04. Informasi Buntu

Aku membonceng siswi yang banyak tanya di kedaiku tadi, menggunakan sepeda kesayanganku yang setia menemani sejak aku berusia kira-kira sedikit lebih muda dari wanita yang ku bonceng ini. Tadinya aku memang ingin mengajaknya makan siang di kedai dekat sini, namun dengan kekhawatiran akan ada pnghuni kedai tempatku bekerja yang niat menyusul untuk menyadap pembicaraan kami, aku memutuskan untuk membawa siswi berotak kritis ini untuk makan di caffe yang lebih jauh dari sini.

10 menit perjalanan yang harus ku tempuh dengan sepeda untuk makan siang bersama sang siswi di caffe yang menurutku aman dan nyaman untuk berbincang. Tak lama setelah sampai pada caffe tersebut, aku mencari tempat duduk yang sepi agar tak ada yang mendengar percakapan kami, lalu mencari menu yang menurutku menarik untuk dicoba. Tak lupa memastikan menu yang diinginkan wanita yang belum ku ketahui namanya.

Tak ada yang aneh dengan kegiatan kami sejauh ini, hanya seperti dua orang yang ingin makan di caffe pada umumnya. Memesan makanan, lalu berbincang dengan perbincangan normal sambil menunggu pesanan kami siap disajikan. Tak lama menunggu, pesananpun hadir pada meja tempatku dan dia duduk berhadapan. Satu piring berisi nasi bersama tumis blumkol yang disiram dengan sedikit kuah susu, sudah jelas itu adalah menu pesananku. Aku bahkan pesan susu murni juga sebagai menu minuman.

Sedangkan wanita yang duduk di bangku hadapanku hanya memesan nasi goreng merah yang pasti rasanya sangat pedas, aku memandang ngilu pada menu pesanannya. Mengapa perempuan sangat menyukai makanan pedas? Bukankah itu sangat tidak sehat bagi tubuhnya? Dan lihatlah menu minuman yang ia pesan! Milk shake strawberry yang dingin hingga gelasnya terlihat membeku!? Sungguh membuatku menggigil!

“Kenapa menggigil kak? Apa megingat sesuatu yang mengerikan?” Tanyanya yang rupanya sedari tadi memperhatikan setiap perilakuku. Aku menggelengkan kepala pelan sambil tersenyum manis sebelum membuka suara.

“Tidak, aku hanya tak habis fikir dengan menu pesananmu itu. Apa makanan yang sangat pedas dan minuman dingin baik untuk kesehatanmu?” Jawabku santai, dan dilanjut dengan pertanyaan yang menggambarkan rasa khawatirku padanya.

“Aku justru heran dengan menu pesanan kak Picho, apa sayuran cocok disatukan dengan susu? Apa terlalu banyak susu tidak membuat perut kakak sakit?”

“Justru karena itulah aku tertarik menyicipi blumkol susu ini, dan soal kadar kandungan susu yang ku konsumsi asalkan bukan susu yang telah kadaluarsa dan dikonsumsi dengan jumlah yang tak berlebihan, kurasa akan aman. Aku hari ini baru minum susu satu kali saat sarapan,” jawabku dengan riang.

“Baiklah, sepertinya kakak memang paling paham dengan makanan sehat. Tidak sepertiku yang sembarangan makan hanya karena aku suka,” sahutnya, mulai mengerti dengan apa yang kusampaikan.

“Sudahlah, apa murid SMA sepertimu punya banyak waktu istirahat untuk makan siang dan berbincang lama denganku? Berapa lama waktu yang bisa kita habiskan untuk membahas sesuatu yang hanyut di sungai itu?”

“Aku sengaja mengajukan surat izin pada guru untuk menyelidiki kasus ini. Dengan kata lain, aku memiliki banyak waktu untuk membahasnya hingga tuntas.”

Aku menghela nafas sejenak lalu berkata “Bakilah, silahkan tanya apapun hingga anda puas, nona,” sambil tersenyum manis.

“Mengapa kak Picho selalu tenang dan tersenyum manis seperti itu? Apa kakak tidak takut ketahuan?”

“Ketahuan apa?” Tanyaku singkat sambil memiringkan kepala, heran dengan pertanyaan wanita ini.

“Langsung jujur saja kak, toh disini juga sepi. Kak Picho yang telah membunuh Cika, kan?” Ternyata benar dugaanku, dia salah paham.

“Atas dasar apa, anda menuduhku demikian, nona?” Tanyaku ingin mengetahui lebih dalam tentang jalan fikirannya.

“Namaku Rika, berhenti memanggilku ‘nona’ seperti itu!”

“Baiklah, dek Rika. Mulai sekarang kita berbicara santai saja ya, apa yang membuatmu menuduhku seperti itu?”

“Aku tadi pagi melihat kak Picho meninggalkan Cika di pinggir sungai dan lari dengan tergesah-gesah menaiki sepeda,”

“Hanya karena itu?”

“Aku juga melihat reaksi panik dari kak Picho saat ku tanya mendetail tentang kronologi jatuhnya kakak dari sepeda semalam, lagi pula aku tahu arah pulang kak Picho ke rumah, dan tak kulihat satupun hal yang bisa membuat kakak terluka separah ini. Dari hal tersebut, bisa ku pastikan bahwa jawaban kak Picho di kedai tadi adalah kebohongan!” Terang Rika dengan rinci, menjelaskan sudut pandagnya.

Mengerikan! Ia bahkan tahu jalan pulang ku!? Sudah berapa lama ia membuntuti ku? Siapa dia sebenarnya? Penggemar rahasiaku? Aku mulai merasa takut denganya. Sepertinya aku harus lebih berhati-hati lagi dalam menjawab pertanyaanya setelah ini.

“Baiklah, Rika yang cerdas. Ku akui, aku memang sedikit berbohong tentang ‘perjalanan pulang.’ Tapi bukan berarti yang kukatakan disana seluruhnya adalah kebohongan,” jawabku mulai jujur padanya.

“Jelaskan kronologinya dari malam hingga jasad Cika secara lengkap dan jujur!”

“Semalam saat aku beranjak pulang, ku lihat pria tinggi dengan pakaian serba hitam dan topeng rubah putih menggotong temanmu itu di pundaknya, dengan keadaan leher siswi yang kau panggil Cika setengah terputus. Aku sudah mencoba mengejar pria itu dan menahan untuk menghentikan langkahnya, tapi—,” aku terdiam sejenak, bingung harus melanjutkannya seperti apa. Apa ia akan percaya jika ku ceritakan yang sesungguhnya?

“Tapi apa?” Tanyanya menanti kelanjutan ceritaku. Tenang, Picho. Jangan terlihat mencurigakan dan semakin membuatnya salah paham. Fikirkan jawabannya dengan kepala dingin.

“Tapi aku—,” jawabku yang lagi-lagi terhenti karena mencari kata yang pas untuk ku ucapkan.

“Jawab dengan jelas! Jangan membuatku semakin ragu padamu!” Sentaknya.

“Tapi aku gagal menghentikannya, sepedaku oleng saat ku mencoba menarik lengannya, lalu aku jatuh ke perkebunan yang sudah menyatu dengan hutan di dekat gunung. Kakiku terkilir, badanku tertimpa sepeda, dan wajahku tergores tumbuhan-tubuhan berduri di perkebunan itu, juga kepalaku yang terbentur keras ke arah pohon. Aku tak mampu beranjak untuk mengejar pria itu lagi, aku hanya bisa terpejam kesakitan dan membiarkannya lari menuju gunung hingga menghilang.” Aku mulai kembali bercerita.

“Saat terbangun, aku sudah berada di kamarku, entah siapa yang membawaku pulang, dan entah mengapa ia tak sekalian membantu mengobati luka-lukaku hingga aku harus mengobatinya sendiri di pagi hari,” lanjutku menyelesaikan cerita yang ku rasa sudah terdengar cukup masuk akal, dengan harapan bisa memberikannya informasi yang memuaskan.

“Lalu mengapa kak Picho sempat terdiam ditengah cerita?”

“Aku sedih, aku merasa gagal karena tak bisa menyelamatkan temanmu. Padahal, kebahagiaan terbesarku adalah ketika aku bisa berguna bagi lingkungan sekitarku,” jawabku lesu.

“Dan kak Phico bertemu lagi dengan Cika dalam keadaan mengerikan tak bernyawa hanyut di sungai, lalu tak bisa melakukan apapun selain meninggalkannya di pinggir sungai, dan kabur dalam keadaa panik, begitu?” Tanya Rika memastikan kembali yang terjadi setelah itu sesuai dengan prediksinya. Aku hanya mengangguk pelan sebagai jawaban.

“Begitu rupanya? Sial, aku salah orang! Maaf telah menuduhmu yang tidak-tidak, terimakasih atas informasinya,” ucap Rika sambil memaksakan senyuman manisnya. Aku bisa merasakan dengan jelas, bahwa ia menyimpan kecewa didalam hatinya.

“Maaf tak bisa memberimu informasi lengkap tentang pembunuhnya, Rika. Aku juga kehilangan jejak pria kejam itu,” ujarku, merasa bersalah atas kegagalanku.

Rika menggelengkan kepala lalu berkata “Tidak, kak Picho sudah memberikanku banyak informasi yang berguna tentang pembunuh itu. Baju serba hitam, topeng rubah putih, berjalan ke arah gunung, pria itu pasti pembunuh berantai yang sedang diburon polisi sejak bulan lalu. Terimakasih ya, aku lega menemukan sedikit ciri-ciri pria tersebut.”

Usai makan siang bersama dan berbincang seputar pembunuhan berantai, aku dan Rika sepakat untuk melanjutkan kegiatan masing-masing. Aku yang kembali bekerja di kedai setelah mengantar kembali Rika pada tempat awal kami bertemu, juga Rika yang terus mencari tahu informasi lengkap tentang pembunuh berantai yang telah merenggut nyawa sahabatnya.

Lagi, hari ini juga adalah hari yang melelahkan bagiku setelah kemarin mengalami kecelakaan kecil dan harus memaksakan bekerja dalam ekadaan tubuhku yang masih sakit hari ini. Setelah jam tutup kedai, aku bergegas menuju sepedaku, berharap bisa pulang dengan tenang tanpa masalah, dan beristirahat hingga luka-lukaku pulih secara seutuhnya.

Namun meskipun aku berhasil sampai rumah dengan cepat dan selamat, tidur ku tetap saja tidak terasa nikmat. Mengingat para bisikan-bisikan berisik yang setia menghantui setiap malam, ditambah lagi dengan suara fikiranku sendiri yang tak mengerti dengan segala hal yang terjadi pada hidupku belakangan ini. Mataku terus terjaga walau tubuhku terbaring di ranjang, membiarkan fikiranku berkelana.

Pening! Sekeras apapun aku mencari jawaban dari setiap misteri ini, hanya akan membawa kepalaku pada rasa sakit yang mendalam! Malam ini fikiranku buntu! Ku berusaha tidur dalam keadaan tersiksa. Mengapa hidupku jadi kacau seperti ini? Padahal aku selalu menebar kebaikan pada setiap orang, tapi sepertinya dunia tidak memberiku kebaikan yang sama!

Terpopuler

Comments

Mpit

Mpit

ga tau knp, gw ngerasa Phico punya kepribadian ganda,, nebak doang 🗿

2024-04-27

1

Mpit

Mpit

selagi enak ya gaskennn🗿

2024-04-27

1

lihat semua
Episodes
1 01. Bisikan Misterius
2 02. Penampakan Misterius
3 03. Sedikit Interogasi
4 04. Informasi Buntu
5 05. Mencoba Melupakan
6 06. Tragedi Baru
7 07. Mencari Jawaban
8 08. Misteri Baru
9 09. Arwah Nakal!
10 10. Keraguan Polisi
11 11. Penyelidikan Detektif
12 12. Interogasi Dadakan
13 13. Strategi Pengintaian
14 14. Misteri Kencan?
15 15. Perbincangan Tegang
16 16. Perang Sandiwara
17 17. Truth to Truth
18 18. Dare of Dare
19 19. Autopsi dan Saksi
20 20. Menegakkan Keadilan
21 21. Sebuah Keputusan
22 22. Api Es
23 23. Misteri Topeng
24 24. Teka-teki Menarik
25 25. Rubah Putih
26 26. Bisakah Disalahkan?
27 27. Kawan, Lawan?
28 28. Bola Cokelat
29 29. Sebuah Penyelamatan
30 30. Undangan Kencan?
31 31. Pencarian Tertemui
32 32. Karena Nama
33 33. Mencari Identitas
34 34. Keluarga Baru
35 35. Cerita Sesungguhnya
36 36. Think Midnigth
37 37. Think Midnigth (2)
38 38. Bekas Semalam
39 39. Sedikit Pertikaian
40 40. Pelanggan Aneh
41 41. Menjalankan Rencana
42 42. Ketegangan Baru
43 43. Makna Pisau
44 44. Melepas Gelar
45 45. Eine Kleine
46 46. Live Music
47 47. Sebuah Firasat
48 48. Pemandangan Terburuk
49 49. Jawaban Misteri
50 50. Dejavu
51 51. Resah Menanti
52 Thanks for 200+ Readers!
53 Rasa Rindu
54 Hilang!?
55 You Are Mine [Special Episode]
56 Kunjungan
57 Interogasi Sungguhan
58 Melepas Rindu
59 Membuat Lagu
60 Tak Berharap
61 Kabar Buruk
62 Adu Argumen
63 Sorry.
64 Update?
65 Pengumpulan Bukti
Episodes

Updated 65 Episodes

1
01. Bisikan Misterius
2
02. Penampakan Misterius
3
03. Sedikit Interogasi
4
04. Informasi Buntu
5
05. Mencoba Melupakan
6
06. Tragedi Baru
7
07. Mencari Jawaban
8
08. Misteri Baru
9
09. Arwah Nakal!
10
10. Keraguan Polisi
11
11. Penyelidikan Detektif
12
12. Interogasi Dadakan
13
13. Strategi Pengintaian
14
14. Misteri Kencan?
15
15. Perbincangan Tegang
16
16. Perang Sandiwara
17
17. Truth to Truth
18
18. Dare of Dare
19
19. Autopsi dan Saksi
20
20. Menegakkan Keadilan
21
21. Sebuah Keputusan
22
22. Api Es
23
23. Misteri Topeng
24
24. Teka-teki Menarik
25
25. Rubah Putih
26
26. Bisakah Disalahkan?
27
27. Kawan, Lawan?
28
28. Bola Cokelat
29
29. Sebuah Penyelamatan
30
30. Undangan Kencan?
31
31. Pencarian Tertemui
32
32. Karena Nama
33
33. Mencari Identitas
34
34. Keluarga Baru
35
35. Cerita Sesungguhnya
36
36. Think Midnigth
37
37. Think Midnigth (2)
38
38. Bekas Semalam
39
39. Sedikit Pertikaian
40
40. Pelanggan Aneh
41
41. Menjalankan Rencana
42
42. Ketegangan Baru
43
43. Makna Pisau
44
44. Melepas Gelar
45
45. Eine Kleine
46
46. Live Music
47
47. Sebuah Firasat
48
48. Pemandangan Terburuk
49
49. Jawaban Misteri
50
50. Dejavu
51
51. Resah Menanti
52
Thanks for 200+ Readers!
53
Rasa Rindu
54
Hilang!?
55
You Are Mine [Special Episode]
56
Kunjungan
57
Interogasi Sungguhan
58
Melepas Rindu
59
Membuat Lagu
60
Tak Berharap
61
Kabar Buruk
62
Adu Argumen
63
Sorry.
64
Update?
65
Pengumpulan Bukti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!