02. Penampakan Misterius

Malam ini, tepatnya saat kedai tempatku bekerja telah tutup, aku bersiap untuk pulang. Mengenakan baju hangat yang telah kubawa di dalam tasku sedari pagi, lalu melangkah menuju sepeda yang ku parkirkan di depan kedai. Ku sungguh lelah dan ingin tidur cepat malam ini, namun sepertinya tak bisa kulakukan semudah itu.

Saat baru saja menaiki sepeda dan bersiap mendayuh pedalnya menuju rumah, pergerakanku terhenti karena melihat sosok pria tinggi berpakaian serba hitam dengan topeng berbentuk rubah berwarna putih, berlalu begitu saja dihadapanku membawa tubuh wanita kecil yang kemungkinan adalah siswi SMA di sekolah dekat kedai. Keadaan wanita itu sungguh mengerikan, lehernya sudah setengah terputus dengan cairan merah kental yang tak henti mengalir di punggung pria bertopeng rubah yang menggendongnya di pundak, tentu saja wanita tersebut sudah tak sadarkan diri dengan lukanya yang teramat dalam itu.

Mengerikan! Apa dia masih hidup!? Apa pria itu adalah pembunuh berantai yang tadi diceritakan Leo? Kemana ia akan membawa wanita itu pergi? Gunung? Aku harus menghentikannya kan? Tapi bagaimana jika wanita itu telah tak bernyawa saat aku menyelamatkannya? Aku bisa saja terlihat seperti orang yang membunuhnya! Persetan! Coba kejar saja dulu si pria pembunuh!

Meski sempat tak mampu bergerak saat menyaksikan hal mengerikan yang baru saja terjadi, aku memutuskan mendayuh sepeda dengan kecepatan penuh untuk mengejar pria bertopeng rubah tersebut. Aku terus memanggilnya dengan harapan bodoh bahwa ia akan menghentikan langkahnya, tentu saja pria kejam itu akan semakin mempercepat langkahnya karena tak ingin tertangkap lah, dasar Picho bodoh! Memanggilnya hanya akan menjadi usaha yang sia-sia! Aku mempercepat laju sepedaku hingga semakin dekat dengan pria itu, berusaha menarik lengannya agar terhenti, namun hal aneh terjadi.

Alih-alih bisa ku sentuh, pria bertopeng rubah itu justru melenyap bersama siswi yang yang dibawanya, dan membuatku terjatuh di perkebunan sebelah kiriku yang sudah mulai menyatu dengan hutan. Sakit, sepertinya kakiku terkilir dan tak bisa digerakan. Sialnya, aku jatuh di tempat yang sepi dan cukup gelap terutama saat malam hari. Tak ada rumah penduduk, juga tak ada yang melihatku di sini.

Sial! Apa-apaan ini!? Mengapa pria mengerikan itu bisa menghilang begitu aku menyentuhnya!? Apa dia memang bukan manusia!? Yang benar saja! Makhkluk seperti apa dia itu!?

Sakit, tubuhku tertimpa sepeda dan tanganku terlalu gemetar untuk mengangkatnya. Sel kulitku seakan membeku dan mati rasa, nafasku kesulitan mencari pasokan udara untuk dihirup, apa aku akan berjumpa dengan sang ajal di sini? Karena tertimpa sepeda? Jangan bercanda! Sepertinya aku hanya akan istirahat sejenak, menunggu seseorang menemukan dan menyelamatkanku esok hari saat mentari telah terbit. Dengan penuh harap, mataku mengatup sembari tersenyum manis.

...***...

“Sakit, dingin, aku tak bisa bernafas. Darah mengaliri leherku, sakit sekali! Apa lagi yang ingin anda lakukan padaku, tuan? Aku sudah hampir mati di sni! Berhenti menusuk dadaku dengan pisau itu! Sakit, hiks… tolong hentikan… hiks hiks… malam ini adalah kencan pertamaku, biarkan aku bertemu dengan kekasihku, dia telah menungguku, sayang tolong ak… ku…”

Hmm? Kali ini suara bisikannya berbeda? Pilu sekali suara rintihan wanita remaja itu. Dan entah mengapa dadaku ikut sakit mendengarnya, bulir air mata lagi-lagi menetes. Kelopak mataku perlahan menaik ke atas, retinaku menangkap langit-langit kayu yang terasa tak asing bagiku. Pupilku mengedar melihat sekeliling ruangan tempatku terbaring, apa ini adalah kamarku sendiri?

Menyadari ada hal yang aneh, aku segera terduduk dan terbelalak. Kepalaku terasa perih, aku sempat memegangi pelipisku yang berdenyut, dan melihat ada tapak merah yang membekas di beberapa jariku setelahnya. Apa yang sebenarnya terjadi!? Jelas semalam aku tertidur di hutan! Mengapa aku terbangun di kamar? Apa itu hanya mimpi? Tapi apa yang bisa menjelaskan luka-luka dan rasa sakit pada tubuhku? Ini terasa begitu nyata untuk disebut sebagai mimpi! Apa ada yang menyelamatkanku? Tapi sepertinya luka-lukaku ini belum mendapatkan pengobatan.

Sudahlah! Sembuhkan saja sendiri, dan kembali fokus menebar kebaikan hari ini! Dengan fikiran seperti itu, aku memutuskan untuk melangkahkan kakiku dengan tertatih menuju tempat kotak perlengkapan P3K yang selalu kusiapkan di dekat kamar untuk jaga-jaga, mengambil kotak tersebut dan membawanya ke toilet untuk bercermin, lalu mengoleskan obat juga membalut luka yang ku lihat pada pantulan cermin tersebut dengan kasa. Mengulangi rutinitas membersihkan gigi dan menyisir rambut juga mengikatnya, lalu tersenyum manis.

“Tetap tampan walau penuh luka,” pujiku pada diriku sendiri.

...***...

Pagi ini aku memasak telur gulung yang kusajikan bersama nasi panas, juga meminum susu murni seperti biasa. Tak seperti pria kebanyakan, aku tak suka minuman lain seperti kopi dan minuman berasa sejenisnya. Aku hanya meminum susu murni dan air mineral untuk menjaga kesehatan tubuhku. Aku bahkan tidak suka rokok dan minuman beralkohol, aku benar-benar memperhatikan pola hidupku.

Seperti biasa, aku berpamitan pada dua foto orang tuaku sebelum akhirnya beranjak dari rumah kayu tua ini menuju tempat kerja. Meski kakiku masih terasa sedikit sakit, aku tetap berusaha mendayuh sepedaku dan menyapa orang-orang di jalan dengan senyuman manis. Banyak dari mereka yang menanyakan luka-luka di wajah dan tubuhku, namun hanya ku jawab dengan alasan jatuh dari sepeda. Aku tidak berbohong kan?

Ku nikmati perjalananku dan menatap langit biru yang cerah dan indah, menatap perkebunan hijau yang menyegarkan di sebelah kiriku, juga melihat jasad wanita berseragam SMA mengapung terbawa arus deras sungai di sebelah kananku. Tunggu, apa!? Jasad!? Mengapa bisa ada jasad yang mengambang di sungai!? Sontak aku menghentikan laju sepedaku untuk memastikan lagi apa yang baru saja aku lihat. Ku jatuhkan sepedaku ke sembarang tempat, dan melangkah perlahan mendekati sungai tersebut.

Benar saja, ada wanita berseragam SMA yang hanyut tebawa arus sungai dalam keadaanya yang tengkurap, dan darah menyebar dari tubuhnya membuat air sungai ini menjadi berwarna merah pekat. Mataku terbelalak, bibirku tak bisa mengatup, dan tubuhku sempat mematung melihat raga tak berdaya itu. Dia… belum mati kan? Mungkin saja dia hanya pingsan? Dengan tangan yang gemetar, aku mencoba membawa wanita itu keluar dari sungai dan melihat keadaannya secara lebih jelas.

Mengerikan! Wajahnya penuh lebam dan darah, rahangnya terkoyak, lehernya hampir putus, dadanya yang sobek hingga membelah perut, juga memperlihatkan isi rongga tubuhnya yang sudah tak ada. Yang benar saja! Dia pasti sudah mati sejak jantung dan organ tubuhnya dikeluarkan! Siapa orang kejam yang tega melakukan ini!? Dan jika dilihat lagi, wajah juga seragam wanita ini terasa tak asing bagiku. Dia seperti…?

“Mustahil!” Seruku dengan suara yang serak hampir tak terdengar, mataku terbelalak lebih besar lagi ketika menyadari bahwa perempuan ini adalah siswi malang yang dibawa oleh pria bertopeng rubah putih semalam. “Jadi itu bukan mimpi!?” Lanjutku sebelum akhirnya aku menepuk keningku sendiri dan berkata “Jelas bukan mimpi lah, bodoh! Bagaimana kau bisa menjelaskan luka-luka di tubuhmu ini, jika semua hanya mimpi?”

Bodohnya lagi, karena diselimuti dengan rasa panik yang tidak karuan dan tak bisa berfkir dengan jernih, aku meninggalkan jasad malang itu di pinggir sungai. Dengan nafas tersenggah aku berlari ke arah sepedaku yang tergeletak, membenarkan posisinya lalu menaikinya dan mendayuh pedal sepeda tersebut dengan kuat untuk melanjutkan perjalanan menuju tempat kerjaku. Menyedihkan! Dilihat dari lebam dan bengkak pada wajahnya, wanita malang itu pasti sudah hanyut dari tempat yang jauh dan terbentur banyak batu di sungai. Mungkin ia hanyut dari puncak gunung?

“Maaf, maaf tak bisa menyelamatkanmu, nona!” Gumamku lirih, sambil memejamkan mata dan terus melajukan sepedaku dengan kecepatan penuh.

...***...

“Ya ampun! Ada apa dengan wajahmu itu, Picho!?” Panik Leo saat aku baru saja sampai dapur kedai. Ia sepertinya sangat mengkhawatirkanku.

“Jatuh dari sepeda,” jawabku singkat dengan lemas tak bergairah, masih teringat siswi malang yang tadi ku temui di sungai. Leo menatapku heran sambil memiringkan kepalanya.

“Apa itu sakit? Hingga membuatmu tak enak badan?” Tanyanya lagi sambil menyentuh keningku untuk memastikan suhu tubuhku. Kali ini aku yang menatapnya heran sambil memiringkan kepalaku.

“Apa aku terlihat seburuk itu?” Aku berbalik tanya pada pria berambut tebal dan bando yang menahan poninya agar tidak menghalangi pandangannya itu, ia sempat menghela nafas kasar dan mengalihkan tangannya pada pundakku.

“Apa kau tak punya cermin!? Maksudku, hey! Lihat dirimu! Luka-luka itu, wajah pucat dengan bibir biru, mata sembab, keringat dingin, nafas dan degup jantungmu yang tak beraturan. Picho? Seorang pria yang selalu ramah bersama senyum manisnya? Menunjukan wajah yang muram seperti ini? Ada apa dengan dirimu, sobat!?” Celotehnya panjang lebar, persis seperti seorang ayah yang khawatir pada anaknya. Aku jadi rindu ayah.

“Oh?” Namun hanya ku jawab dengan singkat, karena aku masih belum bisa mengendalikan fikiranku yang tertinggal di sungai merah tadi.

“Jangan Cuma ‘oh?’ dasar bodoh! Aku sedang khawatir setengah mati padamu!” Amuknya.

“Maaf,” jawabku lesu.

“Jangan Cuma ‘maaf’!” Kali ini Leo mulai murka. Setelah cukup lama mencerna apa yang sedang terjadi dengan celotehan dan wajah khawatir Leo, aku akhirnya tersadar bahwa aku rupanya sedari tadi melupakan sesuatu.

“Maaf, aku lupa ciri khas senyuman manisku,” ucapku sambil kembali tersenyum riang layaknya anak kecil, dan mengangat dua jariku menunjukkan tanda damai.

Leo menghela nafas pasrah sambil memegangi pelipisnya, terasa seperti sebuah dejavu bagiku melihat reaksinya itu, namun yang ia katakan setelahnya sedikit berbeda. Ia bilang “Sudahlah, percuma. Kau takkan memahami perkataanku. Mulailah bekerja! Jaga kesehatan.”

Aku hanya mengangguk pelan lalu mulai memnyiapkan perlengkapan masakku walau masih tak mengerti ada apa dengan Leo, sepertinya aku salah paham? Ah, fikiranku benar-benar kacau pagi ini! Aku bahkan ragu, apakah aku bisa melanjutkan pekerjaanku dengan profesional hari ini atau tidak. Sudahlah, jalani saja dulu! Dengan fikiran yang berkecambuk, aku memaksakan senyuman manis dan wajah ramahku sambil bekerja.

Terus bekerja sepenuh hati, menyiapkan hidangan terbaik dan memberikannya pada pelayan untuk disajikan di meja pelanggan. Banyak pelanggan setia yang sering menggodaku sejak dulu, menanyakan keadaan wajahku yang penuh luka, dan kujawab jatuh dari sepeda seperti yang ku katakan pada para petanya sebelumnya. Lumayan bosan juga sebenarnya dihadapkan pada pertanyaan yang sama berulang kali hari ini, namun tetap ku jawab dengan senyuman termanisku.

Semuanya berjalan lancar, tak ada masalah pada pekerjaanku. Hingga aku memberikan pada pelayan satu porsi spagethi bolonise untuk ia sajikan pada pelanggan. Saat itu ada seorang siswi yang ingin memesan makan siang, seperti biasa setiap jam istirahat sekolah cukup banyak pelajar yang mampir ke kedai ini untuk makan siang. Dan ku lihat siswi ini juga wajahnya tak asing bagiku, mungkin dia salah satu langganan di sini. Namun yang tak biasa adalah ketika pelajar itu mengajakku berbincang.

Terpopuler

Comments

Mpit

Mpit

loh,, gak telpon polisi/manggil warga sekitar gitu?? :(

2024-04-27

1

Mpit

Mpit

kan emang jatoh dari sepeda :v ga salah sih

2024-04-27

1

Mpit

Mpit

bisa disebut "gadis kecil" aj sih haha

2024-04-27

1

lihat semua
Episodes
1 01. Bisikan Misterius
2 02. Penampakan Misterius
3 03. Sedikit Interogasi
4 04. Informasi Buntu
5 05. Mencoba Melupakan
6 06. Tragedi Baru
7 07. Mencari Jawaban
8 08. Misteri Baru
9 09. Arwah Nakal!
10 10. Keraguan Polisi
11 11. Penyelidikan Detektif
12 12. Interogasi Dadakan
13 13. Strategi Pengintaian
14 14. Misteri Kencan?
15 15. Perbincangan Tegang
16 16. Perang Sandiwara
17 17. Truth to Truth
18 18. Dare of Dare
19 19. Autopsi dan Saksi
20 20. Menegakkan Keadilan
21 21. Sebuah Keputusan
22 22. Api Es
23 23. Misteri Topeng
24 24. Teka-teki Menarik
25 25. Rubah Putih
26 26. Bisakah Disalahkan?
27 27. Kawan, Lawan?
28 28. Bola Cokelat
29 29. Sebuah Penyelamatan
30 30. Undangan Kencan?
31 31. Pencarian Tertemui
32 32. Karena Nama
33 33. Mencari Identitas
34 34. Keluarga Baru
35 35. Cerita Sesungguhnya
36 36. Think Midnigth
37 37. Think Midnigth (2)
38 38. Bekas Semalam
39 39. Sedikit Pertikaian
40 40. Pelanggan Aneh
41 41. Menjalankan Rencana
42 42. Ketegangan Baru
43 43. Makna Pisau
44 44. Melepas Gelar
45 45. Eine Kleine
46 46. Live Music
47 47. Sebuah Firasat
48 48. Pemandangan Terburuk
49 49. Jawaban Misteri
50 50. Dejavu
51 51. Resah Menanti
52 Thanks for 200+ Readers!
53 Rasa Rindu
54 Hilang!?
55 You Are Mine [Special Episode]
56 Kunjungan
57 Interogasi Sungguhan
58 Melepas Rindu
59 Membuat Lagu
60 Tak Berharap
61 Kabar Buruk
62 Adu Argumen
63 Sorry.
64 Update?
65 Pengumpulan Bukti
Episodes

Updated 65 Episodes

1
01. Bisikan Misterius
2
02. Penampakan Misterius
3
03. Sedikit Interogasi
4
04. Informasi Buntu
5
05. Mencoba Melupakan
6
06. Tragedi Baru
7
07. Mencari Jawaban
8
08. Misteri Baru
9
09. Arwah Nakal!
10
10. Keraguan Polisi
11
11. Penyelidikan Detektif
12
12. Interogasi Dadakan
13
13. Strategi Pengintaian
14
14. Misteri Kencan?
15
15. Perbincangan Tegang
16
16. Perang Sandiwara
17
17. Truth to Truth
18
18. Dare of Dare
19
19. Autopsi dan Saksi
20
20. Menegakkan Keadilan
21
21. Sebuah Keputusan
22
22. Api Es
23
23. Misteri Topeng
24
24. Teka-teki Menarik
25
25. Rubah Putih
26
26. Bisakah Disalahkan?
27
27. Kawan, Lawan?
28
28. Bola Cokelat
29
29. Sebuah Penyelamatan
30
30. Undangan Kencan?
31
31. Pencarian Tertemui
32
32. Karena Nama
33
33. Mencari Identitas
34
34. Keluarga Baru
35
35. Cerita Sesungguhnya
36
36. Think Midnigth
37
37. Think Midnigth (2)
38
38. Bekas Semalam
39
39. Sedikit Pertikaian
40
40. Pelanggan Aneh
41
41. Menjalankan Rencana
42
42. Ketegangan Baru
43
43. Makna Pisau
44
44. Melepas Gelar
45
45. Eine Kleine
46
46. Live Music
47
47. Sebuah Firasat
48
48. Pemandangan Terburuk
49
49. Jawaban Misteri
50
50. Dejavu
51
51. Resah Menanti
52
Thanks for 200+ Readers!
53
Rasa Rindu
54
Hilang!?
55
You Are Mine [Special Episode]
56
Kunjungan
57
Interogasi Sungguhan
58
Melepas Rindu
59
Membuat Lagu
60
Tak Berharap
61
Kabar Buruk
62
Adu Argumen
63
Sorry.
64
Update?
65
Pengumpulan Bukti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!