19. Autopsi dan Saksi

[Arron/Julian]

Sang surya memancarkan cahaya yang luar biasa terang, namun tak cukup untuk mencairkan hatiku yang membeku akibat dinginnya fikiranku saat ini. Peluh memang mengalir dari pelipisku namun itu terasa seperti air es yang mencair setelah menjadi salju sebelumnya, mungkin saja kulitku sudah serupa dengan warna salju dan bibirku sebiru laut yang membeku. Fikiranku benar-benar kacau siang ini.

Saat usai memeriksa mental di psikolog dan memutuskan bahwa Picho adalah pemenangnya atas saran dari perempuan yang sembarang ku hentikan di jalan, juga membiarkan pria tinggi dengan tahi lalat di pipi kirinya itu pamit untuk melanjutkan pekerjaannya yang tertunda di kedai. Aku melangkah tanpa arah tujuan pasti dengan jiwa dan fikiran yang berkelana di lingkaran pertanyaan tak kunjung terpecahkan.

Sebenarnya apa yang sedang terjadi di sini? Mengapa psikolog itu tidak menentukan siapa yang salah dan benar diantara kami? Apa dia terlalu netral hingga takut menyalahkan salah satu pasiennya? Tapi jika psikolog itu bisa melihat Taira juga berarti ada yang tak beres denganku dong? Mengapa dia tidak menyalahkan ku dan malah memberikan alasan yang tak masuk akal!?

Tunggu, apa!? Bicara tentang hal yang tak masuk akal, aku jadi teringat tentang perkataan Picho saat pertama kali bertemu di kedai yang juga adalah rumah Leo malam itu. Ia sempat mengatakan bahwa dunia ini memang penuh dengan hal yang tidak masuk akal, contohnya adalah ketika fikiranku yang akan jernih ketika meminum alkohol dimana orang pada umumnya justru akan semakin kacau jika meminum minuman tersebut. Dan sekarang aku mendengar hal yang tidak masuk akal lagi dari psikolog. Apa aku memang harus berdamai dengan hal yang tidak masuk akal tersebut?

Baiklah, anggap saja hal yang tidak masuk akal itu memang ada! Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang? Mencari tahu lebih dalam tentang hal yang aku tak mengerti ini? Jangan bercanda! Ini terlalu rumit dan memakan banyak waktu! Yang ada aku keburu dipecat atau dicurigai juga berkomplotan dengan pembunuh itu oleh pak pimpinan jika kasus ini tidak segera selesai! Aku harus bekerja lebih cepat dari detektif tak becus itu!

Sepertinya aku harus mengesampingkan dulu tentang hal yang tak logis ini dan fokus mencari cara lain untuk membuktikan bahwa koki itulah pelaku pembunuhnya, jika memang bukan mereka pembunuh berantai itu setidaknya mereka adalah orang yang telah meracuni pelanggan di kedai lamanya tersebut. Memang aku sudah terkesan melenceng dari tugas utamaku menyelidiki tentang detektif tak becus itu, namun entah mengapa kasus ini erat hubungannya dengan perempuan itu.

Sekarang tinggal memikirkan strategi lain untuk mencari bukti bahwa koki itu bersalah. Aku memandang langit untuk mencari ide strategi apa yang akan kulakukan kali ini, namun hanya melihat papan reklame minimarket yang menghalangi langit. Seketika langkahku terhenti dan kepalaku menoleh ke arah pintu masuk mini pmarket tersebut, lalu tersenyum lebar.

...***...

Cesss! Suara soda yang meluap dari kaleng bir setelah ku buka saat aku barus aja keluar dari minimarket tempatku membelinya tadi. Ku teguk tiga kali air dari dalam kaleng itu dan merasakan seolah isi kepalaku terbanjur bersih olehnya, seketika fikiranku jadi lebih jernih dan tenang setelah meminum bir tersebut. Lagi, ku tatap langit biru cerah yang kali ini tidak terlhalang oleh apapun. Ku telusuri lagi ide dalam fikiranku yang akan membawa pada strategi terbaik.

Mencari bukti langsung dari tempat perkara terjadi sudah, mencari bukti dari tersangka juga sudah, sekarang harus mencari bukti dari mana lagi? Ah benar juga! Ini kan kasus pembunuhan, pasti korban didiagnosis tewas akibat racun setelah melewati proses autopsi! Mengapa aku tidak melihat hasil autopsinya saja agar tahu lebih jelas informasi terkait cara korban menelan ajal!?

Informasi tentang gender korbannya saja aku tidak tahu, bagaimana bisa aku menyelesaikan kasus ini tanpa mengerti hal yang sangat mendasar seperti itu!? Dasar Julian bodoh! Bukannya fokus pada keadaan korban, kau malah terlalu sibuk dan membuang waktuku untuk mengintai para koki itu. Fokuslah pada tujuanmu, Julian. Fokus!

Aku melanjutkan langkahku menuju rumah sakit tempat korban diautopsi yang sempat diberitahukan pemilik kedai saat aku investigasi ke tempat perkara terjadi beberapa hari lalu. Ku coba temui dokter yang mengautopsi korban untuk menanyakan beberapa hal terkait kondisi korban, untungnya dokter tersebut tidak sedang sibuk dan bisa berbincang lama denganku.

Pria muda berkacamata yang tampan dan semakin terlihat gagah dengan baju rapi serba putihnya, mempersilahkan ku masuk pada ruangan pribadinya sambil tersenyum ramah. Dia yang mengautopsi jasad korban yang meninggal bulan lalu? Muda sekali wajahnya! Apakah ilmu dan pengalamannya sudah memadai untuk menanggapi kasus serius seperti ini? Aku jadi sedikit ragu padanya.

“Silahkan duduk kak… maaf siapa nama anda?” Ucap dokter tersebut mempersilahkan ku duduk dan dilanjut menanyakan namaku.

“Arron,” jawabku singkat.

“Baik kak Arron, perkenalkan nama saya Ilan. Ada yang bisa saya bantu?”

“Apa benar kau yang mengautopsi korban yang keracunan makanan di kedai Lyly Lavender bulan lalu?” Tanyaku tanpa mempedulikan perkenalan namanya yang sama sekali ku tanyakan.

“Benar sekali, dan apa maksud kedatangan kemari untuk menanyakan keadaan korban tersebut? Apa anda adalah kerabat korban?”

“Bukan, aku orang yang ditugaskan untuk menyelidiki terkait kasus tersebut,” jawabku jujur tanpa bermain peran, karena aku membutuhkan informasi yang jujur juga dari dokter ini.

“Baiklah, apa yang ingin anda tanyakan terkait korban tersebut?”

“Pertama saya ingin menanyakan tentang gender dan nama korban,” aku mulai membahas hal yang paling penting tanpa basa-basi.

“Korban adalah wanita berinisial R, untuk nama detailnya saya tidak bisa sampaikan karena itu adalah privasi keluarga korban,” jawabnya yang kurang lengkap dan justru menambah pertanyaan di benakku.

Jadi korbannya itu perempuan!? Sialan! Picho benar-benar cerdas bisa mempermainkan mentalku dengan tipuan murahannya! Dia benar-benar telah menjebak ku dalam permainannya, bodoh sekali aku mudah percaya dengannya malam itu! Kenapa tidak aku pastikan lebih dulu sebelum melanjutkan rencanaku terhadapnya!?

Jika sudah begini aku jadi keburu ketahuan duluan dan tak punya muka dihadapannya! Bagaimana ini!? Tenang, Julian. Masih ada cara lain untuk mengungkap kebenaran walau identitasmu sudah diketahui oleh pria tinggi itu. Ayo kembali pada hal penting yang harus dicari lagi.

“Setelah diautopsi, apa yang kau temukan tentang penyebab kematiannya?”

“Saya melihat terdapat gumpalan besar dan lengket serupa kiju yang merekat pada lambungnya hingga pencernaan korban terganggu. Diduga bahwa gadis itu sebelumnya mengonsumsi buah-buahan bersama dengan susu secara berlebihan, buah memang tidak baik jika disatukan dengan susu. Dugaan ini diperkuat dengan pengakuan dari keluarga korban yang mengatakan bahwa korban gemar sekali meminum Milkshake Strawberry dingin bercampur juga dengan makanan yang teramat pedas,” terang Ilan menyampaikan hasil autopsinya.

“Selain gumpalan lengket, saya juga menemukan iritasi yang cukup parah didalam perutnya seolah sering diisi dengan makanan yang teramat pedas. Makan pedas, buah, dicampur susu tambah parah lah kerusakan pada pencernaannya. Sayangnya keluarga korban tidak memahami akan cara mengatur pola makan sehat, hingga putrinya tercinta harus mengakhiri hidupnya saat sembarangan makan di kedai tersebut akibat luka pada pencernaannya yang sudah terlalu parah dan tak pernah mendapati tindakan pengobatan,” lanjutnya menyelesaikan penjelasannya.

“Jadi intinya korban wafat bukan karena racun, tapi perpaduan makanan yang berbahaya dan ia konsumsi secara rutin. Kebetulan korban itu mengalami sakit yang teramat parah hingga nyawanya tak terselamatkan ketika sedang sembarangan makan di kedai tersebut, begitu?” Tanyaku mencoba menyimpulkan seluruh penjelasan Ilan yang panjang lebar itu.

“Betul sekali!” Jawabnya yakin.

“Baik, terimakasih atas informasinya. Saya akan melanjutkan penyelidikan kasus ini pada rumah keluarga korban, apa kau punya alamat rumahnya?”

“Ada, namun saya tidak yakin bahwa keluarga korban masih tinggal di situ, mengingat kasus kepergian anaknya tercinta yang telah terjadi cukup lama yaitu satu bulan. Mereka mungkin sudah pindah rumah karena terpuruk kehilangan anaknya dan ingin nyepi,” jawab dokter yang bernama Ilan itu.

“Tak apa, berikan saja alamatnya. Tidak akan tahu jika belum mencoba datang ke sana,” jawabku dengan serius dan menggebu.

Ilan mulai mengambil secarik kertas dan sebuah alat tulis lalu menuliskan alamat keluarga korban tinggal, tak lama setelahnya ia memberikan kertas itu padaku sambil tersenyum ramah. Akupun pamit undur diri dan melanjutkan perjalananku menuju alamat yang tertulis sambil meminum bir yang belum sempat ku habiskan.

...***...

Setelah satu jam berjalan kaki dibawah langit yang mulai dipenuhi awan hitam, sampailah jua aku pada alamat yang ditulis oleh dokter Ilan tersebut. Ku tatap rumah yang cukup besar namun tidak lebih besar dari rumahku yang ada dihadapanku ini. Jika dibandingkan dengan rumahku, rumah ini besarnya lebih kearah samping, sedangkan rumahku besarnya ke atas karena lantai bertingkat.

Perlahan ku langkahkan kakiku mendekati rumah besar tingkat satu itu dengan degup jantung yang tak beraturan bercampur rasa harap jika keluarga korban masih ada di rumahnya. Mengapa aku jadi gugup seperti ini? Sejak kapan aku mudah gugup saat menjalani tugas penyelidikan? Apa karena kasus ini lebih rumit dari yang ku kira? Aku jadi harus menghabiskan banyak tenaga untuk memikirkan tentang kasus ini? Seketika kakiku menjadi lemas, namun tetap ku paksakan untuk melangkah.

Aku sempat menghela nafas untuk menenangkan diri sebelum mengangkat tangan gemetar ku ini mengetuk pintu. Belum sempat aku mengetuk, pintunya sudah dibuka oleh seseorang dari balik pintu dan itu cukup untuk membuatku sedikit terloncat karena terkejut. Nampak perempuan paruh baya yang wajahnya pucat tak berenergi, matanya juga sembab seperti menangis sepanjang hari, namun ia masih memaksan diri untuk tersenyum lemas.

“Maaf, cari siapa ya dek?” Tanya wanita yang wajahnya sudah dipenuhi kerutan itu.

“Perkenalkan, nama saya Arron. Saya adalah detektif yang ditugaskan untuk menyelidiki kasus tewasnya pelanggan kedai berinisial R akibat keracunan makanan bulan lalu. Apakah benar ini rumah keluarga korban terkait?”

“Benar, nak Arron. Saya adalah ibu dari korban tersebut.”

“Maaf sebelumnya, boleh saya minta waktunya untuk mencari kesaksian akan kronologi tersebut?”

“Boleh, silahkan masuk dek. Kita bicara di dalam saja,” ibu itu menarik tanganku untuk masuk bersamanya.

Meski setiap ruangan pada rumah ini sangatlah gelap seolah telah lama tak dirawat dengan baik, mata elangku masih bisa melihat dengan jelas interior rumah ibu dari korban tersebut. Retinaku mengedar dan menangkap banyak bingkai foto yang terpajang di setiap sudut ruangan, foto gadis SMA yang cukup tinggi dan cantik dengan wajah riangnya.

Tak sedikit aku temui fotonya yang sedang makan bersama keluarga atau kawan sebayanya, dan dari setiap foto itu aku selalu menemukan Ice Milkshake Strawberry yang setia berada dihadapan gadis itu. Sepertinya dia memang pecandu minuman dingin berbahan susu dan buah, atau mungkin pecinta strawberry, atau yang lebih mengerikannya lagi adalah dia seorang yang fanatik dengan warna merah. Dilihat dari warna pakaiannya yang selalu merah, juga warna makanan yang ia pesan juga sering kali bernuansa merah.

“Itu anak anda?” Tanyaku pada ibu dari korban tersebut.

“Iya, dia anak yang manis ya? Dia juga sangat berprestasi dan cerdas, tak jarang ia mendapat nilai sempurna dan rangking tertinggi di sekolahnya. Dia pandai bergaul dan mampu menguasai setiap bidang academyc atau non-academyc, nilai pelajaran seni dan musiknya juga bagus. Tapi sayangnya dia… dia harus….”

“Saya mengerti, tak perlu dilanjutkan,” selaku menghentikan cerita ibu yang sedang membanggakan anaknya itu sebelum ia terbawa suasana hati pilunya.

“Maaf, saya jadi terbawa suasana. Silahkan duduk, biar saya buatkan minuman.”

“Tak perlu, saya hanya sebentar di sini.”

“Baiklah, apa yang ingin dek Arron tanyakan seputar kasus itu?”

“Apa anda ada di lokasi saat putri anda keracunan?”

“Iya, malam itu adalah hari ulang tahunnya dan dia meminta untuk merayakan hari bahagia tersebut di kedai langganannya,” jawab sang ibu.

“Menu apa yang terakhir ia pesan?”

“Ia selalu memesan makanan pedas dan Milkshake Strawberry, ia bilang makanan itu menambah seleranya. Malam itu dia memesan kebab pedas bersama minuman kesukaannya.”

“Sudah berapa lama ia mengonsumsi perpaduan makanan seperti itu?”

“Sudah cukup lama, mungkin sejak tiga tahun lalu,” jawabnya menerka-nerka.

“Apa pernah ada keluhan sakit di pencernaan sebelumnya?”

“Soal itu, dia tidak pernah cerita apapun jika ia sakit. Mungkin dia sempat sakit tapi saya tidak terlalu menyadarinya,” sang ibu mulai menyesal karena kurang memperhatikan putrinya.

“Mungkin ini akan menjadi pertanyaan yang terakhir. Bagaimana reaksinya saat terakhir kali makan di kedai tersebut?”

“Dia memegangi perutnya yang sakit, wajahnya pucat, dan sempat beberapa kali memuntahkan darah. Saya mencoba membawanya ke dokter, namun saat sudah sampai sana nyawanya sudah tak ada.”

“Begitu rupanya, baiklah terimakasih atas kesaksian anda. Informasi ini akan sangat membantu bagi saya. Saya pamit undur diri,” ucapku sebelum pulang. Semua kesaksian dari dokter Ilan juga dari ibu korban sudah kucatat di memo dalam gawaiku untuk nanti kukumpulkan menjadi data laporan.

Terpopuler

Comments

Yuzu Airu

Yuzu Airu

lupa ya? Julian paling benci menggunakan bahasa formal. lah ini keceplosan bilang "saya" 😂

2024-10-17

0

lihat semua
Episodes
1 01. Bisikan Misterius
2 02. Penampakan Misterius
3 03. Sedikit Interogasi
4 04. Informasi Buntu
5 05. Mencoba Melupakan
6 06. Tragedi Baru
7 07. Mencari Jawaban
8 08. Misteri Baru
9 09. Arwah Nakal!
10 10. Keraguan Polisi
11 11. Penyelidikan Detektif
12 12. Interogasi Dadakan
13 13. Strategi Pengintaian
14 14. Misteri Kencan?
15 15. Perbincangan Tegang
16 16. Perang Sandiwara
17 17. Truth to Truth
18 18. Dare of Dare
19 19. Autopsi dan Saksi
20 20. Menegakkan Keadilan
21 21. Sebuah Keputusan
22 22. Api Es
23 23. Misteri Topeng
24 24. Teka-teki Menarik
25 25. Rubah Putih
26 26. Bisakah Disalahkan?
27 27. Kawan, Lawan?
28 28. Bola Cokelat
29 29. Sebuah Penyelamatan
30 30. Undangan Kencan?
31 31. Pencarian Tertemui
32 32. Karena Nama
33 33. Mencari Identitas
34 34. Keluarga Baru
35 35. Cerita Sesungguhnya
36 36. Think Midnigth
37 37. Think Midnigth (2)
38 38. Bekas Semalam
39 39. Sedikit Pertikaian
40 40. Pelanggan Aneh
41 41. Menjalankan Rencana
42 42. Ketegangan Baru
43 43. Makna Pisau
44 44. Melepas Gelar
45 45. Eine Kleine
46 46. Live Music
47 47. Sebuah Firasat
48 48. Pemandangan Terburuk
49 49. Jawaban Misteri
50 50. Dejavu
51 51. Resah Menanti
52 Thanks for 200+ Readers!
53 Rasa Rindu
54 Hilang!?
55 You Are Mine [Special Episode]
56 Kunjungan
57 Interogasi Sungguhan
58 Melepas Rindu
59 Membuat Lagu
60 Tak Berharap
61 Kabar Buruk
62 Adu Argumen
63 Sorry.
64 Update?
65 Pengumpulan Bukti
66 Mengungkit Kasus Lama
67 Memeriksa Kembali
68 Kenangan Hujan
69 Perbandingan Masa
70 Belum Tertemui
71 Special Thanks 300+ Readers!
72 Data Sejarah
73 Penyesuaian Data
74 Perang Dingin
75 Hanya Kepiting
76 Arti Hidup
77 Hal Rumit
78 Keputusan Gila
79 Rencana Gila
80 Bertukar Peran
81 Sedikit Jawaban
82 Kebohongan Dan Kejujuran
83 Anggota Baru
84 Mencari Rumah
85 Hampir Terbongkar
86 Ancaman Tegang
87 Mencoba Menghibur
88 Menyimpan Rahasia
89 Arron vs Iron
90 Menyusun Naskah
91 Menjalankan Skenario
92 Mendapat Kepercayaan
93 Pencarian & Pertemuan
94 Rahasia dari Pelarian
95 Hiatus, Lagi?
96 Julian’s Day (Special Thanks 600+Readers)
97 Leo Life
98 Naskah Penebusan Salah
99 Tidak Mudah!
100 Kembali Terulang
101 Gemerlap dalam Gelap
102 Mencari Identitas
103 Jati Diri Sejati
104 Es Mencair
105 Misteri yang Terlupakan
106 Topeng Usang
107 Aktor Tanpa Panggung
108 Peta Harta
109 Ketulusan Mengerikan
Episodes

Updated 109 Episodes

1
01. Bisikan Misterius
2
02. Penampakan Misterius
3
03. Sedikit Interogasi
4
04. Informasi Buntu
5
05. Mencoba Melupakan
6
06. Tragedi Baru
7
07. Mencari Jawaban
8
08. Misteri Baru
9
09. Arwah Nakal!
10
10. Keraguan Polisi
11
11. Penyelidikan Detektif
12
12. Interogasi Dadakan
13
13. Strategi Pengintaian
14
14. Misteri Kencan?
15
15. Perbincangan Tegang
16
16. Perang Sandiwara
17
17. Truth to Truth
18
18. Dare of Dare
19
19. Autopsi dan Saksi
20
20. Menegakkan Keadilan
21
21. Sebuah Keputusan
22
22. Api Es
23
23. Misteri Topeng
24
24. Teka-teki Menarik
25
25. Rubah Putih
26
26. Bisakah Disalahkan?
27
27. Kawan, Lawan?
28
28. Bola Cokelat
29
29. Sebuah Penyelamatan
30
30. Undangan Kencan?
31
31. Pencarian Tertemui
32
32. Karena Nama
33
33. Mencari Identitas
34
34. Keluarga Baru
35
35. Cerita Sesungguhnya
36
36. Think Midnigth
37
37. Think Midnigth (2)
38
38. Bekas Semalam
39
39. Sedikit Pertikaian
40
40. Pelanggan Aneh
41
41. Menjalankan Rencana
42
42. Ketegangan Baru
43
43. Makna Pisau
44
44. Melepas Gelar
45
45. Eine Kleine
46
46. Live Music
47
47. Sebuah Firasat
48
48. Pemandangan Terburuk
49
49. Jawaban Misteri
50
50. Dejavu
51
51. Resah Menanti
52
Thanks for 200+ Readers!
53
Rasa Rindu
54
Hilang!?
55
You Are Mine [Special Episode]
56
Kunjungan
57
Interogasi Sungguhan
58
Melepas Rindu
59
Membuat Lagu
60
Tak Berharap
61
Kabar Buruk
62
Adu Argumen
63
Sorry.
64
Update?
65
Pengumpulan Bukti
66
Mengungkit Kasus Lama
67
Memeriksa Kembali
68
Kenangan Hujan
69
Perbandingan Masa
70
Belum Tertemui
71
Special Thanks 300+ Readers!
72
Data Sejarah
73
Penyesuaian Data
74
Perang Dingin
75
Hanya Kepiting
76
Arti Hidup
77
Hal Rumit
78
Keputusan Gila
79
Rencana Gila
80
Bertukar Peran
81
Sedikit Jawaban
82
Kebohongan Dan Kejujuran
83
Anggota Baru
84
Mencari Rumah
85
Hampir Terbongkar
86
Ancaman Tegang
87
Mencoba Menghibur
88
Menyimpan Rahasia
89
Arron vs Iron
90
Menyusun Naskah
91
Menjalankan Skenario
92
Mendapat Kepercayaan
93
Pencarian & Pertemuan
94
Rahasia dari Pelarian
95
Hiatus, Lagi?
96
Julian’s Day (Special Thanks 600+Readers)
97
Leo Life
98
Naskah Penebusan Salah
99
Tidak Mudah!
100
Kembali Terulang
101
Gemerlap dalam Gelap
102
Mencari Identitas
103
Jati Diri Sejati
104
Es Mencair
105
Misteri yang Terlupakan
106
Topeng Usang
107
Aktor Tanpa Panggung
108
Peta Harta
109
Ketulusan Mengerikan

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!