10 : Digerebeg

Kedatangan Prasetyo membuat ibu Retno yang baru mandi, semringah. Ibu Retno yang memang sampai keramas beraroma semerbak wangi kembang tujuh rupa, langsung membawa Prasetyo masuk kamar.

“Kan, sudah aku bilang. Kamu mana tahan lama-lama jauh dari aku!” ucap ibu Retno begitu yakin, alasan Prasetyo mendadak kembali kepadanya lantaran pria itu sudah telanjur sulit jauh darinya, bahkan itu meski untuk waktu yang singkat. Ditambah lagi, kini Dewi sedang masa nifas. Secantik apa pun Dewi akibat efek melahirkan, tentu tak ada gunanya jika tidak bisa memu.askan Prasetyo—pikir ibu Retno.

Padahal sebenarnya, Prasetyo tidak lebih dari hanya memanfaatkan ibu Retno. Prasetyo belum bisa sepenuhnya tulus karena kepada Dewi yang benar-benar Prasetyo cintai saja, Prasetyo bisa ingkar. Demi mendapatkan kesenangan duniawi yang lebih dari yang Prasetyo dapatkan dari Dewi, Prasetyo sengaja mengelabuhi ibu Retno.

Tanpa keduanya sadari, pintu yang mereka biarkan terbuka, tak kunjung ditutup. Mereka khususnya ibu Retno berpikir, mbok Sipon akan segera melakukannya seperti biasa. Apalagi, kini sudah malam dan mobil Prasetyo pun sudah diparkir di depan.

Padahal selain mas Abdul Khodir yang masuk ke dalam rumah tanpa mbok Sipon, wanita tua yang sudah sangat mengabdi kepada ibu Retno justru diseka.p di salah satu kamar yang ada di rumah depan ibu Retno. Rumah yang juga sempat menjadi tempat persembunyian mas Abdul Khodir ketika mengintip aktivitas ibu Retno.

Mas Abdul Khodir tak hanya datang sendiri. Ia datang bersama ketua RW maupun ketua RT. Sementara dari samping rumah ada para pemuda. Para pemuda sengaja membawa tangga untuk mengintip dari jendela kaca bagian atas dinding kamar ibu Retno. Termasuk untuk urusan pengacara keluarga, mas Abdul Khodir juga sudah menghubunginya karena bisa dipastikan, ibu Retno dan Prasetyo akan langsung disidang.

Ibu Retno yang awalnya hanya melilit tubuh bagian atasnya menggunakan handuk, sudah langsung melepas handuknya, tak lama setelah ia mengunci pintu kamarnya. Begitu juga handuk yang awalnya membungkus kepalanya.

“Sakit banget ih,” keluh Prasetyo yang masih terengah-engah dan memang menahan rasa sakit berarti di alat vi.talnya.

Prasetyo membiarkan ibu Retno jongkok di depannya. Wanita itu sangat tidak sabar berusaha melepas ikat pinggangnya.

“Tenang saja, nanti aku sembuhin. Pokoknya seperti biasa. Aku pasti bisa bikin kamu puas!” tegas ibu Retno yang akhirnya menurunkan tuntas celana levis panjang warna biru telor asin milik Prasetyo.

Kenyataan ibu Retno yang mengekseku.si Prasetyo di depan pintu, membuat mereka yang mengintip dari kaca jendela atas, menyaksikannya dengan leluasa.

“Kok ... lemes, gini?” komentar ibu Retno ketika ia sudah melepas tuntas celana da.lam Prasetyo.

“Itu tadi,” ucap Prasetyo mencoba menjelaskan, tapi ia langsung kesakitan ketika ibu Retno memegang burungnya.

“Kenapa, sih?” heran ibu Retno.

“Haduuh .... duh ....” Prasetyo memutuskan untuk ke tempat tidur karena memang, ibu Retno juga langsung menuntunnya ke tempat tidur.

“Manja banget kamu ah,” ucap ibu Retno yang kemudian sengaja melepas setiap kancing kemeja Prasetyo.

“Sakit beneran loh. Soalnya tadi, ....” Prasetyo berusaha menjelaskan, tapi dari luar seseorang mengetuk pintu kamar dengan tidak sabar.

Ibu Retno yang awalnya sudah akan duduk di perut Prasetyo langsung mendengkus kecewa. “Si mbok Sipon, kebiasaan!” gerutunya dan langsung bergegas memastikan.

Di tengah suasana kamar dengan lampu terbilang terang, ibu Retno tetap tidak menutupi tubuhnya karena ia memang sudah terbiasa begitu di depan mbok Sipon. Begitu juga dengan Prasetyo yang hanya menutup tubuh bagian bawahnya menggunakan sebuah bantal.

Terkejut! Ibu Retno nyaris jantungan ketika melihat siapa yang berdiri di balik pintu kamarnya. Ibu Retno yang sempat tidak bisa berpikir, buru-buru berusaha menutup pintu. Namun mereka, khususnya mas Abdul Khodir yang sempat kompak istighfar, kompak menerobos masuk.

“Pergiiiiiiiiiiiii!!!!!” histeris ibu Retno. “Bisa-bisanya, justru mereka yang datang!” batin ibu Retno benar-benar panik. Jantungnya berdetak sangat kencang, selain ia yang juga samai gemetaran tak karuan.

Mendengar ibu Retno yang malah histeris ditambah suara para pria kompak istighfar, Prasetyo yang awalnya nyaris memejamkan mata, menikmati kasur empuk majikannya, refleks tidak jadi.

Ibu Retno berakhir terbant.ing di lantai setelah aksi dorong-dorongan pintu. Sementara mas Abdul segera menerobos masuk dan berhenti tepat di hadapan Prasetyo yang baru saja berhasil duduk.

“Innalilahi!” batin Prasetyo ketakutan sekali.

“Setelah tahu keadaannya begini, aku pastikan kalian akan menikah. Agar kalian tidak terpisahkan dan kalian tidak terus-menerus berzi.na!” tegas mas Abdul Khodir.

“Hanya dinikahkan, kan?” batin Prasetyo yang memang belum tahu, majikan yang terus meminta dipuaskan itu, akan langsung kehilangan semua warisan dari suaminya, jika sampai ketahuan memiliki hubungan dengan laki-laki lain.

Ibu Retno menang sudah disumpah untuk tidak menikah lagi, saking cintanya bapaknya mas Abdul kepada wanita itu. Bapaknya mas Abdul tidak ingin berbagi ibu Retno dengan siapa pun, bahkan meski ia sudah meninggal. Sementara sebagai imbalannya, bapaknya mas Abdul menyerahkan semua warisannya kepada ibu Retno.

“Kalian hanya salah paham!” yakin ibu Retno.

Mas Abdul Khodir menghela napas kemudian menggeleng tak habis pikir pada kelakuan ibu Retno. “Mbak cinta banget kan ke sopir Mbak? Ya sudah nikah saja. Semua orang yang menyaksikan ini menjadi saksi! Kami beneran akan dukung!” yakinnya bersikap tegas.

“Dukung-dukung kepalamu! Kamu pasti sengaja melakukan ini agar kamu bisa mengambil semua warisan dariku!” batin mas Abdul Khodir.

Ketika akhirnya mas Abdul Khodir menatap Prasetyo, yang langsung mas Abdul Khodir ingat ialah Dewi dan anak-anaknya yang masih kecil. “KALIAN HARUS MENIKAH SESEGERA MUNGKIN!” tegas mas Abdul yang dalam hatinya berdalih, dirinya akan memberikan kehidupan layak kepada Dewi dan anak-anaknya yang sudah menjadi korban keegoisan Prasetyo dan ibu Retno.

Terpopuler

Comments

Sarti Patimuan

Sarti Patimuan

Prasetyo belum tau kalau Retno akan menjadi miskin gara gara menikah lagi

2024-05-04

0

Arieee

Arieee

👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍bagus

2024-05-01

0

@ntique

@ntique

nikahi dewi krn kasihan dnk

2024-04-29

0

lihat semua
Episodes
1 1 : Dewi yang Malang
2 2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno
3 3 : Korban Perceraian Orang Tua
4 4 : Tak Mau Menunggu Lagi
5 5 : Selalu Disalahkan
6 6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh
7 7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
8 8 : Tak Terima
9 9 : Lebih Baik Kita Bercerai
10 10 : Digerebeg
11 11 : Belum Mengetahui Kebenaran
12 12 : Tukang Ojek
13 13 : Kabar Pernikahan Prasetyo
14 14 : Maksud Ibu Aminah
15 15 : Mendadak Diusir
16 16 : Melangkah Tanpa Tujuan
17 17 : Menerima Tawaran
18 18 : Mulai Menyesal
19 19 : Takdir yang Mulai Terbalik
20 20 : Mendadak Nelangsa
21 21 : Keluarga Mas Abdul
22 22 : Perhatian Mas Abdul
23 23 : Calonnya Mas Abdul
24 Dua Puluh Empat
25 Dua Puluh Lima
26 Dua Puluh Enam
27 Dua Puluh Tujuh
28 Beri Aku Alamatmu!
29 Jangan Pernah Menyentuh Wanitaku!
30 Wanita Sangat Tangguh
31 Tak Lagi Membutuhkan Laki-Laki
32 Sumpah Pocong
33 Tanda-Tanda yang Mulai Muncul
34 Bapaknya Anak-Anak?
35 Rencana Usaha yang Makin Besar
36 Kabar Terbaru Warti
37 Ajakan Menikah
38 Mantan Tak Tahu Diri
39 Amarah Dewi
40 Alif : “Mama Jangan Menangis!”
41 Mas Abdul : “Banyak Jalan Menuju Surga!”
42 Harus Bahagia, Atau Malah Merasa Berdosa?
43 Alasan Kenapa Harus Menikah
44 Berurusan Dengan Polisi
45 Alhamdullilah
46 Wajan Penyok Dan Pashmina Warna Kuning Kunyit
47 Di Dini Hari yang Sunyi
48 Kabar Penangkapan Dewi
49 Keadilan Untuk Dewi
50 50 : Hikmah Di Balik Musibah
51 Nasib Prasetyo Sekeluarga
52 Mirip Keluarga Sesungguhnya
53 53 : Dimudahkan
54 54 : Kita Hadapi Semuanya Bersama!
55 55 : Transmigrasi
56 56 : Dijebak Dan Berusaha Menjebak
57 57 : Istriku Serba Bisa!
58 58 : Potret Keluarga Bahagia
59 59 : Dua Bulan Telah Berlalu
60 60. Mas Abdul : “Kita Pasti Bisa!”
61 Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
62 61 : Dewi yang Sekarang
63 62 : Kabar Ibu Safangah
64 63 : Mimpi Dikejar-Kejar Ular
65 64 : Mei ...
66 65 : Kebersamaan yang Penuh Cinta
67 66 : Doa yang Menjadi Alasan
68 67 : Tong Sampa.h dan Suami Sampa.h
69 68. Saling Menguatkan
70 69. Mimpi dan Petunjuk
71 70. Kronologinya....
72 71. Belum Final
73 72. Mulai Bertemu
74 73. Rencana yang Berubah
75 74. MEGA
76 75. Pelarian yang Gagal
77 76. Pulang Ke Jawa
78 77. Keuarga—Adik Kakak
79 78. Masya Allah
80 79. Perubahan Demi Perubahan
81 80. Papa
82 Bab Delapan Puluh Satu
83 Bab Delapan Puluh Dua
84 Yang Makin Cantik Sudah Jadi Istri Orang
85 Nasib Mega Dan Keluarga Dewi
86 Kisah yang Tak Akan Pernah Terlupakan
87 Kisah Cinta Hunairah
88 Kemenangan Bagi Para Pejuang
89 Novel : Dijual Suami Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)
Episodes

Updated 89 Episodes

1
1 : Dewi yang Malang
2
2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno
3
3 : Korban Perceraian Orang Tua
4
4 : Tak Mau Menunggu Lagi
5
5 : Selalu Disalahkan
6
6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh
7
7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
8
8 : Tak Terima
9
9 : Lebih Baik Kita Bercerai
10
10 : Digerebeg
11
11 : Belum Mengetahui Kebenaran
12
12 : Tukang Ojek
13
13 : Kabar Pernikahan Prasetyo
14
14 : Maksud Ibu Aminah
15
15 : Mendadak Diusir
16
16 : Melangkah Tanpa Tujuan
17
17 : Menerima Tawaran
18
18 : Mulai Menyesal
19
19 : Takdir yang Mulai Terbalik
20
20 : Mendadak Nelangsa
21
21 : Keluarga Mas Abdul
22
22 : Perhatian Mas Abdul
23
23 : Calonnya Mas Abdul
24
Dua Puluh Empat
25
Dua Puluh Lima
26
Dua Puluh Enam
27
Dua Puluh Tujuh
28
Beri Aku Alamatmu!
29
Jangan Pernah Menyentuh Wanitaku!
30
Wanita Sangat Tangguh
31
Tak Lagi Membutuhkan Laki-Laki
32
Sumpah Pocong
33
Tanda-Tanda yang Mulai Muncul
34
Bapaknya Anak-Anak?
35
Rencana Usaha yang Makin Besar
36
Kabar Terbaru Warti
37
Ajakan Menikah
38
Mantan Tak Tahu Diri
39
Amarah Dewi
40
Alif : “Mama Jangan Menangis!”
41
Mas Abdul : “Banyak Jalan Menuju Surga!”
42
Harus Bahagia, Atau Malah Merasa Berdosa?
43
Alasan Kenapa Harus Menikah
44
Berurusan Dengan Polisi
45
Alhamdullilah
46
Wajan Penyok Dan Pashmina Warna Kuning Kunyit
47
Di Dini Hari yang Sunyi
48
Kabar Penangkapan Dewi
49
Keadilan Untuk Dewi
50
50 : Hikmah Di Balik Musibah
51
Nasib Prasetyo Sekeluarga
52
Mirip Keluarga Sesungguhnya
53
53 : Dimudahkan
54
54 : Kita Hadapi Semuanya Bersama!
55
55 : Transmigrasi
56
56 : Dijebak Dan Berusaha Menjebak
57
57 : Istriku Serba Bisa!
58
58 : Potret Keluarga Bahagia
59
59 : Dua Bulan Telah Berlalu
60
60. Mas Abdul : “Kita Pasti Bisa!”
61
Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
62
61 : Dewi yang Sekarang
63
62 : Kabar Ibu Safangah
64
63 : Mimpi Dikejar-Kejar Ular
65
64 : Mei ...
66
65 : Kebersamaan yang Penuh Cinta
67
66 : Doa yang Menjadi Alasan
68
67 : Tong Sampa.h dan Suami Sampa.h
69
68. Saling Menguatkan
70
69. Mimpi dan Petunjuk
71
70. Kronologinya....
72
71. Belum Final
73
72. Mulai Bertemu
74
73. Rencana yang Berubah
75
74. MEGA
76
75. Pelarian yang Gagal
77
76. Pulang Ke Jawa
78
77. Keuarga—Adik Kakak
79
78. Masya Allah
80
79. Perubahan Demi Perubahan
81
80. Papa
82
Bab Delapan Puluh Satu
83
Bab Delapan Puluh Dua
84
Yang Makin Cantik Sudah Jadi Istri Orang
85
Nasib Mega Dan Keluarga Dewi
86
Kisah yang Tak Akan Pernah Terlupakan
87
Kisah Cinta Hunairah
88
Kemenangan Bagi Para Pejuang
89
Novel : Dijual Suami Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!