20 : Mendadak Nelangsa

“Oh iya ... ya sudah, Mbak, ... buat Mbak,” ucap mas Abdul dengan entengnya. Mas Abdul yakin, itu pasti uang ibu Retno. Karena yang terakhir memakai mobil itu memang Prasetyo. Meski kemarin saat mengantar Prasetyo dan ibu Retno, mas Abdul pernah memakai mobil tersebut juga. Namun sejauh ini yang memiliki banyak uang memang ibu Retno, meski kenyataan tersebut masih efek warisan.

“Ih, ... kok buat saya?” heran Dewi. Uang sebanyak itu dan harusnya bisa untuk membeli motor, masa dengan begitu mudahnya diberikan kepadanya?

“Kan Mbak yang nemuin,” balas mas Abdul masih sangat enteng. Karena pria itu merasa apa yang Dewi temukan sudah hak Dewi.

“Enggak ah, ... ini bukan uang saya. Takut!” ucap Dewi sambil menaruh kantong berisi uangnya ke lantai.

Alif yang kepo pun melongok-longok sambil menghabiskan sisa pisangnya.

“Insya Allah bukan uang tumbal kok Mbak. Aman. Memang itu uang yang sepertinya nyempil kelupaan. Buat beli yang Mbak dan anak-anak butuhin saja. Beli emas buat Mbak pake. Buat Utari, biar makin enak dipandang. Yang lihat pun pasti jadi kagum!” ucap mas Abdul kembali mengeringkan mobilnya.

Namun, Dewi yang memang tidak terbiasa menerima uang sebanyak itu, bahkan meski caranya memang menemukannya, tetap tidak bisa menerima.

“Bener buat beli yang Mbak suka saja. Coba ingat-ingat, terakhir Mbak dibeliin emas atau setidaknya hadiah sama si Pras, sebelum Mbak menggugat cerai dia, apa? Tuh uang itung-itung buat menyenangkan diri Mbak lah,” ucap mas Abdul.

“Hadiah ...? Emas ...? Boro-boro. Lima tahun nikah saja, punyaku serba dijual. Itu saja, aku masih kerja ke beberapa rumah jadi ART. Buat biayain satu RT keluarganya,” lemas Dewi.

Padahal, seharusnya mas Abdul iba kepada Dewi. Karena dari ucapannya saja, balasan Dewi terdengar sangat ngenes. Namun, mas Abdul tertawa. Karena baginya, cara Prasetyo memperlakukan Dewi sangat lucu.

Sambil memera.s lap yang ia pakai untuk mengeringkan mobil, mas Abdul yang menatap Dewi berkata, “Sekarang aku tahu, kenapa mbak Retno dan si Pras berjodoh. Ya karena mereka memang sama-sama cocok! Mereka sama-sama benalu, tapi neriakin orang lain yang sudah mereka tumpangi, benalu!”

Dewi membenarkan anggapan mas Abdul. Hanya saja, satu gepok uang di kantong hitam yang ia temukan, membuatnya lemas. “Ini yah, Mas. Saya pasrahin uangnya ke Mas!” ucap Dewi.

“Ya ampun Mbak Dewi ini!” ucap mas Abdul langsung geleng-geleng. Ia tak berniat mendebatkan uang tadi dengan Dewi. Namun besok juga, mas Abdul berniat membelanjakan uang tersebut untuk Dewi dan anak-anaknya.

Alif yang masih di sana dan sesekali akan ke teras untuk memastikan sang adik di ranjang bayi, tak sengaja melihat sang papa. Prasetyo memanjat pagar samping dan itu membuatnya takut. Alif takut, sang papa kembali memuk.ulinya maupun memuku.li sang mama.

Alif langsung lari kemudian meraih sebelah tangan mas Abdul. Ia mengguncangnya pelan, tanpa bersuara. Sebab ketakutannya kepada sang papa membuat suaranya tak keluar.

“Kenapa?” tanya mas Abdul heran. Namun, ia sudah langsung marah ketika melihat apa yang Alif takutkan.

“Turun, enggak! Pergi! Saya teriaki mal.ing biar diamankan warga, baru tahu rasa kamu ya!” marah mas Abdul. Ia segera membawa selang ke Prasetyo. Ia mengguyur Prasetyo yang belum sampai memantat bagian dalam.

Dewi yang menyaksikan itu, buru-buru mendekap Alif. Dewi tak mengizinkan Alif menyaksikan maupun mendengar kenyat yang terjadi. “Kelakuan mas Pras beneran bikin malu!” batin Dewi.

“Kok Dewi ada di sini? Si Alif sama adiknya juga di sini! Apa maksudnya?” batin Prasetyo jadi bertanya-tanya sendiri.

“Ditunggu saja hasilnya Mas! Tidak aku laporkan ke polisi karena menikah diam-diam, bahkan sudah terbiasa berzin.a saja untung kamu! Benar-benar bikin malu!” tegas Dewi yang kemudian memunggungi Prasetyo.

“Eh, stop! Cukup!” teriak Prasetyo lantaran mas Abdul terus mengguyur wajahnya menggunakan air keran melalui selang. Air keran yang tadinya baru saja mas Abdul pakai untuk mencuci mobil.

“Masuk selokan, masuk selokan deh kamu. Biar, biar kepalamu masuk selokan dan kamu pun bisa berpikir waras!” tegas mas Abdul yang makin bar-bar dalam menyiram wajah Prasetyo.

“Heh, Abdul! Rakus kamu ya! Bisa-bisanya kamu merebut semua hartaku dengan cara yang begitu licik!” teriak ibu Retno dari luar sana.

Mendengar itu, dengan entengnya mas Abdul berkata, “Heh dasar kamu nenek-nenek yang hobinya puber! Harta, harta siapa, siapa juga yang diteriaki merebut? Makanya jangan hobi puber, biar kamu bisa menikmati warisanmu dengan leluasa! Jadi pela.cur saja jelas dibayar. Nah ini, kamu malah mbayar!” Mas Abdul mengakhiri ucapannya dengan tertawa jahat. Apalagi, Prasetyo yang akhirnya terjatuh, ia yakini sampai menimpa ibu Retno. Ibu Retno mema.ki-mak.i Prasetyo.

“Gara-gara kamu kepalaku masuk selokan! Bisa apa sih kamu, manjat saja enggak bisa!” keluh ibu Retno yang sesekali menen.dang sekaligus membogem Prasetyo.

“Eh Prasetyo. Kamu masih di situ, kan? Atau sudah pindah alam?” seru mas Abdul belum bisa menyudahi tawanya.

Meski mas Abdul tidak bisa menyaksikan secara langsung kejadian ibu Retno dan Prasetyo karena pagar rumah terbilang tinggi. Mas Abdul sudah kesulitan menghentikan tawanya. Mas Abdul yakin, adegan di sebelah pasti sangat lucu. Dua benalu masuk ke selokan secara berjamaah dan itu kompak bagian kepalanya.

“Karena sudah telanjur terjadi, sekarang aku kasih tahu ke kamu yah, Pras!” seru mas Abdul.

Detik itu juga, baik Prasetyo maupun ibu Retno yang sama-sama masuk selokan dan itu bagian kepalanya, kompak diam. Baik Prasetyo maupun ibu Retno penasaran dengan apa yang akan mas Abdul katakan. Bedanya alasan ibu Retno penasaran, tak lain karena pendengaran ibu Retno jadi bermasalah setelah kepala termasuk telinganya, masuk ke selokan berair keruh hitam.

“Syarat si NENEK RETNO dapat warisan bapakku itu, dia wajib menjaga kehormatannya hanya untuk bapak. Nenek Retno dilarang memiliki hubungan dengan laki-laki lain, apalagi berzin.a seperti yang kalian lakukan. Jadi, semenjak kalian digerebek!” ucap mas Abdul, tapi di sebelah, ibu Retno jadi berisik.

“Abdul, tutup mulut kamu! Ngomong apa sih kamu!” marah ibu Retno sampai teriak-teriak.

“Nenek Retno sudah tidak memiliki hak apa pun. Dia langsung jatuh misk.in setelah perzin.ahan kalian terbongkar! Jadi, jika kalian nekat menerobos masuk seperti tadi dengan cara apa pun, saya tidak segan melaporkan kalian ke polisi!” tegas mas Abdul.

Ucapan panjang lebar mas Abdul yang menjelaskan status ibu Retno membuat dunia seorang Prasetyo hening. Setelah sebelumnya Dewi mengabarkan gugatan perceraian, kini ia malah dihadapkan pada kenyataan, bahwa ibu Retno sudah tidak memiliki hak apa pun di rumah alm. bapaknya mas Abdul.

“Apa karena ini juga, ibu Retno sampai menyuruh aku memanjat pagar rumah hanya untuk bisa mengambil uang di kamarnya? Karena memang, setelah malam itu dan ibu Retno dipaksa keluar rumah, dia bukan bagian dari rumah ini lagi?” pikir Prasetyo yang belum apa-apa sudah merasa sangat nelangsa. Karena andai apa yang mas Abdul katakan benar, untuk apa ia memelihara ibu Retno yang hanya bisa memuk.uli sekaligus menghaja.rnya dengan keji?

Terpopuler

Comments

Sarti Patimuan

Sarti Patimuan

Senangnya dengan penderitaan Pras

2024-05-04

0

@ntique

@ntique

karma swami laknat

2024-05-03

0

martina melati

martina melati

anggap bonus 5th kerja

2024-04-21

0

lihat semua
Episodes
1 1 : Dewi yang Malang
2 2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno
3 3 : Korban Perceraian Orang Tua
4 4 : Tak Mau Menunggu Lagi
5 5 : Selalu Disalahkan
6 6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh
7 7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
8 8 : Tak Terima
9 9 : Lebih Baik Kita Bercerai
10 10 : Digerebeg
11 11 : Belum Mengetahui Kebenaran
12 12 : Tukang Ojek
13 13 : Kabar Pernikahan Prasetyo
14 14 : Maksud Ibu Aminah
15 15 : Mendadak Diusir
16 16 : Melangkah Tanpa Tujuan
17 17 : Menerima Tawaran
18 18 : Mulai Menyesal
19 19 : Takdir yang Mulai Terbalik
20 20 : Mendadak Nelangsa
21 21 : Keluarga Mas Abdul
22 22 : Perhatian Mas Abdul
23 23 : Calonnya Mas Abdul
24 Dua Puluh Empat
25 Dua Puluh Lima
26 Dua Puluh Enam
27 Dua Puluh Tujuh
28 Beri Aku Alamatmu!
29 Jangan Pernah Menyentuh Wanitaku!
30 Wanita Sangat Tangguh
31 Tak Lagi Membutuhkan Laki-Laki
32 Sumpah Pocong
33 Tanda-Tanda yang Mulai Muncul
34 Bapaknya Anak-Anak?
35 Rencana Usaha yang Makin Besar
36 Kabar Terbaru Warti
37 Ajakan Menikah
38 Mantan Tak Tahu Diri
39 Amarah Dewi
40 Alif : “Mama Jangan Menangis!”
41 Mas Abdul : “Banyak Jalan Menuju Surga!”
42 Harus Bahagia, Atau Malah Merasa Berdosa?
43 Alasan Kenapa Harus Menikah
44 Berurusan Dengan Polisi
45 Alhamdullilah
46 Wajan Penyok Dan Pashmina Warna Kuning Kunyit
47 Di Dini Hari yang Sunyi
48 Kabar Penangkapan Dewi
49 Keadilan Untuk Dewi
50 50 : Hikmah Di Balik Musibah
51 Nasib Prasetyo Sekeluarga
52 Mirip Keluarga Sesungguhnya
53 53 : Dimudahkan
54 54 : Kita Hadapi Semuanya Bersama!
55 55 : Transmigrasi
56 56 : Dijebak Dan Berusaha Menjebak
57 57 : Istriku Serba Bisa!
58 58 : Potret Keluarga Bahagia
59 59 : Dua Bulan Telah Berlalu
60 60. Mas Abdul : “Kita Pasti Bisa!”
61 Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
62 61 : Dewi yang Sekarang
63 62 : Kabar Ibu Safangah
64 63 : Mimpi Dikejar-Kejar Ular
65 64 : Mei ...
66 65 : Kebersamaan yang Penuh Cinta
67 66 : Doa yang Menjadi Alasan
68 67 : Tong Sampa.h dan Suami Sampa.h
69 68. Saling Menguatkan
70 69. Mimpi dan Petunjuk
71 70. Kronologinya....
72 71. Belum Final
73 72. Mulai Bertemu
74 73. Rencana yang Berubah
75 74. MEGA
76 75. Pelarian yang Gagal
77 76. Pulang Ke Jawa
78 77. Keuarga—Adik Kakak
79 78. Masya Allah
80 79. Perubahan Demi Perubahan
81 80. Papa
82 Bab Delapan Puluh Satu
83 Bab Delapan Puluh Dua
84 Yang Makin Cantik Sudah Jadi Istri Orang
85 Nasib Mega Dan Keluarga Dewi
86 Kisah yang Tak Akan Pernah Terlupakan
87 Kisah Cinta Hunairah
88 Kemenangan Bagi Para Pejuang
89 Novel : Dijual Suami Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)
Episodes

Updated 89 Episodes

1
1 : Dewi yang Malang
2
2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno
3
3 : Korban Perceraian Orang Tua
4
4 : Tak Mau Menunggu Lagi
5
5 : Selalu Disalahkan
6
6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh
7
7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
8
8 : Tak Terima
9
9 : Lebih Baik Kita Bercerai
10
10 : Digerebeg
11
11 : Belum Mengetahui Kebenaran
12
12 : Tukang Ojek
13
13 : Kabar Pernikahan Prasetyo
14
14 : Maksud Ibu Aminah
15
15 : Mendadak Diusir
16
16 : Melangkah Tanpa Tujuan
17
17 : Menerima Tawaran
18
18 : Mulai Menyesal
19
19 : Takdir yang Mulai Terbalik
20
20 : Mendadak Nelangsa
21
21 : Keluarga Mas Abdul
22
22 : Perhatian Mas Abdul
23
23 : Calonnya Mas Abdul
24
Dua Puluh Empat
25
Dua Puluh Lima
26
Dua Puluh Enam
27
Dua Puluh Tujuh
28
Beri Aku Alamatmu!
29
Jangan Pernah Menyentuh Wanitaku!
30
Wanita Sangat Tangguh
31
Tak Lagi Membutuhkan Laki-Laki
32
Sumpah Pocong
33
Tanda-Tanda yang Mulai Muncul
34
Bapaknya Anak-Anak?
35
Rencana Usaha yang Makin Besar
36
Kabar Terbaru Warti
37
Ajakan Menikah
38
Mantan Tak Tahu Diri
39
Amarah Dewi
40
Alif : “Mama Jangan Menangis!”
41
Mas Abdul : “Banyak Jalan Menuju Surga!”
42
Harus Bahagia, Atau Malah Merasa Berdosa?
43
Alasan Kenapa Harus Menikah
44
Berurusan Dengan Polisi
45
Alhamdullilah
46
Wajan Penyok Dan Pashmina Warna Kuning Kunyit
47
Di Dini Hari yang Sunyi
48
Kabar Penangkapan Dewi
49
Keadilan Untuk Dewi
50
50 : Hikmah Di Balik Musibah
51
Nasib Prasetyo Sekeluarga
52
Mirip Keluarga Sesungguhnya
53
53 : Dimudahkan
54
54 : Kita Hadapi Semuanya Bersama!
55
55 : Transmigrasi
56
56 : Dijebak Dan Berusaha Menjebak
57
57 : Istriku Serba Bisa!
58
58 : Potret Keluarga Bahagia
59
59 : Dua Bulan Telah Berlalu
60
60. Mas Abdul : “Kita Pasti Bisa!”
61
Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
62
61 : Dewi yang Sekarang
63
62 : Kabar Ibu Safangah
64
63 : Mimpi Dikejar-Kejar Ular
65
64 : Mei ...
66
65 : Kebersamaan yang Penuh Cinta
67
66 : Doa yang Menjadi Alasan
68
67 : Tong Sampa.h dan Suami Sampa.h
69
68. Saling Menguatkan
70
69. Mimpi dan Petunjuk
71
70. Kronologinya....
72
71. Belum Final
73
72. Mulai Bertemu
74
73. Rencana yang Berubah
75
74. MEGA
76
75. Pelarian yang Gagal
77
76. Pulang Ke Jawa
78
77. Keuarga—Adik Kakak
79
78. Masya Allah
80
79. Perubahan Demi Perubahan
81
80. Papa
82
Bab Delapan Puluh Satu
83
Bab Delapan Puluh Dua
84
Yang Makin Cantik Sudah Jadi Istri Orang
85
Nasib Mega Dan Keluarga Dewi
86
Kisah yang Tak Akan Pernah Terlupakan
87
Kisah Cinta Hunairah
88
Kemenangan Bagi Para Pejuang
89
Novel : Dijual Suami Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!