14 : Maksud Ibu Aminah

“Kamu pulang lebih cepat dari yang Ibu kira, Wi,” ucap ibu Aminah yang kebetulan membukakan pintu. Ia tersenyum hangat kemudian meminta Dewi untuk tidak menangisi Prasetyo lagi.

“Ini awal kebahagiaan kamu dengan anak-anak kamu!” tegas ibu Aminah masih bertutur santun.

Sambil mengelap air matanya menggunakan ujung jilbab kanannya, Dewi berkata, “Ternyata selama dua tahun terakhir, ... selama itu juga, ... Mas Pras selingkuh dengan ibu Retno, Bu!” Ia berangsur menatap kedua mata majikannya. Dewi memang refleks menceritakan semuanya. Sebab bersama ibu Aminah, ia seolah memiliki sandaran sekaligus tempat untuk berkeluh kesah. Dewi telanjur menganggap wanita baya di hadapannya sebagai ibunya sendiri.

“Dan semalam mereka menikah, ... tanpa seizinku! Mungkin setelah dari sini mereka digerebek. Kurang lebih begitu kejadiannya.”

“Ibu Surmi dengan sangat bangga menceritakannya. Bahwa anaknya telah menikahi wanita kaya dan baginya sangat terhormat!” Dewi tidak bisa mengakhiri air matanya. Ia tersedu-sedu sambil terus menunduk. Sementara kedua tangannya sengaja ia gunakan untuk menekap wajah. Berharap, ulahnya itu mampu membuat air matanya berhenti mengalir. Toh, tidak ada gunanya juga menangisi manusia seperti Prasetyo sekeluarga.

Ibu Aminah sengaja mendekap hangat punggung Dewi menggunakan kedua tangannya. “Yang sabar, ... manusia yang derajatnya mau naik memang seperti ini. Kamu harus melalui cobaan lebih dulu. Jika memang kamu sanggup melewati ini, berarti kamu pantas naik level. Namun jika kamu tidak mampu, ... mau bagaimana lagi? Akan tetapi saya berharap, kamu mampu menjadi wanita lebih kuat lagi. Agar kamu juga bisa membuktikan kepada mereka yang telah menyakitimu. Bahwa kamu, ... kamu terlalu berharga untuk mereka sakiti!” lembutnya mencoba memberi Dewi pelajaran berarti.

Diberi nasihat seperti barusan, Dewi makin tersedu-sedu. Andai, orang tuanya masih peduli. Setidaknya ia tak akan hilang arah. Setidaknya, Dewi masih memiliki tempat untuk bertukar pikiran. Bukan seperti sekarang, sekadar bertukar kabar saja, Dewi tidak punya. Sebab kedua orang tuanya memilih menutup mata jika harus berurusan dengan semua yang berhubungan dengan Dewi. Seolah, Dewi memang bukan siapa-siapa mereka.

“Sekarang juga kamu ke KUA, selagi belum tutup. Pokoknya langsung urus mumpung Pras dan istri barunya juga baru menikah! Biar bisa cepat diproses!” ucap ibu Aminah.

“Utari masih tidur, sementara Alif masih menonton televisi,” ucap ibu Aminah lagi yang kemudian pergi meninggalkan Dewi. Wanita itu berdalih akan mengabari sang suami untuk siap-siap mengantar Dewi ke KUA. Kebetulan, KUA Dewi dan Prasetyo menikah memang ada di kecamatan tak jauh dari rumahnya.

Ketika Dewi menemui Alif, ibu Aminah agak memaksa sang suami untuk masuk ke dalam kamar. Alif masih anteng menonton televisi hitam putih di hadapannya. Bocah itu menonton televisi sambil memakan camilan di kursi kecil dan memang khusus untuk anak kecil. Saking inginnya memiliki momongan, kepada Alif pun, ibu Aminah dan pak Mahmud menyiapkan semuanya. Pakaian, tempat duduk, selimut, makanan, bahkan sepeda. Benar-benar semuanya.

“Mama mau pergi bentar lagi, ya. Mas Alif sama ibu di rumah. Jangan rewel, ya?” lembut Dewi wanti-wanti.

“Iya, Ma ...,” balas Alif tak kalah lembut.

Jujur, sebenarnya melihat Alif langsung membuat Dewi teringat Prasetyo. Sebab keduanya memiliki garis wajah yang sangat mirip. Alif mewarisi ketampanan dari sang papa. Namun Dewi sangat berharap, putranya tidak mewarisi watak sang papa.

“Sayang, ....” Ibu Aminah menceritakan perihal apa yang Dewi ceritakan tentang Prasetyo. Ia menceritakan semuanya.

Sepanjang sang istri bercerita, pak Mahmud jadi sibuk geleng-geleng sambil istighfar.

“Makanya, langsung diurus saja, biar cepat diproses! Takutnya kan istri baru si Pras orang kaya. Takutnya mereka sengaja bikin Dewi makin susah. Termasuk, Dewi yang dipersulit buat cerai! Ih amit-amit!” ucap ibu Aminah.

“Iya, ... ini mau langsung diurus,” yakin pak Mahmud masih menyikapi sang istri dengan sangat lembut.

“Terus,” lirih ibu Aminah mendadak serius.

Pak Mahmud yang baru mengambil dompet lipatnya dari dalam laci lemari hias di sebelahnya, berangsur menoleh.

“Bapak kan tahu, ... usiaku sudah enggak lama lagi,” ucap ibu Aminah. Bukan hanya wajahnya yang menjadi sendu. Sebab sang suami juga jauh lebih parah. Meski perlahan, wajah pak Mahmud menjadi marah.

“Jangan bicara seperti itu!” tegur pak Mahmud.

“Menikahlah dengan Dewi! Dia masih sangat muda! Usianya baru akan genap dua puluh lima. Sementara selain dia sudah memiliki dua anak yang sehat-sehat, daru Dewi, Bapak juga bisa memiliki keturunan pasti!” sergah ibu Aminah.

“Dia lebih pantas jadi anakku, Bu!” lirih pak Mahmud tapi dengan nada marah. Ia bahkan menatap marah sang istri. “Aku hanya mencintaimu, Bu! Diberi seperti sekarang ini saha, sudah lebih dari cukup. Urusan Dewi, biarkan dia menikah dengan laki-laki yang jauh lebih muda dariku. Dewi pantas dapat yang lebih baik!”

Ibu Aminah menggeleng lemah. “Bukan begitu, Pak. Bersama Dewi, kalian pasti akan sama-sama bahagia. Dewi wanita yang baik. Cukup sayangi dia dan kedua anaknya, Dewi pasti akan mencintai Bapak sampai akhir usia!” mohonnya.

Dewi baru saja meninggalkan kamar dirinya dan anak-anaknya tinggal. Kamar yang keberadaannya ada di depan dapur. Tas lusuh warna cokelat kusam masih menghiasi pundak kanannya. Untuk pertama kalinya, Dewi melihat pak Mahmud melangkah cepat meninggalkan ibu Aminah. Padahal, ibu Aminah terus memanggil memohon-mohon. Namun pria berusia lima puluh tahuan itu tampak tidak peduli.

“Itu mereka kenapa? Tumben? Masa iya berantem?” pikir Dewi pura-pura tidak melihat. Dewi sengaja kembali ke dalam kamar dan berlaga bahwa dirinya baru keluar dari kamar.

“Wi ...?” lembut ibu Aminah mencari-cari.

Ibu Amina mengarahkan Dewi untuk segera berangkat dengan pak Mahmud. Namun, tampang pak Mahmud kali ini terlihat sangat jutek. Sebelumnya, Dewi belum pernah melihat pak Mahmud seperti itu.

Terpopuler

Comments

Sarti Patimuan

Sarti Patimuan

Ya ampun ibu Aminah kenapa malah menjodohkan Dewi dengan suaminya

2024-05-04

0

Wanita Aries

Wanita Aries

Harusnya ke PA ka author bkn ke KUA 😁

2024-04-12

0

Firli Putrawan

Firli Putrawan

y allah bu itu s bp udah setia jgn d rasukin niat yg g bs d terima pa Mahmud bersyukur bu

2024-04-07

0

lihat semua
Episodes
1 1 : Dewi yang Malang
2 2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno
3 3 : Korban Perceraian Orang Tua
4 4 : Tak Mau Menunggu Lagi
5 5 : Selalu Disalahkan
6 6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh
7 7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
8 8 : Tak Terima
9 9 : Lebih Baik Kita Bercerai
10 10 : Digerebeg
11 11 : Belum Mengetahui Kebenaran
12 12 : Tukang Ojek
13 13 : Kabar Pernikahan Prasetyo
14 14 : Maksud Ibu Aminah
15 15 : Mendadak Diusir
16 16 : Melangkah Tanpa Tujuan
17 17 : Menerima Tawaran
18 18 : Mulai Menyesal
19 19 : Takdir yang Mulai Terbalik
20 20 : Mendadak Nelangsa
21 21 : Keluarga Mas Abdul
22 22 : Perhatian Mas Abdul
23 23 : Calonnya Mas Abdul
24 Dua Puluh Empat
25 Dua Puluh Lima
26 Dua Puluh Enam
27 Dua Puluh Tujuh
28 Beri Aku Alamatmu!
29 Jangan Pernah Menyentuh Wanitaku!
30 Wanita Sangat Tangguh
31 Tak Lagi Membutuhkan Laki-Laki
32 Sumpah Pocong
33 Tanda-Tanda yang Mulai Muncul
34 Bapaknya Anak-Anak?
35 Rencana Usaha yang Makin Besar
36 Kabar Terbaru Warti
37 Ajakan Menikah
38 Mantan Tak Tahu Diri
39 Amarah Dewi
40 Alif : “Mama Jangan Menangis!”
41 Mas Abdul : “Banyak Jalan Menuju Surga!”
42 Harus Bahagia, Atau Malah Merasa Berdosa?
43 Alasan Kenapa Harus Menikah
44 Berurusan Dengan Polisi
45 Alhamdullilah
46 Wajan Penyok Dan Pashmina Warna Kuning Kunyit
47 Di Dini Hari yang Sunyi
48 Kabar Penangkapan Dewi
49 Keadilan Untuk Dewi
50 50 : Hikmah Di Balik Musibah
51 Nasib Prasetyo Sekeluarga
52 Mirip Keluarga Sesungguhnya
53 53 : Dimudahkan
54 54 : Kita Hadapi Semuanya Bersama!
55 55 : Transmigrasi
56 56 : Dijebak Dan Berusaha Menjebak
57 57 : Istriku Serba Bisa!
58 58 : Potret Keluarga Bahagia
59 59 : Dua Bulan Telah Berlalu
60 60. Mas Abdul : “Kita Pasti Bisa!”
61 Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
62 61 : Dewi yang Sekarang
63 62 : Kabar Ibu Safangah
64 63 : Mimpi Dikejar-Kejar Ular
65 64 : Mei ...
66 65 : Kebersamaan yang Penuh Cinta
67 66 : Doa yang Menjadi Alasan
68 67 : Tong Sampa.h dan Suami Sampa.h
69 68. Saling Menguatkan
70 69. Mimpi dan Petunjuk
71 70. Kronologinya....
72 71. Belum Final
73 72. Mulai Bertemu
74 73. Rencana yang Berubah
75 74. MEGA
76 75. Pelarian yang Gagal
77 76. Pulang Ke Jawa
78 77. Keuarga—Adik Kakak
79 78. Masya Allah
80 79. Perubahan Demi Perubahan
81 80. Papa
82 Bab Delapan Puluh Satu
83 Bab Delapan Puluh Dua
84 Yang Makin Cantik Sudah Jadi Istri Orang
85 Nasib Mega Dan Keluarga Dewi
86 Kisah yang Tak Akan Pernah Terlupakan
87 Kisah Cinta Hunairah
88 Kemenangan Bagi Para Pejuang
89 Novel : Dijual Suami Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)
Episodes

Updated 89 Episodes

1
1 : Dewi yang Malang
2
2 : Hubungan Terl.arang Prasetyo dan Ibu Retno
3
3 : Korban Perceraian Orang Tua
4
4 : Tak Mau Menunggu Lagi
5
5 : Selalu Disalahkan
6
6 : Syarat Agar Ibu Retno Mendapatkan Warisan Utuh
7
7 : Hubungan Rahasia yang Mulai Terendus
8
8 : Tak Terima
9
9 : Lebih Baik Kita Bercerai
10
10 : Digerebeg
11
11 : Belum Mengetahui Kebenaran
12
12 : Tukang Ojek
13
13 : Kabar Pernikahan Prasetyo
14
14 : Maksud Ibu Aminah
15
15 : Mendadak Diusir
16
16 : Melangkah Tanpa Tujuan
17
17 : Menerima Tawaran
18
18 : Mulai Menyesal
19
19 : Takdir yang Mulai Terbalik
20
20 : Mendadak Nelangsa
21
21 : Keluarga Mas Abdul
22
22 : Perhatian Mas Abdul
23
23 : Calonnya Mas Abdul
24
Dua Puluh Empat
25
Dua Puluh Lima
26
Dua Puluh Enam
27
Dua Puluh Tujuh
28
Beri Aku Alamatmu!
29
Jangan Pernah Menyentuh Wanitaku!
30
Wanita Sangat Tangguh
31
Tak Lagi Membutuhkan Laki-Laki
32
Sumpah Pocong
33
Tanda-Tanda yang Mulai Muncul
34
Bapaknya Anak-Anak?
35
Rencana Usaha yang Makin Besar
36
Kabar Terbaru Warti
37
Ajakan Menikah
38
Mantan Tak Tahu Diri
39
Amarah Dewi
40
Alif : “Mama Jangan Menangis!”
41
Mas Abdul : “Banyak Jalan Menuju Surga!”
42
Harus Bahagia, Atau Malah Merasa Berdosa?
43
Alasan Kenapa Harus Menikah
44
Berurusan Dengan Polisi
45
Alhamdullilah
46
Wajan Penyok Dan Pashmina Warna Kuning Kunyit
47
Di Dini Hari yang Sunyi
48
Kabar Penangkapan Dewi
49
Keadilan Untuk Dewi
50
50 : Hikmah Di Balik Musibah
51
Nasib Prasetyo Sekeluarga
52
Mirip Keluarga Sesungguhnya
53
53 : Dimudahkan
54
54 : Kita Hadapi Semuanya Bersama!
55
55 : Transmigrasi
56
56 : Dijebak Dan Berusaha Menjebak
57
57 : Istriku Serba Bisa!
58
58 : Potret Keluarga Bahagia
59
59 : Dua Bulan Telah Berlalu
60
60. Mas Abdul : “Kita Pasti Bisa!”
61
Promo Novel : Bukan Mauku Hamil Di Luar Nikah
62
61 : Dewi yang Sekarang
63
62 : Kabar Ibu Safangah
64
63 : Mimpi Dikejar-Kejar Ular
65
64 : Mei ...
66
65 : Kebersamaan yang Penuh Cinta
67
66 : Doa yang Menjadi Alasan
68
67 : Tong Sampa.h dan Suami Sampa.h
69
68. Saling Menguatkan
70
69. Mimpi dan Petunjuk
71
70. Kronologinya....
72
71. Belum Final
73
72. Mulai Bertemu
74
73. Rencana yang Berubah
75
74. MEGA
76
75. Pelarian yang Gagal
77
76. Pulang Ke Jawa
78
77. Keuarga—Adik Kakak
79
78. Masya Allah
80
79. Perubahan Demi Perubahan
81
80. Papa
82
Bab Delapan Puluh Satu
83
Bab Delapan Puluh Dua
84
Yang Makin Cantik Sudah Jadi Istri Orang
85
Nasib Mega Dan Keluarga Dewi
86
Kisah yang Tak Akan Pernah Terlupakan
87
Kisah Cinta Hunairah
88
Kemenangan Bagi Para Pejuang
89
Novel : Dijual Suami Dinikahi Kakak Ipar (Mafia Dan Perawat Muslimah)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!