18. Dare of Dare

...PERINGATAN...

...Chapter ini mengandung sedikit adegan dewasa tingkat ringan. Untuk pembaca dimohon kebijakannya dalam membaca. Terimakasih, selamat menikmati…...

...***...

Bragh! Meja digebrak dengan keras oleh tangan kekar yang mengepal. Dapat ku lihat sekunjur tubuh pria yang melukai tangannya sendiri dengan menggebrak meja itu bergetar, urat-urat mulai timbul di lehernya, giginya mengretak. Sungguh, sosok pria yang biasanya tak berekspresi kali ini terlihat mengerikan bagai binatang buas yang sedang mengamuk. Sepertinya dia geram dengan hal yang ku katakan sebelumnya, entah dimana salahku.

“Kemarin kau pergi begitu saja membuatku kewelahan melayani banyak pelanggan seharian, dan sekarang kau ingin meminta ijin libur!? Kau ini tidak niat kerja ya!?” Aumannya dengan sangat mengerikan. Baru kali ini aku melihatnya amat marah, padahal dulu dia selalu menawari ku untuk izin bekerja jika aku sakit.

“Tapi Leo, hari ini aku ada urusan penting. Ini demi membersihkan nama baik kita dan membuktikan bahwa kita bukan pelaku dari kasus pelanggan keracunan itu. Jika kamu lelah, sebaiknya istirahat saja. Biarlah kita tutup dulu sehari,” aku mencoba membujuknya agar memberi izin libur.

“Kau gila ya!? Kita baru buka selama satu bulan, Picho. Dan baru beberapa hari lalu kedai ini tutup! Jika jadwal buka kedai kita tidak konsisten, bagaimana bisa pelanggan percaya sama kita? Bagaimana jika ada pelanggan yang tidak datang lagi karena kita sering tutup!? Cobalah fikirkan sampai ke sana!”

Aku terdiam sejenak, mencerna setiap sastra yang Leo lontarkan. Yang dikatakan Leo ada benarnya juga. Kami tidak boleh terlalu sering menerbangkalaikan kedai ini. Apalagi kami baru saja buka bulan lalu. Jika kinerja kami sudah tidak maksimal, kami bisa saja kehilangan pelanggan setia.

Tapi janjiku dengan Arron atau Julian ini tidak bisa ditunda, mengingat bahwa pria pemabuk itu adalah detektif yang sibuk, juga kekhawatiranku bahwa dia akan semakin tidak percaya padaku karena aku mengulur waktu dan terkesan mencari alasan untuk lari. Apa yang harus kulakukan agar kondisi kedai dan nama baikku bisa terselamatkan?

Aku menghela nafas pasrah sebelum menyuarakan isi fikiranku “Begini saja, bagaimana jika kita bikin jadwal kerja agar tidak sama-sama lelah? Kau ambil jadwal dari pagi hingga siang, dan aku melanjutkannya hingga malam? Waktu kosong bisa digunakan untuk beristirahat atau berkegiatan diluar kedai. Apakah jika seperti itu masih ada pihak yang dirugikan?”

“Kau ingin menghapus waktu kebersamaan kita, Picho? Sudah bosan kau memasak bersamaku?”

“Baiklah, khusus hari ini saja! Aku janji nanti siang akan datang untuk ambil jadwal hingga malam, hari ini saja, ku mohon beri aku izin untuk pergi ke psikolog sebentar bersama Arron! Dia mengancam akan melaporkan kita ke polisi jika aku tak menerima tantangannya,” aku terus berusaha memohon perizinan dari Leo. Aku paham yang Leo rasakan saat ini, aku bisa merasakannya dengan jelas. Tapi dalam kondisi darurat seperti ini untuk sementara ada yang harus dikorbankan. Ku harap Leo mengerti.

Kali ini Leo yang menghela nafas pasrah sebelum membuka suara “Baiklah jika keadaannya sedarurat itu. Silahkan, bersihkan nama baik kita dan kembali lagi kemari setelahnya. Masa depan kita ada di tanganmu, Picho. Aku percayakan segalanya padamu.”

Aku tersenyum manis sambil mengangguk yakin. Ruang dadaku dipenuhi oleh tekad yang membara. Aku sudah banyak merepotkan Leo dengan cara terlalu sering izin kerja, takkan ku biarkan rasa kecewa menghadiri hati sahabatku sebagai sebuah buah tangan hasil tangkapanku. Aku harus bisa meluruskan kesalahpahaman publik terhadap kami, dengan cara apapun!

...***...

Bragh! “Tidak mungkin!” Amuk Julian sambil menggebrak meja. “Anda pasti salah mendiagnosa hasil pemeriksaannya!” Lanjutnya tidak puas dengan hasil yang diberikan psikolog pada kami. Yah, aku juga terkejut sih dengan hasilnya, tapi tak perlu sampai mengamuk begitu kan?

“Mohon anda tenang dulu, pak Arron. Saya tidak salah memutuskan hasil. Hasil pemeriksaan memang menunjukkan bahwa tidak ada satupun yang terkena delusi dari anda berdua,” ujar si psikolog yang sempat mengadakan pemeriksaan terhadap kami. Periksa keadaan mental ke psikolog sangatlah mahal, namun karena kemarin aku telah mentraktir Julian sekarang ia lah yang membayar semuanya.

“Tapi bagaimana bisa anda mendapatkan hasil yang sama dari sudut pandang yang berbeda?” Julian mewakili niatku untuk menanyakan hal yang paling membuatku terkejut.

“Saya punya penjelasan tersendiri yang sebaiknya tidak diberitahu. Tapi intinya, pak Arron tidak sedang dalam pengaruh mabuk saat menyaksikan keanehan malam itu, walaupun anda minum banyak alkohol. Pak Picho juga tidak berdelusi dengan apa yang selama ini ia lihat. Anda berdua tidak salah,” jawab psikolog itu yang justru malah semakin menambah pertanyaan dalam benak kami.

Pemikiranku sama dengan apa yang Julian tanyakan pada sang psikolog. Sudut pandang kami berbeda, aku bisa melihat Taira sedangkan Julian tidak. Lantas mengapa hasil pemeriksaannya sama-sama tidak ada yang salah lihat? Tidak ada yang terkena delusi di sini?

Lalu mengapa aku bisa melihat hal yang tak bisa Julian lihat? Apakah Taira bukan manusia dan aku melihatnya karena aku mempunyai kemampuan atau yang biasa disebut dengan indigo? Tapi aku bisa merasakan sentuhannya dengan jelas, dan sesekali aku mampu mendengar suara detak jantungnya. Taira jelas berbeda dengan arwah-arwah itu! Lalu sebenarnya makhluk seperti apa Taira itu?

“Ijin bertanya sebelumnya… Jika saya bisa melihat bahkan berbincang dengan Taira sedangkan kak Arron tidak bisa melihatnya, berarti hanya satu sudut pandang saja yang berbeda dengan saya. Di sini saya hanya ingin memastikan, apakah anda juga pernah bertemu dengan gadis yang bernama Taira sebelumnya? Mungkin beliau pernah kemari untuk bertanya tentang psikologis pembunuh dan cara untuk menangkapnya?” Tanyaku dengan sopan kepada psikolog yang memeriksa kami berdua.

Saat ini, hanya kemungkinan itu yang ada di benakku tentang sebab si psikolog tidak menyalahkan sudut pandang manapun. Mungkin dia juga adalah seseorang yang memiliki kemampuan sepertiku, atau mungkin Taira pernah menampakkan wujudnya dihadapan psikolog ini? Mungkin saja Taira hanya memperlihatkan wujudnya pada orang-orang khusus yang menurutnya penting untuk diajak diskusi tentang kasus ini.

“Pak Picho sebelumnya pernah bilang bahwa tujuan Taira memburu pembunuh berantai tersebut adalah karena kakaknya telah dibunuh, bukankah begitu?” Tanya sang psikolog dengan santun, memastikan kembali percakapan yang telah kami lalui di sesi pemeriksaan personal beberapa jam lalu. Aku hanya menjawabnya dengan anggukan pelan, karena memang kami sempat membahas itu tadi.

Sang psikolog tersenyum ramah sebelum melanjutkan kalimatnya “Gadis itu sempat kemari beberapa kali untuk menanyakan tentang karakteristik pembunuh dan cara mereka menyembunyikan buktinya, ia juga sering menceritakan tentang anda sebagai rekan yang membantunya mencari pembunuh tersebut.”

“Lalu mengapa aku yang tak bisa melihatnya juga dibilang normal? Logikanya jika lebih dari satu orang yang bisa melihatnya sedangkan aku tidak, berarti ada yang tak beres denganku dong?” Tanya Julian, lagi-lagi mewakili pertanyaan di dalam benakku.

“Pak Arron memang tidak salah lihat, malam itu Taira memang tidak memperlihatkan wujudnya pada anda. Namun terkait alasan lengkap dibalik keanehan ini, saya tidak bisa menyampaikannya sebab gadis itu meminta saya untuk merahasiakannya. Saya hanya bisa menyampaikan pada anda sekalian bahwa tidak semua hal yang terjadi di dunia ini bisa diterima oleh logika, terkadang seseorang harus menerima keadaan dengan perasaan dan kepercayaannya sendiri,” jawab sang psikolog yang tidak memberikan jawaban namun memberikan petuah yang aku sendiri belum mengerti apa maksudnya.

“Jika sudah tidak ada lagi yang ingin kalian tanyakan, saya pamit undur diri. Saya memiliki janji temu lagi dengan pasien lain,” lanjutnya sambil merapihkan beberapa berkas dihadapannya. Aku dan Julian hanya bisa saling melempar lirikan heran.

Menyadari bahwa psikolog itu sedang mengusir kami secara halus, aku dan Julian sepakat tanpa berdiskusi untuk keluar dari ruangan tersebut dan mencari tempat lain untuk berdiskusi secara berkelanjutan. Toh hari masih menunjukkan pukul sembilan pagi, aku masih memiliki banyak waktu untuk berbincang dengan Julian sebelum kembali bekerja di kedai siang nanti. Mengingat aku hanya diberi ijin setengah hari oleh Leo pagi tadi.

...***...

“Yah… hasilnya tidak ada yang salah lihat! Lalu bagaimana cara menentukan pemenang dari game ini?” Gerutu Julian tak puas dengan hasil pemeriksaan psikolog tadi, ia menendang kaleng kosong yang ada disekitarnya sembari sesekali menjilat ice cream cokelat yang ia beli setelah keluar dari ruang psikolog.

Aku menatap hangat ke arahnya sambil sesekali meminum susu kotak yang juga ku beli tak jauh dari tempat Julian membeli ice cream tadi, lalu berkata “Ini kan game yang kau ciptakan sendiri, jadi terserah padamu ingin mengambil keputusan seperti apa.”

“Tak bisa seperti itu dong! Tak adil jika aku seenaknya saja menentukan siapa pemenang dari game ini! Aku tak mau bermain curang!” Protesnya.

“Jika begitu, kita perlu satu orang lagi untuk menjadi juri yang adil ga sih?” Tanyaku sedikit memberi usul.

“Kalau bisa jurinya jangan orang yang kita kenal agar tidak memihak,” timpal Julian menambahkan usul dariku.

“Orang asing yang asal kita temui di jalan maksudmu?” Tanyaku. Tak lama kemudian ada perempuan yang bentuk tubuhnya cukup indah melintas di hadapanku dan juga Julian.

“Eh mbak, mbak, mbak, mbak, mbak! Maaf, boleh kami minta waktunya sebentar?” Spontan Julian memanggil perempuan itu berulang kali sambil menarik lengannya. Gadis itu menghentikan langkahnya sejenak lalu menghadap ke arah kami.

“Ada apa ya kak?” Tanya wanita tersebut.

“Itu, maaf… hmmm… tapi anda tipe saya banget. Boleh minta kontak ponselnya kah?” Jawab Julian yang malah semakin membuat perempuan itu bingung dan ketakutan.

Spontan aku memukul pelan kepala pria berandal yang ada dihadapanku ini dengan harapan fikiran liarnya segera sirna, lalu aku berkata “Bodoh! Bukan itu yang harusnya kau sampaikan padanya! Sepertinya kau harus mengurangi alkohol agar otakmu menjadi lebih jernih!”

“Justru aku begini karena belum minum alkohol hari ini!” Sentaknya mencoba membenarkan diri. “Hmm… maaf nona, tadi saya tidak fokus. Bukan itu yang ingin saya sampaikan sebenarnya,” lanjutnya memberikan klarifikasi pada perempuan itu.

“Baik, apa yang bisa saya bantu?” Tanya perempuan itu, untung dia tidak lari karena takut dengan rayuan Julian.

“Kami sedang bermain game dan membutuhkan juri untuk menentukan siapa pemenangnya,” jawabku dengan santun dan ramah sambil tersenyum manis pada wanita itu.

“Begini permainannya…” Julian mulai menceritakan seluruh kisah tentang game ini hingga menjelaskan tentang hasil aneh dari pemeriksaan psikolog tadi.

“Jika seperti ini hasilnya, lalu siapa yang sebaiknya dianggap sebagai pemenang?” Tanyaku setelah Julian menyelesaikan penjelasannya. Gadis itu mencoba mencerna setiap hal yang kami uraikan lalu mempertimbangkan jawabannya dengan serius.

“Poin inti dari game-nya kan untuk mencari bukti apakah kak Picho berpotensi untuk membunuh orang tanpa sadar atau tidak. Meskipun kalian berdua sama-sama tidak salah lihat dan tidak sedang berdelusi, artinya kak Picho tetap tidak bisa disalahkan dong? Karena sosok yang ia lihat bukanlah pengaruh delusi dan psikolog juga pernah melihat sosok yang sama, jadi kak Picho terbukti tidak memiliki potensi untuk membunuh tanpa ia sadari,” jawab gadis itu panjang lebar menjelaskan sudut pandangnya.

“Jadi penenangnya adalah Picho?” Tanya Julian. Wanita itu mengangguk.

“Tapi itu hanya sudut pandangku loh ya. Karena game ini menyangkut kasus yang serius, menurutku jangan terburu-buru menentukan hasil, sebaiknya dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk membuktikan kebenarannya secara adil,” saran dari gadis itu sebelum berpamitan dan akhirnya pergi dari pandangan kami.

Aku dan Julian lagi-lagi saling melempar pandangan heran setelah wanita itu pergi. Sedikit mencerna setiap perkataannya dan mengasumsikannya dalam benak masing-masing. Secara garis besar gadis itu bilang bahwa aku terbukti tidak bersalah, namun ia juga menyarankan untuk dilakukan penyelidikan lebih lanjut sebelum mengambil keputusan dari kasus yang rumit ini. Menambah pertanyaan dalam kepalaku yang mulai penat ini.

“Jadi bagaimana?” Tanyaku pada Julian.

“Untuk sementara aku anggap kau yang menang dan bebas dari tuduhan, tapi kau tetap masih dalam pengawasan ku untuk jaga-jaga jika ada hal yang tak diinginkan terjadi. Tenang, aku tidak akan melaporkanmu pada pimpinan polisi kok. Setidaknya tidak sampai aku menemukan bukti yang jelas bahwa kaulah pembunuhnya,” jawab Julian masih belum bisa melepaskan ku dari kecurigaannya walau sudah mengakui bahwa aku menang.

Senyumanku kembang kempis, bingung mau senang atau kesal dengan keputusannya. Di satu sisi aku lega karena sudah diakui sebagai pemenang game ini, namun disisi lain aku juga kesal karena Julian masih mewaspadai ku. Sejujurnya aku juga ragu sih apakah aku sempat membunuh seseorang tanpa sadar atau tidak, namun sebelum ditemukan bukti yang jelas aku tidak boleh sembarangan memutuskan, kan?

Episodes
1 01. Bisikan Misterius
2 02. Penampakan Misterius
3 03. Sedikit Interogasi
4 04. Informasi Buntu
5 05. Mencoba Melupakan
6 06. Tragedi Baru
7 07. Mencari Jawaban
8 08. Misteri Baru
9 09. Arwah Nakal!
10 10. Keraguan Polisi
11 11. Penyelidikan Detektif
12 12. Interogasi Dadakan
13 13. Strategi Pengintaian
14 14. Misteri Kencan?
15 15. Perbincangan Tegang
16 16. Perang Sandiwara
17 17. Truth to Truth
18 18. Dare of Dare
19 19. Autopsi dan Saksi
20 20. Menegakkan Keadilan
21 21. Sebuah Keputusan
22 22. Api Es
23 23. Misteri Topeng
24 24. Teka-teki Menarik
25 25. Rubah Putih
26 26. Bisakah Disalahkan?
27 27. Kawan, Lawan?
28 28. Bola Cokelat
29 29. Sebuah Penyelamatan
30 30. Undangan Kencan?
31 31. Pencarian Tertemui
32 32. Karena Nama
33 33. Mencari Identitas
34 34. Keluarga Baru
35 35. Cerita Sesungguhnya
36 36. Think Midnigth
37 37. Think Midnigth (2)
38 38. Bekas Semalam
39 39. Sedikit Pertikaian
40 40. Pelanggan Aneh
41 41. Menjalankan Rencana
42 42. Ketegangan Baru
43 43. Makna Pisau
44 44. Melepas Gelar
45 45. Eine Kleine
46 46. Live Music
47 47. Sebuah Firasat
48 48. Pemandangan Terburuk
49 49. Jawaban Misteri
50 50. Dejavu
51 51. Resah Menanti
52 Thanks for 200+ Readers!
53 Rasa Rindu
54 Hilang!?
55 You Are Mine [Special Episode]
56 Kunjungan
57 Interogasi Sungguhan
58 Melepas Rindu
59 Membuat Lagu
60 Tak Berharap
61 Kabar Buruk
62 Adu Argumen
63 Sorry.
64 Update?
65 Pengumpulan Bukti
Episodes

Updated 65 Episodes

1
01. Bisikan Misterius
2
02. Penampakan Misterius
3
03. Sedikit Interogasi
4
04. Informasi Buntu
5
05. Mencoba Melupakan
6
06. Tragedi Baru
7
07. Mencari Jawaban
8
08. Misteri Baru
9
09. Arwah Nakal!
10
10. Keraguan Polisi
11
11. Penyelidikan Detektif
12
12. Interogasi Dadakan
13
13. Strategi Pengintaian
14
14. Misteri Kencan?
15
15. Perbincangan Tegang
16
16. Perang Sandiwara
17
17. Truth to Truth
18
18. Dare of Dare
19
19. Autopsi dan Saksi
20
20. Menegakkan Keadilan
21
21. Sebuah Keputusan
22
22. Api Es
23
23. Misteri Topeng
24
24. Teka-teki Menarik
25
25. Rubah Putih
26
26. Bisakah Disalahkan?
27
27. Kawan, Lawan?
28
28. Bola Cokelat
29
29. Sebuah Penyelamatan
30
30. Undangan Kencan?
31
31. Pencarian Tertemui
32
32. Karena Nama
33
33. Mencari Identitas
34
34. Keluarga Baru
35
35. Cerita Sesungguhnya
36
36. Think Midnigth
37
37. Think Midnigth (2)
38
38. Bekas Semalam
39
39. Sedikit Pertikaian
40
40. Pelanggan Aneh
41
41. Menjalankan Rencana
42
42. Ketegangan Baru
43
43. Makna Pisau
44
44. Melepas Gelar
45
45. Eine Kleine
46
46. Live Music
47
47. Sebuah Firasat
48
48. Pemandangan Terburuk
49
49. Jawaban Misteri
50
50. Dejavu
51
51. Resah Menanti
52
Thanks for 200+ Readers!
53
Rasa Rindu
54
Hilang!?
55
You Are Mine [Special Episode]
56
Kunjungan
57
Interogasi Sungguhan
58
Melepas Rindu
59
Membuat Lagu
60
Tak Berharap
61
Kabar Buruk
62
Adu Argumen
63
Sorry.
64
Update?
65
Pengumpulan Bukti

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!