16. Perang Sandiwara

Alih-alih luntur oleh peluh, terik mentari justru membakar bara semangatku di siang yang terang ini. Terus ku berlari membelah jalan dengan degup jantung yang melagu riang. Senyumanku tak pernah layu sebab melihat banyak hal menyenangkan yang akan terjadi di depan. Dengan larian kencang, aku siap menyambut hal menyenangkan tersebut.

“Oy! Mau sampai kapan lari terus!? Kawanmu tidak akan sempat mengejar posisi kita yang sudah teramat jauh dari rumahnya. Bisakah kita berjalan santai saja mulai dari sini?”

Suara keras dari seorang pria yang berlumur peluh, seketika menghentikan gerak tubuhku secara paksa. Sejenak aku terdiam, membiarkan berjuta fikiran merasuki sel otak ku. Merasakan apa yang sebenarnya terjadi saat ini. Tentang suara pria itu, dan juga tentang makna dari sastra yang ia tumpahkan dari bibir.

Syaraf tanganku mendeteksi sesuatu yang cukup besar pada gengnggaman, bola mataku menjalar mencari tahu apa yang sedang ku genggam. Tampak tangan pria berukuran besar namun tak lebih besar dariku, menggantung di lingkaran jari jemariku. Sontak atensiku menjalar lagi untuk melihat siapa pemilik tangan ini dan dibuat kaget olehnya.

“Kak Arron!? Sejak kapan ada di sini?” Tanyaku, masih belum sadar akan hal yang terlupakan. Perlahan aku melepaskan tangannya karena panik dan tak tega melihatnya yang kelelahan.

“Sejak negara api menyerang!” Jawabnya ketus sambil memegangi pergelangan tangannya yang merah akibat genggamanku yang erat.

“Oh?” Sahutku yang masih tidak fokus dengan wajah polos. Kak Arron menepuk keningnya hingga terdengar suara yang cukup keras.

“Ya sejak dari rumah Leo lah! Kau lupa!? Kau menarik tanganku sambil berlari dengan janjimu akan mentraktir ku makan siang. Sekarang mana tempat makan yang kau janjikan? Makan kagak, capek iya!” Gerutunya yang meluap-luap terhadap reaksi polos ku.

“Maaf, aku lupa. Habisnya aku terlalu terbawa suasana sih, hehe,” ucapku sambil tersenyum lebar, jariku menggaruk bagian belakang kepalaku yang tidak gatal, dan kurasakan panas di pipiku entah karena cuaca atau malu.

Kak Arron menghela nafas pasrah lalu berkata “Sudahlah, kau ingin membawaku ke mana? Bisa berjalan santai saja ga?”

Senyuman manisku yang sempat layu akibat rasa malu, kembali mekar indah sambil menjawab “Sebentar lagi sampai kak, itu di depan sana ada resto.” Jari telunjukku terangkat ke arah resto yang aku maksud.

Yeah, tadinya aku memang ingin membawa kak Arron ke kedai dekat rumah Leo. Namun untuk mengurangi resiko ada penghuni dari situ yang niat menguntit untuk menyadap, juga dengan alasan pria yang ingin ku traktir ini adalah penyuka alkohol, aku memutuskan mengajaknya makan di resto yang cukup jauh dari rumah Leo dan terdapat menu makanan serta minuman yang lebih lengkap di sana.

...***...

Lima menit berlalu setelah percakapan terakhirku dengan kak Arron, kami lewati dalam perjalanan yang sunyi. Menikmati indahnya berbagai kebun bunga di sebelah kiri, juga menatap birunya laut di pantai sebelah kanan. Bisa dibilang bahwa desa tempatku tinggal ini adalah tempat yang cukup besar hingga dapat menampung aneka ragam lukisan Tuhan yang indah.

Dari perkebunan, pegunungan, sungai, bendungan, hingga pantai pun ada di desa ini. Tak heran jika tempat ini kerap kali dijadikan objek kunjungan wisata oleh banyak pihak. Aku beruntung terlahir di daerah yang serba ada ini. Walau kisah hidupku cukup rumit, namun setidaknya keindahan alam di sini mampu memanjakan retina serta membasuh bersih fikiranku yang penat ini.

Larut dalam lamunan masing-masing, tanpa disadari kami telah sampai pada resto yang cukup besar di pinggir pantai. Desing interior pada resto itu cukup memukau. Dengan nuansa dinding yang serba putih, dihiasi dengan berbagai macam karang warna warni yang membentuk sebuah lukisan menawan. Ditemani oleh bangku-bangku panjang bersama taplak bersih dan karangan bunga diatasnya, membuat resto ini terkesan berkelas. Aku memang tidak pernah salah pilih tempat!

Kami sempat menganga kagum melihat suasana resto ini dengan atensi yang berkelana ke seluruh penjuru gedung berkelas itu, lalu kak Arron bertanya “Kau serius ingin mentraktir ku di resto mewah ini?”

Aku mengangguk yakin sambil tersenyum manis dan menjawab “Kebetulan pengunjung kedaiku dan Leo bulan ini sangat ramai hingga kami bisa mendapatkan hasil lebih besar dari kedai tempat kami bekerja sebelumnya, kemarin niatnya aku ingin mengajak Taira makan siang bersama di resto namun ia menolak keras dengan alasan lebih suka rasa masakanku ketimbang masakan di resto manapun. Jadi hari ini aku masih bisa mentraktir kak Arron, pesan saja apapun yang anda suka.”

“Baru satu bulan membuka usaha kuliner sendiri saja kalian sudah mampu memikat banyak pengunjung!? Setelah sebelumnya kalian terkena tuduhan meracuni pelanggan di kedai asal kalian? Bukankah itu hal yang tidak masuk akal?” Tanya kak Arron secara bertubi-tubi, masih meragukan kejujuranku.

“Entah ya, kasus itu kan hanya berupa tuduhan tanpa bukti yang kuat. Kurasa pemikiran para pelanggan terhadap kasus tersebut cukup beragam? Seperti ada yang percaya dengan tuduhan itu dan tak ingin lagi makan di kedai baru kami, ada juga yang tidak percaya dan tetap ingin menjadi pelanggan setia dimanapun kami berada. Lagi pula, rumah Leo itu tempat yang sangat strategis untuk wisata kuliner,” jawabku panjang lebar menguraikan isi kepalaku akan kasus racun itu.

“Begitu rupanya? Beruntung sekali kalian masih memiliki pelanggan setia,” pujinya entah itu bermaksud kagum atau iri.

“Sudahlah, kak Arron ingin pesan apa?” Tanyaku kembali pada rencana awal mentraktirnya sambil tersenyum ramah.

“Sudah jelas kan?” Jawabnya lantang.

...***...

Setengah jam berlalu, dua buah hidangan juga minuman pun hadir pada meja indah dihadapan kami. Tampak satu porsi nasi panas yang dibalur mentega dan saus tomat dengan potongan-potongan sayur segar seperti wortel buncis rebus juga timun dan tomat diatasnya, tak lupa secangkir susu murni hangat di atas meja dekatku. Sudah jelas itu adalah menu yang ku pesan! Aku tertarik dengan menu unik yang belum pernah ku temui sebelumnya.

Sedangkan menu yang kak Arron pesan adalah nasi ikan kakap, dan sesuai dugaanku ia memesan satu botol minuman beralkohol. Pria ini! Sepertinya jika alkohol bisa menjadi manusia, ia akan bercinta dengan manusia itu. Aku bahkan membayangkan wujud minuman beralkohol jika menjadi manusia, seperti wanita tinggi langsing dengan rambut hitam panjang bergelombang, dan gaun indah berwarna hijau. Sungguh imajinasi yang cukup liar.

“Mau sampai kapan lomba bisu terus!? Makanannya sudah tersaji, jadi ayo makan dan ceritakan padaku tentang informasi menarik yang kau katakan sebelumnya!” Sentak pria tinggi berambut tebal berantakan dibangku hadapanku ini, berhasil membuyarkan rangkaian imajinasiku. Ia bercumbu dengan lubang botol hijau pada genggamannya lalu menelan beberapa mili cairan di dalam botol tersebut dengan nikmat.

“Sebelumnya saya ingin bertanya, siapa yang meminta anda untuk mencari tahu tentang kasus pelanggan yang keracunan itu?” Tanyaku dengan ramah sambil menyuapkan nasi mentega yang ku pesan ke dalam mulutku, menyicipi rasanya dan terkejut dengan kenikmatannya yang luar biasa. Aku mulai fokus pada topik utama yang sedari tadi ingin ku selesaikan.

“Apa maksudmu? Kan aku sudah bilang bahwa dia adalah orang yang seperti keluarga bagiku!” Jawabnya masih menolak untuk berkata jujur.

“Begitu? Lalu orang itu adalah laki-laki atau perempuan?” Tanyaku dengan tenang mencoba menguji kejujurannya.

“Kau bilang korbannya adalah cowok kan!?”

“Kok nanya balik ke aku sih? Bukankah anda yang lebih mengenal korban itu? Mengapa anda mempercayai perkataanku begitu saja malam itu?” Tanyaku masih mencoba menggiringnya agar berkata jujur. Jika lisannya masih tak bisa juga mengatakan kejujuran, setidaknya aku bisa mendengarnya dari suara batin.

Atensiku tak pernah lepas dari pria tinggi yang gemar sekali meminum dari botol hijau di hadapanku. Mimik wajahnya sungguh menarik untuk ku perhatikan dengan lekat. Pupilnya yang mengecil diantara matanya yang membola besar, kulitnya seketika menghujani salju putih yang dingin hingga bibirnya membiru, peluh membanjiri seluruh tubuhnya. Tampak dengan jelas bahwa kak Arron kini telah dilanda rasa panik dan kebingungan yang mendalam.

“Apa ini!? Jadi yang benar korbannya perempuan atau laki-laki? Dia sedang mencoba mengecoh ku? Apa yang ia katakan malam itu kebohongan? Ia menguji kejujuranku dengan cara memutar balikkan data tentang kasus itu? Kenapa aku bodoh sekali tidak memastikan kebenaran datanya terlebih dahulu? Sekarang aku harus jawab apa? Sial! Aku salah perhitungan! Rupanya targetku yang kali ini tak mudah untuk ditaklukkan.”

Terdengar rentetan pertanyaan didalam hatinya yang berkecambuk, membuatku semakin yakin bahwa ia sedang berusaha menutupi sesuatu dariku. Uuhh senangnya! Aku tak menyangka bahwa kemampuan yang awalnya ku kira menyebalkan dan menggangguku itu, rupanya bisa menjadi sangat berguna juga. Sekarang aku bisa dengan mudah mendeteksi kejujuran atau kebohongan seseorang yang sedang berhadapan denganku. Sungguh kemampuan yang luar biasa.

Kak Arron menghela nafas pasrah sebelum bertanya “Apa yang kau inginkan?”

Aku tersenyum manis sambil menjawab “Kejujuran anda. Saya bisa menyadari setiap kebohongan anda sejak awal. Bahkan perihal nama pun anda berbohong, kan?”

“Kau? Siapa kau sebenarnya!?”

“Picho.”

“Tidak, aku tahu namamu! Yang aku tanyakan adalah tentang jati dirimu!”

“Koki.”

“Maksudku adalah, manusia atau koki jenis apa dirimu ini!?”

Aku tertawa kecil mendengar pertanyaan aneh dari kak Arron, lalu terfikirkan sebuah ide menarik di benakku. “Apa ini? Tegang sekali suasana di sini! Kita ini sedang makan siang bersama kan? Aku punya ide agar suasananya menjadi lebih santai. Bagaimana jika kita bermain Truth to Truth?” Usulku.

“Kau kira usia berapa kita, masih bermain hal seperti itu!?”

“Anda membutuhkan informasi, kan? Saya pun membutuhkannya. Jadi mari kita saling memberi informasi dengan bermain game ini! Ku rasa tidak ada pihak yang dirugikan di sini?” Aku berusaha membujuknya agar mengikuti jalan permainanku.

“Maksudmu, kau akan menjawab pertanyaanku dengan jujur jika aku juga menjawabmu dengan jujur, begitu?”

“Rupanya alkohol memang membuatmu menjadi jauh lebih cerdas ya? Menarik sekali!” Riang ku.

Lagi, kak Arron menghela nafas pasrah untuk kedua kalinya, lalu ia berkata “Yasudah, informasi apa yang ingin kau korek dariku?” Kadar gula dalam senyumanku semakin bertambah mendengar pria yang pandai sandiwara ini akhirnya mau juga masuk dalam permainanku.

Terpopuler

Comments

DEAD ACCOUNT

DEAD ACCOUNT

Like nya makin ke sini makin sedikit/Sweat/

2024-10-28

1

DEAD ACCOUNT

DEAD ACCOUNT

Owalah, ini yang kamu sebutin sebelum nya ya?

2024-10-28

1

lihat semua
Episodes
1 01. Bisikan Misterius
2 02. Penampakan Misterius
3 03. Sedikit Interogasi
4 04. Informasi Buntu
5 05. Mencoba Melupakan
6 06. Tragedi Baru
7 07. Mencari Jawaban
8 08. Misteri Baru
9 09. Arwah Nakal!
10 10. Keraguan Polisi
11 11. Penyelidikan Detektif
12 12. Interogasi Dadakan
13 13. Strategi Pengintaian
14 14. Misteri Kencan?
15 15. Perbincangan Tegang
16 16. Perang Sandiwara
17 17. Truth to Truth
18 18. Dare of Dare
19 19. Autopsi dan Saksi
20 20. Menegakkan Keadilan
21 21. Sebuah Keputusan
22 22. Api Es
23 23. Misteri Topeng
24 24. Teka-teki Menarik
25 25. Rubah Putih
26 26. Bisakah Disalahkan?
27 27. Kawan, Lawan?
28 28. Bola Cokelat
29 29. Sebuah Penyelamatan
30 30. Undangan Kencan?
31 31. Pencarian Tertemui
32 32. Karena Nama
33 33. Mencari Identitas
34 34. Keluarga Baru
35 35. Cerita Sesungguhnya
36 36. Think Midnigth
37 37. Think Midnigth (2)
38 38. Bekas Semalam
39 39. Sedikit Pertikaian
40 40. Pelanggan Aneh
41 41. Menjalankan Rencana
42 42. Ketegangan Baru
43 43. Makna Pisau
44 44. Melepas Gelar
45 45. Eine Kleine
46 46. Live Music
47 47. Sebuah Firasat
48 48. Pemandangan Terburuk
49 49. Jawaban Misteri
50 50. Dejavu
51 51. Resah Menanti
52 Thanks for 200+ Readers!
53 Rasa Rindu
54 Hilang!?
55 You Are Mine [Special Episode]
56 Kunjungan
57 Interogasi Sungguhan
58 Melepas Rindu
59 Membuat Lagu
60 Tak Berharap
61 Kabar Buruk
62 Adu Argumen
63 Sorry.
64 Update?
65 Pengumpulan Bukti
66 Mengungkit Kasus Lama
67 Memeriksa Kembali
68 Kenangan Hujan
69 Perbandingan Masa
70 Belum Tertemui
71 Special Thanks 300+ Readers!
72 Data Sejarah
73 Penyesuaian Data
74 Perang Dingin
75 Hanya Kepiting
76 Arti Hidup
77 Hal Rumit
78 Keputusan Gila
79 Rencana Gila
80 Bertukar Peran
81 Sedikit Jawaban
82 Kebohongan Dan Kejujuran
83 Anggota Baru
84 Mencari Rumah
85 Hampir Terbongkar
86 Ancaman Tegang
87 Mencoba Menghibur
88 Menyimpan Rahasia
89 Arron vs Iron
90 Menyusun Naskah
91 Menjalankan Skenario
92 Mendapat Kepercayaan
93 Pencarian & Pertemuan
94 Rahasia dari Pelarian
95 Hiatus, Lagi?
96 Julian’s Day (Special Thanks 600+Readers)
97 Leo Life
98 Naskah Penebusan Salah
99 Tidak Mudah!
100 Kembali Terulang
101 Gemerlap dalam Gelap
102 Mencari Identitas
103 Jati Diri Sejati
104 Es Mencair
105 Misteri yang Terlupakan
106 Topeng Usang
107 Aktor Tanpa Panggung
108 Peta Harta
109 Ketulusan Mengerikan
Episodes

Updated 109 Episodes

1
01. Bisikan Misterius
2
02. Penampakan Misterius
3
03. Sedikit Interogasi
4
04. Informasi Buntu
5
05. Mencoba Melupakan
6
06. Tragedi Baru
7
07. Mencari Jawaban
8
08. Misteri Baru
9
09. Arwah Nakal!
10
10. Keraguan Polisi
11
11. Penyelidikan Detektif
12
12. Interogasi Dadakan
13
13. Strategi Pengintaian
14
14. Misteri Kencan?
15
15. Perbincangan Tegang
16
16. Perang Sandiwara
17
17. Truth to Truth
18
18. Dare of Dare
19
19. Autopsi dan Saksi
20
20. Menegakkan Keadilan
21
21. Sebuah Keputusan
22
22. Api Es
23
23. Misteri Topeng
24
24. Teka-teki Menarik
25
25. Rubah Putih
26
26. Bisakah Disalahkan?
27
27. Kawan, Lawan?
28
28. Bola Cokelat
29
29. Sebuah Penyelamatan
30
30. Undangan Kencan?
31
31. Pencarian Tertemui
32
32. Karena Nama
33
33. Mencari Identitas
34
34. Keluarga Baru
35
35. Cerita Sesungguhnya
36
36. Think Midnigth
37
37. Think Midnigth (2)
38
38. Bekas Semalam
39
39. Sedikit Pertikaian
40
40. Pelanggan Aneh
41
41. Menjalankan Rencana
42
42. Ketegangan Baru
43
43. Makna Pisau
44
44. Melepas Gelar
45
45. Eine Kleine
46
46. Live Music
47
47. Sebuah Firasat
48
48. Pemandangan Terburuk
49
49. Jawaban Misteri
50
50. Dejavu
51
51. Resah Menanti
52
Thanks for 200+ Readers!
53
Rasa Rindu
54
Hilang!?
55
You Are Mine [Special Episode]
56
Kunjungan
57
Interogasi Sungguhan
58
Melepas Rindu
59
Membuat Lagu
60
Tak Berharap
61
Kabar Buruk
62
Adu Argumen
63
Sorry.
64
Update?
65
Pengumpulan Bukti
66
Mengungkit Kasus Lama
67
Memeriksa Kembali
68
Kenangan Hujan
69
Perbandingan Masa
70
Belum Tertemui
71
Special Thanks 300+ Readers!
72
Data Sejarah
73
Penyesuaian Data
74
Perang Dingin
75
Hanya Kepiting
76
Arti Hidup
77
Hal Rumit
78
Keputusan Gila
79
Rencana Gila
80
Bertukar Peran
81
Sedikit Jawaban
82
Kebohongan Dan Kejujuran
83
Anggota Baru
84
Mencari Rumah
85
Hampir Terbongkar
86
Ancaman Tegang
87
Mencoba Menghibur
88
Menyimpan Rahasia
89
Arron vs Iron
90
Menyusun Naskah
91
Menjalankan Skenario
92
Mendapat Kepercayaan
93
Pencarian & Pertemuan
94
Rahasia dari Pelarian
95
Hiatus, Lagi?
96
Julian’s Day (Special Thanks 600+Readers)
97
Leo Life
98
Naskah Penebusan Salah
99
Tidak Mudah!
100
Kembali Terulang
101
Gemerlap dalam Gelap
102
Mencari Identitas
103
Jati Diri Sejati
104
Es Mencair
105
Misteri yang Terlupakan
106
Topeng Usang
107
Aktor Tanpa Panggung
108
Peta Harta
109
Ketulusan Mengerikan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!