19 : Takdir yang Mulai Terbalik

“Kalau aku di sini terus, yang ada makin enggak bisa bayar!” pikir ibu Retno makin gelisah.

Tak ada lagi keharmonisan dalam rumah tangga ibu Retno maupun Prasetyo yang baru berumur hitungan hari. Karena ketika Prasetyo hanya mencintai uang ibu Retno dan segala fasilitas mewah dari wanita itu. Alasan ibu Retno ingin dinikahi Prasetyo juga murni untuk mendapatkan kepuasan batin. Tentunya, tampang tampan ditambah tubuh tegap Prasetyo memang menjadi daya tarik tersendiri untuk ibu Retno. Masalahnya, sampai detik ini, burung Prasetyo tetap loyo. Jangankan memuaskan ibu Retno layaknya biasa dan sudah jadi rutinitas sekaligus pekerjaan pokoknya. Sekadar mau merespons ibu Retno saja, burung milik Prasetyo sudah tidak lagi melakukannya.

Di lain sisi, Prasetyo juga bosan jika terus-menerus di dalam hotel. Ditambah lagi, otak Prasetyo memang hanya dikuasai nasib keluarganya. Prasetyo khawatir keluarganya telantar. Ditambah lagi, sudah dekat dengan waktu pembayaran kontrakan. Belum lagi, mengenai kelanjutan hubungannya dan Dewi. Prasetyo tak mau kehilangan Dewi begitu saja. Karena jika iya, keluarga Prasetyo terancam telantar. Apalagi kini, sedang diam saja, tiba-tiba ia ditin.ju oleh ibu Retno yang terlihat sangat emosi. Pipi kiri Prasetyo langsung saja dihiasi kepalan punggung tangan ibu Retno.

“Kamu ini sebenarnya kesuru.pan set.an apa sih? Lagi diam saja kamu tinj.u, apa kabar kalau aku sampai ninj.u kamu duluan?” marah Prasetyo.

“Aduh ... kok hidupku jadi enggak enak gini, ya?” pikir Prasetyo memutuskan untuk masuk ke dalam kamar mandi.

Hari ini menjadi hari terakhir Prasetyo dan ibu Retno menginap di hotel. Karena jika keduanya melebihi waktu yang sudah ditentukan, keduanya wajib membayar biaya tambahan.

Rintik hujan menemani sore ini. Mas Abdul yang awalnya hanya melihat-lihat pekarangan, jadi heboh. “Mas Alif, sini! Banyak mangga matang itu! Kita juga bisa panen buah pisang. Tuh, ada dua tandan pisang masak!” ucapnya.

Alif yang memang sudah mengikuti mas Abdul, juga tak kalah heboh. Apalagi yang namanya anak kecil, asal orang yang diikuti baik sekaligus sering memberi hadiah, anak itu pasti betah.

“Bisa enggak?” seru Dewi yang baru saja memberi mas Abdul golok untuk memanen pisang.

Mas Abdul mendadak tidak yakin karena kini memang menjadi kali pertama dirinya akan memanen pisang.

“Tandan pisangnya dipegangin, Mas. Jangan dibiarin jatuh. Kalau dibiarin jatuh, bahaya. Apalagi kan itu sudah matang semua,” ucap Dewi agak berseru. Ia sengaja meninggalkan putrinya di lantai. Berhubung sang putri ia bawa lengkap dengan bantal kecil, ia memang bisa meninggalkannya dengan leluasa.

“Begini,” ucap Dewi sambil praktik, dan mas Abdul langsung praktik.

Namun lagi-lagi, mungkin efek tidak terbiasa, mas Abdul malah hanya membuang-buang waktu. Memang Dewi yang jauh lebih cekatan karena Dewi sudah terbiasa hidup sulit sejak kecil. Karena jangankan memanen pisang, memanen tanaman padi dalam jumlah luas saja, Dewi sudah terbiasa melakukannya sejak kecil.

“Hore ....” Alif benar-benar heboh. Sampai detik ini, ia sudah langsung betah di sana. Namun jika sang mama mendadak mengajaknya pergi lagi, ia juga tidak bisa menolak.

“Sini ... sini, berat, Mbak!” ucap mas Abdul langsung sigap. Untuk pohon pisang selanjutnya pun, ia yang melakukannya. Kali ini ia sukses besar hingga mendapat sorak hore dari Alif.

“Ya sudah, ayo kita masuk rumah. Panen mangganya nanti tunggu gerimisnya reda!” ucap mas Abdul sambil membawa kedua tandan pisang bawaannya, sebelum Dewi yang melakukannya. Karena jika melihat dari Dewi yang cekatan, wanita itu tidak akan pilih-pilih pekerjaan asal masih halal.

“Makan pisang ya Mas Alif!” ucap mas Abdul yang masih saja kegirangan hanya karena ditemani Alif.

“Penten, Mas? Mamanya Mas dan saudara Mas, mau ke sini kapan? Ditinggalin tempat tidur apa makan juga, enggak?” sergah Dewi sambil mengeringkan tubuh Alif menggunakan kain jarit.

“Mereka masih belum mau ke sini, Mbak. Mereka khususnya mama, masih trauma. Dikhianati pembantu sendiri, anak diha.jar di depan banyak orang. Hati mama mana yang enggak hanc.ur menyaksikan semua itu?” ucap mas Abdul jadi sedih.

“Bahkan meski sudah berlalu, bayang-bayang kejadian di rumah ini sepertinya juga membuat mama sama adik-adikku trauma,” lanjut mas Abdul.

Dewi mengangguk-angguk paham seiring tatapannya yang jadi murung. “Yang namanya trauma memang sulit Mas. Ya pelan-pelan, semoga berkah. Atau kalau enggak, kasih mama umroh atau malah haji. Biar ada perjalanan spiritual gitu. Biar jadi obat penenang tersendiri,” ucap Dewi hanya memberi saran. “Cuma usul, Mas!” lanjutnya sengaja menegaskan.

Sebenarnya, Dewi tidak mau ikut campur terlalu jauh. Apalagi selain mereka memang baru kenal, mereka juga pembantu dan majikan. Ditambah lagi, tampaknya mas Abdul sekeluarga memiliki trauma tersendiri kepada pembantu akibat ulah ibu Retno. Hanya saja, efek mas Abdul yang terlalu baik. Bahkan kepada anak-anak Dewi termasuk ke Utari yang masih bayi saja, mas Abdul sangat baik, Dewi memang tidak bisa untuk tidak peduli.

“Makan pisangnya yang banyak, ya. Mas mau cuci mobil dulu. Mumpung Mas punya waktu!” ucap mas Abdul bersemangat.

Tanpa direncanakan, lagi-lagi Dewi ikut serta membantu mas Abdul. Mas Abdul mencuci mobil yang sebelumnya ibu Retno berikan kepada Prasetyo. Tanpa sengaja, Dewi yang memungut setiap samp.ah yang mas Abdul buang, malah menemukan gepokan uang seratus ribu dalam kantong hitam. Uang yang sempat dipermasalahkan oleh ibu Retno dan Prasetyo.

“Innalilahi, Mas. Ini uang sebanyak ini kok dibuang?” ucap Dewi benar-benar syok.

Namun di depan rumah, ibu Retno dan Prasetyo sedang berusaha masuk. Takdir yang mulai berubah, tampaknya itu lah yang terjadi dengan kehidupan mereka sekarang ini.

Terpopuler

Comments

Sarti Patimuan

Sarti Patimuan

Wah rejeki nomplok tuh Dewi

2024-05-04

0

Arieee

Arieee

🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-05-01

0

martina melati

martina melati

gk rugi cuci dan bersihi mobil... dapat doittt sgepokk lhooo

2024-04-21

0

lihat semua
Episodes
1 1 : Dewi yang Malang
2 2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno
3 3 : Korban Perceraian Orang Tua
4 4 : Tak Mau Menunggu Lagi
5 5 : Selalu Disalahkan
6 6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh
7 7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
8 8 : Tak Terima
9 9 : Lebih Baik Kita Bercerai
10 10 : Digerebeg
11 11 : Belum Mengetahui Kebenaran
12 12 : Tukang Ojek
13 13 : Kabar Pernikahan Prasetyo
14 14 : Maksud Ibu Aminah
15 15 : Mendadak Diusir
16 16 : Melangkah Tanpa Tujuan
17 17 : Menerima Tawaran
18 18 : Mulai Menyesal
19 19 : Takdir yang Mulai Terbalik
20 20 : Mendadak Nelangsa
21 21 : Keluarga Mas Abdul
22 22 : Perhatian Mas Abdul
23 23 : Calonnya Mas Abdul
24 Dua Puluh Empat
25 Dua Puluh Lima
26 Dua Puluh Enam
27 Dua Puluh Tujuh
28 Beri Aku Alamatmu!
29 Jangan Pernah Menyentuh Wanitaku!
30 Wanita Sangat Tangguh
31 Tak Lagi Membutuhkan Laki-Laki
32 Sumpah Pocong
33 Tanda-Tanda yang Mulai Muncul
34 Bapaknya Anak-Anak?
35 Rencana Usaha yang Makin Besar
36 Kabar Terbaru Warti
37 Ajakan Menikah
38 Mantan Tak Tahu Diri
39 Amarah Dewi
40 Alif : “Mama Jangan Menangis!”
41 Mas Abdul : “Banyak Jalan Menuju Surga!”
42 Harus Bahagia, Atau Malah Merasa Berdosa?
43 Alasan Kenapa Harus Menikah
44 Berurusan Dengan Polisi
45 Alhamdullilah
46 Wajan Penyok Dan Pashmina Warna Kuning Kunyit
47 Di Dini Hari yang Sunyi
48 Kabar Penangkapan Dewi
49 Keadilan Untuk Dewi
50 50 : Hikmah Di Balik Musibah
51 Nasib Prasetyo Sekeluarga
52 Mirip Keluarga Sesungguhnya
53 53 : Dimudahkan
54 54 : Kita Hadapi Semuanya Bersama!
55 55 : Transmigrasi
56 56 : Dijebak Dan Berusaha Menjebak
57 57 : Istriku Serba Bisa!
58 58 : Potret Keluarga Bahagia
59 59 : Dua Bulan Telah Berlalu
60 60. Mas Abdul : “Kita Pasti Bisa!”
61 Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
62 61 : Dewi yang Sekarang
63 62 : Kabar Ibu Safangah
64 63 : Mimpi Dikejar-Kejar Ular
65 64 : Mei ...
66 65 : Kebersamaan yang Penuh Cinta
67 66 : Doa yang Menjadi Alasan
68 67 : Tong Sampa.h dan Suami Sampa.h
69 68. Saling Menguatkan
70 69. Mimpi dan Petunjuk
71 70. Kronologinya....
72 71. Belum Final
73 72. Mulai Bertemu
74 73. Rencana yang Berubah
75 74. MEGA
76 75. Pelarian yang Gagal
77 76. Pulang Ke Jawa
78 77. Keuarga—Adik Kakak
79 78. Masya Allah
80 79. Perubahan Demi Perubahan
81 80. Papa
82 Bab Delapan Puluh Satu
83 Bab Delapan Puluh Dua
84 Yang Makin Cantik Sudah Jadi Istri Orang
85 Nasib Mega Dan Keluarga Dewi
86 Kisah yang Tak Akan Pernah Terlupakan
87 Kisah Cinta Hunairah
88 Kemenangan Bagi Para Pejuang
89 Novel : Dijual Suami Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)
Episodes

Updated 89 Episodes

1
1 : Dewi yang Malang
2
2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno
3
3 : Korban Perceraian Orang Tua
4
4 : Tak Mau Menunggu Lagi
5
5 : Selalu Disalahkan
6
6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh
7
7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
8
8 : Tak Terima
9
9 : Lebih Baik Kita Bercerai
10
10 : Digerebeg
11
11 : Belum Mengetahui Kebenaran
12
12 : Tukang Ojek
13
13 : Kabar Pernikahan Prasetyo
14
14 : Maksud Ibu Aminah
15
15 : Mendadak Diusir
16
16 : Melangkah Tanpa Tujuan
17
17 : Menerima Tawaran
18
18 : Mulai Menyesal
19
19 : Takdir yang Mulai Terbalik
20
20 : Mendadak Nelangsa
21
21 : Keluarga Mas Abdul
22
22 : Perhatian Mas Abdul
23
23 : Calonnya Mas Abdul
24
Dua Puluh Empat
25
Dua Puluh Lima
26
Dua Puluh Enam
27
Dua Puluh Tujuh
28
Beri Aku Alamatmu!
29
Jangan Pernah Menyentuh Wanitaku!
30
Wanita Sangat Tangguh
31
Tak Lagi Membutuhkan Laki-Laki
32
Sumpah Pocong
33
Tanda-Tanda yang Mulai Muncul
34
Bapaknya Anak-Anak?
35
Rencana Usaha yang Makin Besar
36
Kabar Terbaru Warti
37
Ajakan Menikah
38
Mantan Tak Tahu Diri
39
Amarah Dewi
40
Alif : “Mama Jangan Menangis!”
41
Mas Abdul : “Banyak Jalan Menuju Surga!”
42
Harus Bahagia, Atau Malah Merasa Berdosa?
43
Alasan Kenapa Harus Menikah
44
Berurusan Dengan Polisi
45
Alhamdullilah
46
Wajan Penyok Dan Pashmina Warna Kuning Kunyit
47
Di Dini Hari yang Sunyi
48
Kabar Penangkapan Dewi
49
Keadilan Untuk Dewi
50
50 : Hikmah Di Balik Musibah
51
Nasib Prasetyo Sekeluarga
52
Mirip Keluarga Sesungguhnya
53
53 : Dimudahkan
54
54 : Kita Hadapi Semuanya Bersama!
55
55 : Transmigrasi
56
56 : Dijebak Dan Berusaha Menjebak
57
57 : Istriku Serba Bisa!
58
58 : Potret Keluarga Bahagia
59
59 : Dua Bulan Telah Berlalu
60
60. Mas Abdul : “Kita Pasti Bisa!”
61
Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
62
61 : Dewi yang Sekarang
63
62 : Kabar Ibu Safangah
64
63 : Mimpi Dikejar-Kejar Ular
65
64 : Mei ...
66
65 : Kebersamaan yang Penuh Cinta
67
66 : Doa yang Menjadi Alasan
68
67 : Tong Sampa.h dan Suami Sampa.h
69
68. Saling Menguatkan
70
69. Mimpi dan Petunjuk
71
70. Kronologinya....
72
71. Belum Final
73
72. Mulai Bertemu
74
73. Rencana yang Berubah
75
74. MEGA
76
75. Pelarian yang Gagal
77
76. Pulang Ke Jawa
78
77. Keuarga—Adik Kakak
79
78. Masya Allah
80
79. Perubahan Demi Perubahan
81
80. Papa
82
Bab Delapan Puluh Satu
83
Bab Delapan Puluh Dua
84
Yang Makin Cantik Sudah Jadi Istri Orang
85
Nasib Mega Dan Keluarga Dewi
86
Kisah yang Tak Akan Pernah Terlupakan
87
Kisah Cinta Hunairah
88
Kemenangan Bagi Para Pejuang
89
Novel : Dijual Suami Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!