12 : Tukang Ojek

“Kenapa kita enggak balik ke rumahmu saja?” tanya Prasetyo setengah jengkel. Apalagi selain tidak mau tinggal di kontrakan sama dengan keluarganya, ibu Retno memilih hotel sebagai tempat tinggal mereka malam ini.

“Jangan tanyakan itu karena aku sedang kurang mood!” balas ibu Retno bergegas menuju tempat tidur.

“Loh, kok kamu balas begitu? Kalau kamu enggak mood, kenapa akhir-akhir ini, kamu terus minta aku nikahin kamu? Malahan pas Dewi lahiran, kamu sampai memaksa aku buat enggak urusin dia.” Prasetyo menyusul sang istri. Iya, sang istri. Karena meski baru pernikahan siri, bos yang dulu selalu ia manfaatkan baik tubuh maupun materinya, memang sudah ia nikahi.

“Jangan dibahas dulu. Aku beneran capek. Apalagi cara kamu minta aku menghormati keluargamu yang enggak beradab, beneran bikin aku jengkel!” balas ibu Retno yang malah membuat Prasetyo jengkel.

Andai yang berbicara seperti tadi, Dewi. Prasetyo yang paling anti keluarganya dikata-katai, pasti sudah memuku.li Dewi sampai Dewi tak bisa bicara lagi. Namun karena itu ibu Retno yang mengatakannya, Prasetyo tidak memiliki keberanian untuk mengam.uknya. Kedua tangan Prasetyo hanya mengepal di sisi tubuh. Hanya sampai begitu karena meski sampai gemetaran pun, Prasetyo tak memiliki nyali untuk mengamu.k ibu Retno.

Keesokan harinya, suasana jauh lebih cerah dari hari sebelumnya. Tak kalah cerah dari suasana hati Dewi yang siap mengurus perceraiannya dari Prasetyo. Seperti biasa, beres memandikan Alif, Dewi tinggal mandi dan bersiap makan bersama keluarga bosnya. Sementara kini, putrinya yang baru saja diberi nama Dwi Utari oleh sang majikan, tengah dijemur di teras. Alif yang ada di sana sambil memakan bakpao, sesekali akan cekikikan menganggap tingkah adiknya yang tidur tapi sibuk ngempeng, lucu.

“Ya sudah, sekarang aku mandi dulu. Habis itu baru bantu seterika pakaian, sebelum pergi ke kontrakan buat urus pengajuan gugatan perceraian,” batin Dewi merasa tak memiliki beban berarti. Sebab selama lima tahun terakhir, beban terberat dalam hidupnya memang Prasetyo dan keluarganya.

“Si Alif ditinggal saja. Lagian kamu perginya juga sebentar, kan?” ucap ibu Aminah ketika Dewi masih sibuk menyelesaikan pakaian yang diseterika.

“Enggak apa-apa. Alif anaknya anteng kok. Disetelin tivi, ditemenin nonton saja dia anteng,” yakin ibu Aminah.

“Ya sudah Bu, begitu saja,” balas Dewi sambil tersenyum canggung kepada ibu Aminah.

“Nanti naik ojek saja biar lebih cepat. Tapi kamu harus tetap bilang ke ojeknya, jangan ngebut dan pilih jalannya juga harus hati-hati. Soalnya kamu baru lahiran!” ucap ibu Aminah lagi kemudian memberikan uang untuk ongkos ojek kepada Dewi.

Setelah Dewi dan anak-anaknya tinggal di sana, kebahagiaan ibu Aminah dan sang suami, tampak makin bertambah. Kini saja, keduanya tengah merancang membuat ayunan bayi. Keduanya khususnya ibu Aminah bingung mau membeli ayunan ranjang, atau membuat ayunan menggunakan kain saja?

“Contoh beruntungnya punya pasangan tepat, bahagia sampai akhir,” batin Dewi turut bahagia melihat keharmonisan sang majikan.

Setelah siap-siap, Dewi segera pamit. Ia memperlakukan majikannya layaknya orang tuanya sendiri.

“Mama mau pergi bentar. Alif di sini sama Ibu, nanti Mama pulang ya. Kita nonton tivi!” bujuk ibu Aminah.

“Iya, Mama cuma bentar kok. Alif yang nurut, ya!” lembut Dewi sambil mengusap-usap pipi Alif.

Di depan gerbang rumah ibu Aminah, mas Abdul Khodir yang memakai motor, baru saja turun dari motornya. Hidup mas Abdul Khodir jadi tidak bisa tenang gara-gara telah menikahkan suami dari wanita muda dan memiliki dua anak masih kecil-kecil. Niatnya, mas Abdul ingin memberi sejumlah uang agar Dewi bisa membuka usaha kemudian move on dari Prasetyo. Apalagi bagi mas Abdul, laki-laki seperti Prasetyo tidak layak dicintai. Namun bukannya memberikan uang, baru juga melihat Dewi, mas Abdul sudah diteriaki, “Ojek!”

“Mas, tolong antar saya ke belakang pasar Rebo, ya!” seru Dewi sudah langsung menghampiri mas Abdul.

“Memangnya tampangku, tampang tukang ojek, ya?” batin mas Abdul mau-mau saja mengantar Dewi yang sudah telanjur ia kasihani. Apalagi dari alamat tujuan Dewi saja, itu jelas kontrakan Prasetyo.

“Eh, si Mbaknya enggak ingat aku. Apa memang kemarin malam, dia enggak lihat-lihat aku, saking emosinya dia ke Pras? Duh, ... kalau gini caranya, aku berasa jadi pelindung calon janda!” batin mas Abdul.

“Mas, jalannya tolong jangan ngebut ya. Pilih jalan juga yang halus. Soalnya saya baru lahiran,” ucap Dewi.

“Oke, Mbak. Sip! Omong-omong, Mbaknya sudah punya anak berapa?” ucap mas Abdul sengaja mengajak Dewi mengobrol. Selain agar tidak begitu canggung, mas Abdul juga sengaja mencari informasi tentang Dewi, agar bantuan yang akan ia berikan, tepat sasaran.

Sampai di kontrakan, Dewi sudah langsung membayar mas Abdul. Namun, mas Abdul sengaja tidak pergi. Mas Abdul penasaran dengan apa yang akan Dewi lakukan di kontrakan.

“Bayarannya enggak kurang, kan, Mas? Apa tarif ojek sudah naik, ya?” tanya Dewi heran lantaran mas Abdul ia dapati masih di depan gang.

“Oh, enggak ... sama sekali. Beneran enggak kurang kok, Mbak. Ini saya cuma sambil nunggu pelanggan. Mana tahu ada yang mau naik ojek lagi, kan lumayan,” ucap mas Abdul yang tentu saja hanya berbohong.

Mendengar itu, Dewi langsung menghela napas lega sambil mengangguk-angguk.

“Ya sudah, saya mau sekalian turun, mana tahu ada yang mau ngojek, Mbak!” ucap mas Abdul dan langsung dibalas positif oleh Dewi.

“Iya, Mas. Silakan. Mana tahu memang rezekinya Mas,” ucap Dewi. Segera ia pergi dari sana dan menjadikan kontrakan tempat sempat ia tinggal, sebagai tujuannya.

Tanpa Dewi sadari, sebenarnya mas Abdul hanya tengah memantaunya.

“Akhirnya kamu pulang juga! Sudah sana langsung beres-beres! Dasar menantu enggak punya o.tak! Enggak tahu diri kamu ya! Sudah untung anak saya mau menikahi wanita miskin seperti kamu! Eh, ini ... Pura-pura capek hanya karena baru lahiran!” ucap ibu Surmi yang kebetulan membukakan pintu untuk Dewi.

“Itu mulut isinya petasan batin.g apa gimana? Bisa-bisanya baru datang sudah ditodong begitu. Tapi cocok sih sama mbak Retno. Sama-sama bermulut pedas!” batin mas Abdul.

Dewi sengaja diam. Karena Dewi yakin, andai dirinya jujur alasannya ke sana untuk mengambil buku nikah dan lainnya, pasti ibu Surmi tidak akan memberinya izin.

“Kamu sudah tahu kan, kalau Prasetyo akhirnya sadar?” ucap ibu Surmi yang bermaksud membuat Dewi hancur atas pernikahan Prasetyo dan ibu Retno.

“Mas Pras sadar gimana, Bu? Memangnya selama ini, mas Pras kesuru.pan?” ucap Dewi sengaja mengunci pintu kamarnya.

Jangan tanya bagaimana keadaan kamar di sana. Karena keadaannya memang jauh dari layak huni. Tujuan Dewi adalah laci lemari. Di sana, semua surat nikah, termasuk KK miliknya dan Prasetyo masih tersimpan rapi.

“Kamu kalau ngomong jangan asal njeplak ya, Wi! Saya tahu, kamu bukan orang berpendidikan. Dari kecil kamu enggak pernah makan bangku sekolahan, makannya kamu jadi urakan!” marah ibu Surmi meledak-ledak di depan pintu.

“Lah, ... dari dulu, aku memang enggak doyan bangku sekolahan, Bu. Karena sesusah-susahnya aku, paling banter ya makan hati!” ucap Dewi dengan santainya. Ia sudah berhasil memboyong apa yang ia cari, ke dalam tasnya.

“Ini sudah cukup! Aku tinggal pulang dan urus suratnya nanti dibantu pak Mahmud!” batin Dewi.

Terpopuler

Comments

Sarti Patimuan

Sarti Patimuan

Bu surmi belum tau saja kalau menantu kebanggaan nya itu sekarang miskin

2024-05-04

0

Arieee

Arieee

Pras kesurupan gak sadar" 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-05-01

0

martina melati

martina melati

hahaha...

2024-04-21

0

lihat semua
Episodes
1 1 : Dewi yang Malang
2 2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno
3 3 : Korban Perceraian Orang Tua
4 4 : Tak Mau Menunggu Lagi
5 5 : Selalu Disalahkan
6 6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh
7 7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
8 8 : Tak Terima
9 9 : Lebih Baik Kita Bercerai
10 10 : Digerebeg
11 11 : Belum Mengetahui Kebenaran
12 12 : Tukang Ojek
13 13 : Kabar Pernikahan Prasetyo
14 14 : Maksud Ibu Aminah
15 15 : Mendadak Diusir
16 16 : Melangkah Tanpa Tujuan
17 17 : Menerima Tawaran
18 18 : Mulai Menyesal
19 19 : Takdir yang Mulai Terbalik
20 20 : Mendadak Nelangsa
21 21 : Keluarga Mas Abdul
22 22 : Perhatian Mas Abdul
23 23 : Calonnya Mas Abdul
24 Dua Puluh Empat
25 Dua Puluh Lima
26 Dua Puluh Enam
27 Dua Puluh Tujuh
28 Beri Aku Alamatmu!
29 Jangan Pernah Menyentuh Wanitaku!
30 Wanita Sangat Tangguh
31 Tak Lagi Membutuhkan Laki-Laki
32 Sumpah Pocong
33 Tanda-Tanda yang Mulai Muncul
34 Bapaknya Anak-Anak?
35 Rencana Usaha yang Makin Besar
36 Kabar Terbaru Warti
37 Ajakan Menikah
38 Mantan Tak Tahu Diri
39 Amarah Dewi
40 Alif : “Mama Jangan Menangis!”
41 Mas Abdul : “Banyak Jalan Menuju Surga!”
42 Harus Bahagia, Atau Malah Merasa Berdosa?
43 Alasan Kenapa Harus Menikah
44 Berurusan Dengan Polisi
45 Alhamdullilah
46 Wajan Penyok Dan Pashmina Warna Kuning Kunyit
47 Di Dini Hari yang Sunyi
48 Kabar Penangkapan Dewi
49 Keadilan Untuk Dewi
50 50 : Hikmah Di Balik Musibah
51 Nasib Prasetyo Sekeluarga
52 Mirip Keluarga Sesungguhnya
53 53 : Dimudahkan
54 54 : Kita Hadapi Semuanya Bersama!
55 55 : Transmigrasi
56 56 : Dijebak Dan Berusaha Menjebak
57 57 : Istriku Serba Bisa!
58 58 : Potret Keluarga Bahagia
59 59 : Dua Bulan Telah Berlalu
60 60. Mas Abdul : “Kita Pasti Bisa!”
61 Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
62 61 : Dewi yang Sekarang
63 62 : Kabar Ibu Safangah
64 63 : Mimpi Dikejar-Kejar Ular
65 64 : Mei ...
66 65 : Kebersamaan yang Penuh Cinta
67 66 : Doa yang Menjadi Alasan
68 67 : Tong Sampa.h dan Suami Sampa.h
69 68. Saling Menguatkan
70 69. Mimpi dan Petunjuk
71 70. Kronologinya....
72 71. Belum Final
73 72. Mulai Bertemu
74 73. Rencana yang Berubah
75 74. MEGA
76 75. Pelarian yang Gagal
77 76. Pulang Ke Jawa
78 77. Keuarga—Adik Kakak
79 78. Masya Allah
80 79. Perubahan Demi Perubahan
81 80. Papa
82 Bab Delapan Puluh Satu
83 Bab Delapan Puluh Dua
84 Yang Makin Cantik Sudah Jadi Istri Orang
85 Nasib Mega Dan Keluarga Dewi
86 Kisah yang Tak Akan Pernah Terlupakan
87 Kisah Cinta Hunairah
88 Kemenangan Bagi Para Pejuang
89 Novel : Dijual Suami Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)
Episodes

Updated 89 Episodes

1
1 : Dewi yang Malang
2
2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno
3
3 : Korban Perceraian Orang Tua
4
4 : Tak Mau Menunggu Lagi
5
5 : Selalu Disalahkan
6
6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh
7
7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
8
8 : Tak Terima
9
9 : Lebih Baik Kita Bercerai
10
10 : Digerebeg
11
11 : Belum Mengetahui Kebenaran
12
12 : Tukang Ojek
13
13 : Kabar Pernikahan Prasetyo
14
14 : Maksud Ibu Aminah
15
15 : Mendadak Diusir
16
16 : Melangkah Tanpa Tujuan
17
17 : Menerima Tawaran
18
18 : Mulai Menyesal
19
19 : Takdir yang Mulai Terbalik
20
20 : Mendadak Nelangsa
21
21 : Keluarga Mas Abdul
22
22 : Perhatian Mas Abdul
23
23 : Calonnya Mas Abdul
24
Dua Puluh Empat
25
Dua Puluh Lima
26
Dua Puluh Enam
27
Dua Puluh Tujuh
28
Beri Aku Alamatmu!
29
Jangan Pernah Menyentuh Wanitaku!
30
Wanita Sangat Tangguh
31
Tak Lagi Membutuhkan Laki-Laki
32
Sumpah Pocong
33
Tanda-Tanda yang Mulai Muncul
34
Bapaknya Anak-Anak?
35
Rencana Usaha yang Makin Besar
36
Kabar Terbaru Warti
37
Ajakan Menikah
38
Mantan Tak Tahu Diri
39
Amarah Dewi
40
Alif : “Mama Jangan Menangis!”
41
Mas Abdul : “Banyak Jalan Menuju Surga!”
42
Harus Bahagia, Atau Malah Merasa Berdosa?
43
Alasan Kenapa Harus Menikah
44
Berurusan Dengan Polisi
45
Alhamdullilah
46
Wajan Penyok Dan Pashmina Warna Kuning Kunyit
47
Di Dini Hari yang Sunyi
48
Kabar Penangkapan Dewi
49
Keadilan Untuk Dewi
50
50 : Hikmah Di Balik Musibah
51
Nasib Prasetyo Sekeluarga
52
Mirip Keluarga Sesungguhnya
53
53 : Dimudahkan
54
54 : Kita Hadapi Semuanya Bersama!
55
55 : Transmigrasi
56
56 : Dijebak Dan Berusaha Menjebak
57
57 : Istriku Serba Bisa!
58
58 : Potret Keluarga Bahagia
59
59 : Dua Bulan Telah Berlalu
60
60. Mas Abdul : “Kita Pasti Bisa!”
61
Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
62
61 : Dewi yang Sekarang
63
62 : Kabar Ibu Safangah
64
63 : Mimpi Dikejar-Kejar Ular
65
64 : Mei ...
66
65 : Kebersamaan yang Penuh Cinta
67
66 : Doa yang Menjadi Alasan
68
67 : Tong Sampa.h dan Suami Sampa.h
69
68. Saling Menguatkan
70
69. Mimpi dan Petunjuk
71
70. Kronologinya....
72
71. Belum Final
73
72. Mulai Bertemu
74
73. Rencana yang Berubah
75
74. MEGA
76
75. Pelarian yang Gagal
77
76. Pulang Ke Jawa
78
77. Keuarga—Adik Kakak
79
78. Masya Allah
80
79. Perubahan Demi Perubahan
81
80. Papa
82
Bab Delapan Puluh Satu
83
Bab Delapan Puluh Dua
84
Yang Makin Cantik Sudah Jadi Istri Orang
85
Nasib Mega Dan Keluarga Dewi
86
Kisah yang Tak Akan Pernah Terlupakan
87
Kisah Cinta Hunairah
88
Kemenangan Bagi Para Pejuang
89
Novel : Dijual Suami Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!