau setidaknya peduli, kepada keluarga kecil mereka.

Selain itu, Dewi yang sadar suaminya tipikal tidak tegaan, terlebih selama ini Prasetyo terbiasa mengurus keluarga, juga berharap hati keluarga Prasetyo terbuka. Karena andai keluarga Prasetyo memiliki kesadaran, paling tidak itu bisa mengurangi beban hidup Dewi maupun Prasetyo.

Kini, menggunakan mobil pick up milik orang pasar, Dewi diangkut. Prasetyo yang statusnya merupakan sopir, menyetir mobil sendiri. Sementara beberapa warga turut ikut di mobil bagian belakang. Di sebelah Prasetyo, Dewi sudah kesakitan dan tak hentinya istighfar.

Baru sampai puskesmas kecamatan di tempat mereka tinggal, Prasetyo malah memaksa Dewi diam. “Jangan berisik! Ibu Retno telepon!” ucapnya terdengar mengancam. Kedua matanya melotot, sementara telunjuk tangan kanannya yang tidak memegang ponsel, menunjuk-nunjuk wajah Dewi.

“Selalu begitu. Mas Pras selalu jadi benci banget ke aku, di setiap ibu Retno telepon,” batin Dewi jadi bertanya-tanya. Memangnya, ibu Retno dan tak lain merupakan bos Prasetyo, sangat anti pada suara Dewi, hingga di setiap wanita itu telepon, Dewi terus dipaksa diam? Kenapa bisa begitu? Memangnya Dewi salah apa? Karena setiap berpapasan saja, wanita itu buru-buru menghindarinya.

Alih-alih memboyong masuk Dewi ke puskesmas agar segera mendapatkan penanganan. Prasetyo malah lebih memilih menjawab telepon sang bos. Bapak-bapak yang ikut mengantar, kompak istighfar. Lagi-lagi masih mereka juga yang mengurus Dewi. Selain itu, mereka juga masih membantu Dewi menjaga Alif.

“Sayang, tadi aku lihat kamu bopong-bopong si Dewi. Aku cemburu lihatnya!”

“Jahat kamu ya! Padahal kamu tahu, aku sayang banget ke kamu! Padahal kamu sudah janji, mau ceraikan dia!”

“Sakit banget rasanya!”

Dari seberang, suara wanita yang terdengar sangat manja, menghiasi ponsel Prasetyo. Itu suara ibu Retno, bos Prasetyo.

Prasetyo sengaja ke pinggir jalan, agar obrolannya dengan sang bos tidak didengar rombongan yang mengantar Dewi. “S—sayang, maaf banget. Itu tadi aku terpaksa karena Dewi mau lahiran dan memang sudah pendarahan,” ucapnya meyakinkan.

“Memangnya, semua yang aku kasih masih kurang! Memangnya, aku masih kurang cantik dari istri kamu?!” sergah ibu Retno makin manja sekaligus meledak-ledak.

“Aku enggak terima! Cepat kamu ke sini kalau kamu enggak mau kita putus!” lanjut ibu Retno yang juga meminta Prasetyo untuk segera menceraikan Dewi.

Akan tetapi, belum juga sempat membalas, menjelaskan mengenai alasannya tak kunjung menceraikan Dewi, ibu Retno sudah mengakhiri sambungan telepon mereka secara sepihak. Tanpa pikir panjang, Prasetyo yang tidak mau hubungan terlarangnya dengan sang bos berakhir, langsung pergi menggunakan ojek di sebelahnya.

Sementara itu, di dalam ruang bersalin, Dewi sudah akan menjalani proses persalinan. Alhamdullilah, Dewi akan menjalani proses persalinan secara normal. Karena ternyata, Dewi sudah pembukaan tujuh. Namun mungkin efek terbiasa lelah sekaligus menahan sakit, Dewi jadi tidak menyadari bahwa sebenarnya, dirinya sudah kontraksi.

“Ini mas Pras, ke mana?” batin Dewi masih menunggu.

Dewi memang masih memiliki orang tua. Namun, sejak Dewi kecil, orang tuanya sudah bercerai. Alasan tersebut juga yang membuat Dewi mendadak menjadi yatim piatu. Karena meski orang tuanya masih hidup, keduanya fokus dengan keluarga baru masing-masing. Jangankan mengurus Dewi selayaknya kewajiban orang tua, sekadar menanyakan kabar Dewi saja, tidak. Kenyataan tersebut juga yang menjadi alasan Dewi, susah payah mempertahankan hubungannya dengan Prasetyo. Dewi tidak mau anak-anaknya bernasib sama dengannya. Impiannya tetap satu, yaitu memberikan keluarga bahagia kepada anak-anaknya.

“Masa iya, ibu Retno enggak ada kemurahan hati buat kasih mas Pras cuti? Dia perempuan loh.”

“Harusnya mas Pras juga bilang kan, kalau aku mau lahiran dan dia harus menemani aku? Itu Alif sampai dijaga orang.”

Pertanyaan demi pertanyaan yang akhirnya memenuhi benak Dewi, terjawab lunas. Ketika akhirnya seorang bapak-bapak datang, mengabarkan bahwa ternyata, Prasetyo sudah tidak ada di luar.

“Kata tukang parkir, katanya dia pergi naik ojek dari satu jam lalu!” ucap pria tersebut.

Rasa sakit efek proses pembukaan yang Dewi alami, terasa berkali-lipat menyakitkan dari sebelumnya. Terlebih hingga akhirnya Dewi harus melahirkan, Prasetyo juga tetap tidak datang, bahkan sekadar kabar.

Karena pada kenyataannya, kini Prasetyo memang tengah menghabiskan kebersamaan romantis nan panas dengan wanita gendut berambut pirang bergelombang, dan tidaklah lain ibu Retno.

Di ranjang yang terus berderit, baik Prasetyo maupun ibu Retno, tampak sama-sama menginginkan. Ibu Retno yang kuku jemarinya memakai kuteks warna merah, terus memaksa Prasetyo untuk memuaskan hasratnya.

“Ayo lebih cepat, Sayang!”

Kendati demikian, Prasetyo juga menikmati apa yang mereka lakukan. Bahkan meski ibu Retno tak lebih cantik dari Dewi yang kini tengah bertaruh nyawa untuk melahirkan anak kedua mereka. Malahan, Prasetyo tak segan memuji setiap perlakuan ibu Retno yang memang hampir sepuluh tahun lebih tua darinya.

••••

“Subahannalloh ... Mas ... sakit banget!” Berderai air mata Dewi berjuang melahirkan anak keduanya seorang diri. Ia hanya dibantu oleh dua orang bidan, tanpa ada yang mendampingi. Beberapa ibu-ibu yang mendampingi persalinan pasien lain sampai iba. Dua wanita yang ada, tergerak hatinya untuk berdiri di samping Dewi. Keduanya memberikan dukungan, menguatkan, dan terus meyakinkan bahwa Dewi bisa.

“Kasihan banget, melahirkan sendiri. Tadi katanya suaminya pergi enggak ngabarin. Sementara anaknya yang masih kecil, juga dijaga orang,” lirih mereka yang di luar tirai ruangan Dewi melahirkan. Dewi masih bisa mendengar itu, dan rasanya benar-benar nelangsa.

“Tega kamu, Mas! Sebenarnya kamu ke mana?” batin Dewi.

Bayi perempuan yang begitu cantik, akhirnya Dewi lahirkan dengan selamat. Semua yang di sana, kompak memberikan selamat. Selain itu, mereka juga sibuk memuji bayi Dewi. Dari yang mereka bilang sangat cantik, berkulit putih bersih, dan juga murah senyum.

“Murah senyum banget tuh lihat, senyum-senyum terus!”

Dewi masih belum menyerah. Ia yang hafal nomor telepon rumah ibu Retno, sengaja meminta bantuan salah satu ibu-ibu di sana untuk menghubungi.

“Nyambung, tapi enggak diangkat-angkat,” ucap ibu-ibu yang Dewi mintai bantuan.

Sudah sepuluh menit berlangsung, telepon dari ibu-ibu tersebut kepada nomor rumah ibu Retno tetap tidak dijawab. Dewi yang minta bantuan jadi tak enak hati bahkan malu.

Lahiran ditemani orang lain. Orang yang sebelumnya benar-benar tidak Dewi kenal. Sementara pakaian bayi, maupun pakaian ganti untuk Dewi, juga sampai diberi oleh mereka atas dasar kasihan. Akan tetapi, kini anak perempuan Dewi harus segera diazani. Benarkah yang melakukannya tetap bukan Prasetyo, dan harusnya melakukannya?

Terpopuler

Comments

@ntique

@ntique

lahiran tnp didampingi swami rasanya mmg nyesek...inget bikinnya aja ngrayu2 gombal giliran pas susahnya lahiran mlh ilang

2024-04-28

0

Sarti Patimuan

Sarti Patimuan

Ya Allah ternyata suaminya main gila dengan bosnya.Miris banget nasibnya dewi

2024-04-30

0

@ntique

@ntique

astaghfirullah /Panic//Cleaver/

2024-04-28

0

lihat semua
Episodes
1 1 : Dewi yang Malang
2 2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno
3 3 : Korban Perceraian Orang Tua
4 4 : Tak Mau Menunggu Lagi
5 5 : Selalu Disalahkan
6 6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh
7 7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
8 8 : Tak Terima
9 9 : Lebih Baik Kita Bercerai
10 10 : Digerebeg
11 11 : Belum Mengetahui Kebenaran
12 12 : Tukang Ojek
13 13 : Kabar Pernikahan Prasetyo
14 14 : Maksud Ibu Aminah
15 15 : Mendadak Diusir
16 16 : Melangkah Tanpa Tujuan
17 17 : Menerima Tawaran
18 18 : Mulai Menyesal
19 19 : Takdir yang Mulai Terbalik
20 20 : Mendadak Nelangsa
21 21 : Keluarga Mas Abdul
22 22 : Perhatian Mas Abdul
23 23 : Calonnya Mas Abdul
24 Dua Puluh Empat
25 Dua Puluh Lima
26 Dua Puluh Enam
27 Dua Puluh Tujuh
28 Beri Aku Alamatmu!
29 Jangan Pernah Menyentuh Wanitaku!
30 Wanita Sangat Tangguh
31 Tak Lagi Membutuhkan Laki-Laki
32 Sumpah Pocong
33 Tanda-Tanda yang Mulai Muncul
34 Bapaknya Anak-Anak?
35 Rencana Usaha yang Makin Besar
36 Kabar Terbaru Warti
37 Ajakan Menikah
38 Mantan Tak Tahu Diri
39 Amarah Dewi
40 Alif : “Mama Jangan Menangis!”
41 Mas Abdul : “Banyak Jalan Menuju Surga!”
42 Harus Bahagia, Atau Malah Merasa Berdosa?
43 Alasan Kenapa Harus Menikah
44 Berurusan Dengan Polisi
45 Alhamdullilah
46 Wajan Penyok Dan Pashmina Warna Kuning Kunyit
47 Di Dini Hari yang Sunyi
48 Kabar Penangkapan Dewi
49 Keadilan Untuk Dewi
50 50 : Hikmah Di Balik Musibah
51 Nasib Prasetyo Sekeluarga
52 Mirip Keluarga Sesungguhnya
53 53 : Dimudahkan
54 54 : Kita Hadapi Semuanya Bersama!
55 55 : Transmigrasi
56 56 : Dijebak Dan Berusaha Menjebak
57 57 : Istriku Serba Bisa!
58 58 : Potret Keluarga Bahagia
59 59 : Dua Bulan Telah Berlalu
60 60. Mas Abdul : “Kita Pasti Bisa!”
61 Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
62 61 : Dewi yang Sekarang
63 62 : Kabar Ibu Safangah
64 63 : Mimpi Dikejar-Kejar Ular
65 64 : Mei ...
66 65 : Kebersamaan yang Penuh Cinta
67 66 : Doa yang Menjadi Alasan
68 67 : Tong Sampa.h dan Suami Sampa.h
69 68. Saling Menguatkan
70 69. Mimpi dan Petunjuk
71 70. Kronologinya....
72 71. Belum Final
73 72. Mulai Bertemu
74 73. Rencana yang Berubah
75 74. MEGA
76 75. Pelarian yang Gagal
77 76. Pulang Ke Jawa
78 77. Keuarga—Adik Kakak
79 78. Masya Allah
80 79. Perubahan Demi Perubahan
81 80. Papa
82 Bab Delapan Puluh Satu
83 Bab Delapan Puluh Dua
84 Yang Makin Cantik Sudah Jadi Istri Orang
85 Nasib Mega Dan Keluarga Dewi
86 Kisah yang Tak Akan Pernah Terlupakan
87 Kisah Cinta Hunairah
88 Kemenangan Bagi Para Pejuang
89 Novel : Dijual Suami Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)
Episodes

Updated 89 Episodes

1
1 : Dewi yang Malang
2
2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno
3
3 : Korban Perceraian Orang Tua
4
4 : Tak Mau Menunggu Lagi
5
5 : Selalu Disalahkan
6
6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh
7
7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
8
8 : Tak Terima
9
9 : Lebih Baik Kita Bercerai
10
10 : Digerebeg
11
11 : Belum Mengetahui Kebenaran
12
12 : Tukang Ojek
13
13 : Kabar Pernikahan Prasetyo
14
14 : Maksud Ibu Aminah
15
15 : Mendadak Diusir
16
16 : Melangkah Tanpa Tujuan
17
17 : Menerima Tawaran
18
18 : Mulai Menyesal
19
19 : Takdir yang Mulai Terbalik
20
20 : Mendadak Nelangsa
21
21 : Keluarga Mas Abdul
22
22 : Perhatian Mas Abdul
23
23 : Calonnya Mas Abdul
24
Dua Puluh Empat
25
Dua Puluh Lima
26
Dua Puluh Enam
27
Dua Puluh Tujuh
28
Beri Aku Alamatmu!
29
Jangan Pernah Menyentuh Wanitaku!
30
Wanita Sangat Tangguh
31
Tak Lagi Membutuhkan Laki-Laki
32
Sumpah Pocong
33
Tanda-Tanda yang Mulai Muncul
34
Bapaknya Anak-Anak?
35
Rencana Usaha yang Makin Besar
36
Kabar Terbaru Warti
37
Ajakan Menikah
38
Mantan Tak Tahu Diri
39
Amarah Dewi
40
Alif : “Mama Jangan Menangis!”
41
Mas Abdul : “Banyak Jalan Menuju Surga!”
42
Harus Bahagia, Atau Malah Merasa Berdosa?
43
Alasan Kenapa Harus Menikah
44
Berurusan Dengan Polisi
45
Alhamdullilah
46
Wajan Penyok Dan Pashmina Warna Kuning Kunyit
47
Di Dini Hari yang Sunyi
48
Kabar Penangkapan Dewi
49
Keadilan Untuk Dewi
50
50 : Hikmah Di Balik Musibah
51
Nasib Prasetyo Sekeluarga
52
Mirip Keluarga Sesungguhnya
53
53 : Dimudahkan
54
54 : Kita Hadapi Semuanya Bersama!
55
55 : Transmigrasi
56
56 : Dijebak Dan Berusaha Menjebak
57
57 : Istriku Serba Bisa!
58
58 : Potret Keluarga Bahagia
59
59 : Dua Bulan Telah Berlalu
60
60. Mas Abdul : “Kita Pasti Bisa!”
61
Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
62
61 : Dewi yang Sekarang
63
62 : Kabar Ibu Safangah
64
63 : Mimpi Dikejar-Kejar Ular
65
64 : Mei ...
66
65 : Kebersamaan yang Penuh Cinta
67
66 : Doa yang Menjadi Alasan
68
67 : Tong Sampa.h dan Suami Sampa.h
69
68. Saling Menguatkan
70
69. Mimpi dan Petunjuk
71
70. Kronologinya....
72
71. Belum Final
73
72. Mulai Bertemu
74
73. Rencana yang Berubah
75
74. MEGA
76
75. Pelarian yang Gagal
77
76. Pulang Ke Jawa
78
77. Keuarga—Adik Kakak
79
78. Masya Allah
80
79. Perubahan Demi Perubahan
81
80. Papa
82
Bab Delapan Puluh Satu
83
Bab Delapan Puluh Dua
84
Yang Makin Cantik Sudah Jadi Istri Orang
85
Nasib Mega Dan Keluarga Dewi
86
Kisah yang Tak Akan Pernah Terlupakan
87
Kisah Cinta Hunairah
88
Kemenangan Bagi Para Pejuang
89
Novel : Dijual Suami Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!