17. Truth to Truth

Suasana pada resto pinggir pantai siang hari ini sungguh menyenangkan. Pemandangan laut yang menenangkan terlukis dari balik jendela kaca gedung serba putih ini, lantunan melodi dari para pemusik di atas panggung live music juga terdengar hingga penjuru ruangan, juga santapan makan siang pada meja dihadapanku terasa sungguh nikmat meski terkesan sederhana dengan mentega yang gurih dan lumer di mulut berpadu dengan segarnya sayuran.

Namun yang paling membuatku bahagia adalah ketika pria peminum dihadapanku bisa dengan mudah masuk dalam permainanku. Sebenarnya tidak ada yang dirugikan di sini, aku hanya ingin berbagi kejujuran jika lawan bicaraku juga jujur. Aku tidak jahat kan? Sudah cukup aku dipojokkan, dicurigai, juga dituduh dengan segala hal yang bukan salahku ini! Sudah saatnya untukku memainkan strategi cerdas ku agar kesalahpahaman ini segera berakhir!

Sekarang aku tinggal menanyakan segala hal dalam benakku dan menjawab setiap pertanyaannya dengan jujur. Ini terasa begitu mudah! Aku harus mengatur urutan pertanyaan yang akan diuraikan agar permainan ini berjalan dengan mulus dan tidak keluar dari topik. Sebenarnya banyak hal yang ingin ku tanyakan pada kak Arron, namun aku harus mengutamakan pertanyaan yang terpenting lebih dulu.

“Siapa yang memberi kakak perintah untuk mencari informasi terkait kasus ini, dan akan digunakan untuk apa informasi tersebut?” Tanyaku memulai permainan yang ku ciptakan sendiri secara spontan.

“Pimpinan polisi, dan tentu saja informasi itu akan digunakan untuk mengungkap kasus pembunuhan berantai yang telah terjadi sejak dua bulan lalu. Sekarang apakah aku boleh bertanya?” Jawabnya yang disusul dengan pertanyaan lagi. Tak kurasakan kebohongan dari perkataannya membuatku sedikit tersentak dan menambah pertanyaan dalam benakku. Namun dalam permainan ini sistemnya gantian kan? Aku harus memberinya kesempatan untuk bertanya.

“Silahkan,” jawabku dengan wajah penuh senyum.

“Apa kau pernah merasa melakukan sesuatu yang di luar kendali?”

“Dua bulan lalu sering. Tapi sekarang aku sudah berlatih mengendalikan diriku. Sekarang giliranku yang bertanya. Apa hubunganmu dengan pimpinan kepolisian?”

“Rekan kerja. Apa kau pernah melihat korban pembunuhan saat kau baru sadar dari lepas kendalimu?”

“Melihat korbannya secara langsung sih tidak pernah, tapi aku sering mendengar tangisan mereka dalam mimpiku setiap malamnya dan merasakan sakit yang sama dengan mereka. Kau ini detektif ya?” Jawabku jujur sambil sedikit menerka dengan siapa aku bicara saat ini.

“Yup! Aku detektif, dan kau adalah targetku yang sangat cerdas. Dari mana kau mendapatkan kecerdasan yang melebihi detektif hebat sepertiku?”

“Entah, Taira bilang aku mempunyai kemampuan khusus untuk memahami segalanya, tapi aku belum tahu kemampuan macam apa itu. Siapa nama aslimu?”

“Rahasia.”

“Tak ada kata ‘rahasia’ dalam permainan ini!”

“Tapi aku jujur kan?”

“Tapi itu tidak menjawab pertanyaan!” Tegasku agak geram dengan dirinya yang selalu merahasiakan sesuatu dariku.

“Memangnya itu penting?”

“Jawab dulu pertanyaanku sebelum memberikan pertanyaan lagi!”

“Baiklah, namaku yang sebenarnya adalah Julian. Tapi jangan beritahu ini pada siapapun ya, identitasku adalah privasi pekerjaan.”

“Tenang saja, rahasiamu aman bersamaku. Silahkan beri aku pertanyaan lagi,” aku mencoba meyakinkannya akan menjaga rahasia, lalu memberinya kesempatan untuk bertanya lagi.

“Kau pernah cerita bahwa kedua orang tuamu telah dibunuh oleh seseorang yang belum bisa kau temukan pelakunya, apa yang terjadi sebelum itu? Apa kau sempat lepas kendali?”

“Bro, itu kasus tahunan lalu dan aku mulai hilang kendali sejak dua bulan lalu. Bukankah itu tidak ada hubungannya dengan kasus pembunuhan berantai in—,”

Tunggu, apa!? Mengapa tiba-tiba aku teringat akan sesuatu? Taira pernah bilang bahwa arwah-arwah yang menghantui ku adalah korban di gunung itu, tapi bukan dibunuh oleh pembunuh berantai yang beraksi dua bulan lalu. Apa orang tuaku juga salah satu korban yang dibunuh di gunung itu? Meski samar, aku ingat bahwa mereka dibunuh saat kami sekeluarga sedang berlibur camping ke gunung. Apa gunung itu yang menjadi tempat tragedi mengerikan dalam masa kecilku?

Bragh! Tanpa sadar aku menggebrak meja makan dihadapanku, kepalaku sakit dan pandanganku mulai memudar. Apa aku akan hilang kendali lagi kali ini? Setelah sekian lama aku mampu mengendalikan diriku? Kalimat aneh macam apa lagi yang akan tumpah dari lisanku? Tidak Picho! Jangan hilang kendali dulu! Argh!kepalaku pening luar biasa! Aku mulai memegangi kepalaku yang seolah sedang ditimpa batu 100 ton.

“Ayah, ibu… mereka dibunuh di gunung saat kami sekeluarga sedang camping. Aku tak ingat jelas di gunung mana mereka tewas, namun yang jelas bukan dibunuh oleh pria bertopeng rubah putih itu. Ada pelaku lain jauh sebelum kasus pembunuhan berantai ini muncul dua bulan lalu. Mungkin ini ada hubungannya dengan kasus itu?” Ah, aku malah kelepasan terlalu jujur akan segala hal yang ada dalam kepalaku.

Kak Arron— yang nama aslinya adalah Julian sempat tersentak melihat aksiku yang diluar kendali ini, lalu bertanya “Maksudmu ada dua pelaku dibalik kasus pembunuhan berantai ini? Jika itu benar, mungkin memang kasus ini berhubungan dengan kematian kedua orang tuamu. Apa motifnya melakukan semua ini?”

“I don’t know! Aku juga sedang mencarinya!” Bentak ku diluar kendali sudah tak fokus lagi pada permainan ini dan sembarangan menjawab tanpa urutan main.

“Kau sungguh bukan pembunuh berantai itu? Kau yakin tidak sedang mengidap suatu penyakit kejiwaan seperti delusi dan tanpa sadar membunuh orang? Sudah pernah periksa ke psikolog tentang keadaanmu yang sering lepas kendali itu?” Tanya Julian secara bertubi-tubi menuangkan setiap spekulasi didalam kepalanya.

“Jadi itu yang membuatmu yakin bahwa aku adalah pembunuh berantainya, Julian? Hina sekali keadaanku dibenak mu! Jika aku memiliki gangguan kejiwaan, mana mungkin aku bisa masak berbagai makanan yang keenakannya sudah tak bisa diragukan lagi? Jika memang itu yang terjadi, mungkin saja Leo sudah sejak lama terbunuh olehku tanpa ku sadari!”

“Santai bro! Kau tidak mendengarkan pertanyaanku sampai akhir ya? Ku tanya, apa kau sudah pernah memeriksanya ke psikolog untuk mencari tahu tentang keadaanmu yang sering lepas kendali itu?” Julian mengulangi pertanyaanya lagi. Aku sempat terdiam merenungkan perkataan Julian tentang ‘delusi’. Teringat pada pria bertopeng rubah putih yang melenyap saat ku sentuh dulu.

“Apa yang membuatmu yakin bahwa aku hanya berdelusi?” Tanyaku dengan suara kecil yang bergetar.

“Kau tadi bilang bahwa kau sering mendengarkan suara rintihan para korban dan merasakan sakit yang mereka derita, apakah itu bukan delusi?”

“Taira bilang itu kemampuanku yang bisa digunakan untuk mencari tahu tentang kasus pembunuhan berantai ini.”

“Kau selalu berbicara tentang Taira, tapi aku tak pernah melihat wujudnya. Apa kau yakin dia bukanlah sosok dari delusimu?”

“Sudah ku bilang, dia adalah wanita yang pemalu!”

“Kau percaya padanya? Yakin itu bukanlah caranya untuk mengelabui mu agar kau tidak menyadari bahwa dia tak mampu di lihat oleh orang lain?”

“Apa yang membuatmu berspekulasi seperti itu?”

“Karena ini game kejujuran, aku akan berbaik hati untuk jujur padamu. Malam pertama kali kita bertemu di rumah Leo, aku membuntuti mu pulang. Dan aku melihat kau memberikan makanan di sudut rumahmu yang kosong, juga melihatmu berdiskusi sendiri di gunung tentang sesuatu yang kau sebut dengan ‘mereka’. Dari situlah aku bertanggapan bahwa kau sedang berdelusi. Walau aku masih tak mengerti apa alasanmu bisa menghilang stelah 5 menit berjalan ke arah gunung sebelumnya dan sudah berada di gunung saat aku menyusulmu.”

Tunggu sebentar! Apa ini!? Jelas malam itu aku bersama Taira, apa Julian tidak melihatnya? Tapi aku tidak mendeteksi adanya kebohongan dari pengakuannya itu. Jika pria berandal pemabuk ini tidak bisa melihat Taira, lantas makhluk seperti apa Taira ini? Delusi? Arwah? Atau manusia yang memiliki ‘kemampuan’ khusus sepertiku? Tapi kemampuan seperti apa yang membuatnya hanya mampu terlihat olehku seorang? Dan soal perjalanan yang hanya terasa lima menit, jadi itu nyata? Semua misteri tentang Taira kian menyakiti kepalaku!

Tapi aku tidak bisa mengambil keputusan terlalu cepat, kan? Baru Julian saja yang mengaku tidak mampu melihat Taira, jika orang lain juga tak mampu melihatnya itu berarti dia memang delusiku, tapi jika hanya Julian yang tak mampu melihatnya itu berarti pria pemabuk ini memang sedang berdelusi melihat segala keanehan tentangku yang hanya ada di dalam kepalanya. Ah benar juga! Kenapa tidak terfikirkan olehku sejak awal!?

“Apa kau yakin tidak sedang dalam pengaruh alkohol saat menyaksikan aku berbincang seorang diri?” Tanyaku sedikit memastikan kebenaran fikiran yang baru saja timbul dalam kepalaku.

“Sudah kubilang, aku tidak seperti peminum pada umumnya! Justru minuman inilah yang membuatku semakin waras dan bisa berfikir jernih!”

“Bukankah setiap pemabuk memang merasa bahwa dirinya sedang dalam keadaan sadar? Reaksi mabuknya kan hanya bisa dilihat oleh orang lain?”

“Jika begitu, besok mari kita ke psikolog bersama! Kita pastikan siapakah yang berdelusi selama ini. Aku yang sedang mabuk, atau kau yang sering lepas kendali?” Tantangnya.

“Apakah ini jenis permainan baru? Apa ada hadiahnya jika menang?”

“Hadiahnya adalah aku akan melepaskan tuduhanku padamu dan mengatakan pada pimpinan bahwa kau bukanlah pembunuh berantai itu!”

“Menarik, apa nama game-nya adalah Dare of Dare?”

“Terserah kau ingin menyebutnya seperti apa.”

Senyumanku melebar sebelum berkata “Baiklah, mari kita coba permainanmu itu!”

Episodes
1 01. Bisikan Misterius
2 02. Penampakan Misterius
3 03. Sedikit Interogasi
4 04. Informasi Buntu
5 05. Mencoba Melupakan
6 06. Tragedi Baru
7 07. Mencari Jawaban
8 08. Misteri Baru
9 09. Arwah Nakal!
10 10. Keraguan Polisi
11 11. Penyelidikan Detektif
12 12. Interogasi Dadakan
13 13. Strategi Pengintaian
14 14. Misteri Kencan?
15 15. Perbincangan Tegang
16 16. Perang Sandiwara
17 17. Truth to Truth
18 18. Dare of Dare
19 19. Autopsi dan Saksi
20 20. Menegakkan Keadilan
21 21. Sebuah Keputusan
22 22. Api Es
23 23. Misteri Topeng
24 24. Teka-teki Menarik
25 25. Rubah Putih
26 26. Bisakah Disalahkan?
27 27. Kawan, Lawan?
28 28. Bola Cokelat
29 29. Sebuah Penyelamatan
30 30. Undangan Kencan?
31 31. Pencarian Tertemui
32 32. Karena Nama
33 33. Mencari Identitas
34 34. Keluarga Baru
35 35. Cerita Sesungguhnya
36 36. Think Midnigth
37 37. Think Midnigth (2)
38 38. Bekas Semalam
39 39. Sedikit Pertikaian
40 40. Pelanggan Aneh
41 41. Menjalankan Rencana
42 42. Ketegangan Baru
43 43. Makna Pisau
44 44. Melepas Gelar
45 45. Eine Kleine
46 46. Live Music
47 47. Sebuah Firasat
48 48. Pemandangan Terburuk
49 49. Jawaban Misteri
50 50. Dejavu
51 51. Resah Menanti
52 Thanks for 200+ Readers!
53 Rasa Rindu
54 Hilang!?
55 You Are Mine [Special Episode]
56 Kunjungan
57 Interogasi Sungguhan
58 Melepas Rindu
59 Membuat Lagu
60 Tak Berharap
61 Kabar Buruk
62 Adu Argumen
63 Sorry.
64 Update?
65 Pengumpulan Bukti
Episodes

Updated 65 Episodes

1
01. Bisikan Misterius
2
02. Penampakan Misterius
3
03. Sedikit Interogasi
4
04. Informasi Buntu
5
05. Mencoba Melupakan
6
06. Tragedi Baru
7
07. Mencari Jawaban
8
08. Misteri Baru
9
09. Arwah Nakal!
10
10. Keraguan Polisi
11
11. Penyelidikan Detektif
12
12. Interogasi Dadakan
13
13. Strategi Pengintaian
14
14. Misteri Kencan?
15
15. Perbincangan Tegang
16
16. Perang Sandiwara
17
17. Truth to Truth
18
18. Dare of Dare
19
19. Autopsi dan Saksi
20
20. Menegakkan Keadilan
21
21. Sebuah Keputusan
22
22. Api Es
23
23. Misteri Topeng
24
24. Teka-teki Menarik
25
25. Rubah Putih
26
26. Bisakah Disalahkan?
27
27. Kawan, Lawan?
28
28. Bola Cokelat
29
29. Sebuah Penyelamatan
30
30. Undangan Kencan?
31
31. Pencarian Tertemui
32
32. Karena Nama
33
33. Mencari Identitas
34
34. Keluarga Baru
35
35. Cerita Sesungguhnya
36
36. Think Midnigth
37
37. Think Midnigth (2)
38
38. Bekas Semalam
39
39. Sedikit Pertikaian
40
40. Pelanggan Aneh
41
41. Menjalankan Rencana
42
42. Ketegangan Baru
43
43. Makna Pisau
44
44. Melepas Gelar
45
45. Eine Kleine
46
46. Live Music
47
47. Sebuah Firasat
48
48. Pemandangan Terburuk
49
49. Jawaban Misteri
50
50. Dejavu
51
51. Resah Menanti
52
Thanks for 200+ Readers!
53
Rasa Rindu
54
Hilang!?
55
You Are Mine [Special Episode]
56
Kunjungan
57
Interogasi Sungguhan
58
Melepas Rindu
59
Membuat Lagu
60
Tak Berharap
61
Kabar Buruk
62
Adu Argumen
63
Sorry.
64
Update?
65
Pengumpulan Bukti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!