TA 19

Pagi yang datang tanda untuk mengawali hari yang panjang, memberi harapan baru meski hidup kadang tak menentu.

Velisha terlihat menyambut paginya dengan memberi senyuman yang indah pada setiap orang yang berpapasan denganya.

Dia nampak bersemangat menjalani rutinitasnya sebagai mahasiswi, yaitu untuk berangkat ke kampusnya, dengan rona wajah yang cerah dia berjalan di suasana jalanan yang ramai oleh lalu lintas kendaraan, menuju ke sebuah halte bus terdekat untuk menunggu alat transportasi yang akan dia tumpangi.

"Duuuh, kemana sih ini busnya?, lama sekali, kenapa belum datang juga? udah siang lagi" gerutu Velisha yang sudah menunggu beberapa saat.

Tiba tiba sebuah moge klasik dengan pengendara yang ber atribut hitam hitam menepi Pas di depan Halte tempat duduk Velisha.

"Apa Anda butuh tumpangan ojek?" tanya si pengendara itu.

"Tidak terimakasih, saya sedang menunggu bus" ucap Velisha menolak.

"Di belakang sana ada kecelakaan ringan, kemungkinan jalan bus anda terhalang olehnya, jadi daripada terlambat biar saya yang antar Anda ke kampus" ucap Si pengendara yang matanya hanya mengintip sedikit dari balik visor helm hitam nya.

Velisha berpikir sejenak dengan melihat jam di tanganya, yang memang waktu kuliahnya sudah mepet.

"Anda tukang ojek kan?" tanya Velisha.

"Iya, tentu saja" ucap Riza tersenyum di balik helmnya, dia benar benar tidak di kenali oleh Velisha.

"Baiklah, tolong antar aku ke kampus UN" ucap Velisha dan segera beranjak naik ke motor klasik mahal itu.

Velisha tidak tau soal motor pabrikan jerman yang ada di depanya sekarang, yang harganya lumayan fantastis, karena dia memang tidak terlalu paham soal otomotif, dan mengira kalau semua motor itu sama saja.

"Tapi mana helm ku?" tanya Velisha yang baru fokus setelah dia naik ke atas motor.

"Aku menaruhnya di depan sana, sekalian kita ambil dulu" ucap Riza yang sebenarnya tidak membawa helm cadangan, karena tidak berniat akan mengantar Velisha sebelumnya,

"Oh, ya sudah" ucap Velisha tanpa curiga.

Riza segera melajukan mogenya itu hingga ke perempatan jalan di depannya, dan kebetulan dia menemukan sebuah mini market, jadi dia menepi dan segera masuk kedalam mini market itu.

Tanpa berlama lama di dalam mini market, Riza pun keluar dengan sebuah helm retro bogo kulit berwarna coklat muda.

"Ini Helm mu" ucap Riza langsung menyerahkannya.

Velisha juga tentu menerimanya dan sedikit memperhatikan helm itu

"Ini helmnya baru di beli ya?, kok masih ada lebel nya?" ucap Velisha sedikit tidak mengerti, karena ongkos ke kampusnya tentu tidak sebanding dengan harga sebuah helm baru yang tertera di labelnya.

"Itu sudah lama, hanya lupa membuka lebel nya saja" ucap Riza.

"Oh" Velisha tidak ingin terlalu mempermasalahkan hal itu, karena dia juga sedang terburu buru, dan yang terpenting dia harus segera sampai di kampus.

Mereka pun segera meneruskan perjalanan mereka lagi menyusuri kalanan kota B.

Riza berfikir kalau sikap Velisha mungkin akan berubah jika saja dia tau latar belakang dari keluarganya, dan Riza tidak ingin itu terjadi, karena dia sangat menyukai sifat Velisha yang natural seperti sekarang ini.

Jadi menyembunyikan jati dirinya adalah pilihan yang tepat menurutnya.

.

Tidak berselang lama, mereka pun akhirnya sampai di depan gedung fakultas Velisha,

"Akhirnya sampai juga, untung saja abang" ucap Velisha yang segera turun dari motor Riza, lalu membuka helmnya.

"O ya, berapa ongkosnya" tanya Velisha

"Sama dengan ongkos bus saja" ucap Riza yang tidak ingin di curigai, tapi juga tidak ingin membebani

"Biasanya hanya sepuluh ribu, emang boleh segitu?" tanya Velisha

"Maunya berapa?" tanya Velisha.

"Ya segitu saja deh" ucap Velisha yang segera membayarnya.

"Terimakasih ya bang, eh boleh minta nomornya ponselnya gak?, soalnya kadang busnya sering terlambat gitu seperti tadi" ucap Velisha yang merasa bayaran kang ojeknya sangat ramah di kantong, dan cepat sampainya,

"Tentu saja" ucap Riza langsung mengeluarkan ponselnya, dan menujukan kode QR di layarnya.

Soal ponsel, Riza tidak terlalu khawatir ketahuan, karena Velisha memang belum punya nomor ponsel pribadi Riza.

Velisha segera memindai layar ponsel Riza untuk mendapatkan nomornya.

"Sudah, terimakasih ya" ucap Velisha segera berbalik dan menyimpan kontaknya dengan nama 'Bang ojk'

Velisha segera berjalan ke arah gedung kampusnya dengan masih terfokus ke ponselnya, dia tidak tau kalau dia sedang jadi pusat perhatin beberapa siswa lain.

Dan saat dia mengalihkan pandanya kedepan, dia kaget bukan main karena hampir menabrak bebrapa orang yang berdiri tepat di jalannya.

"Astaga, maaf aku tidak lihat jalan" ucap Velisha yang hampir saja menabrak Katrina dan kawan kawannya.

"Nemu cowok tajir darimana kamu? hm?, kelihatanya lebih tajir dari Zidan?" tanya Katrina.

"Hah??, Maksudnya?" tanya Velisha tidak mengerti.

"Sudah sok cantik, sok polos lagi, hmhh munafik" ucap Katrina.

Velisha hanya terdiam tidak mengerti kenapa katrina berkata demikian.

"Sudahlah, tidak penting, cewek murahan sepertimu memang selalu dapat mangsa dengan mudah kan, murahan sekali ," ucap Katrina yang sebenarnya iri melihat Velisha di antar oleh motor gede milik Riza, dia tau persis kalau harga motornya itu bisa sebanding dengan harga 3 unit mobil standar milik Zidan.

Tapi untungnya Katrina kali ini benar benar merasa kalah saing, dan segera beranjak pergi dari hadapan Velisha.

Sementara Velisha masih berpikir keras untuk mencerna maksud dari perkataan Katrina.

"Velisha,, bilang apa nenek sihir itu barusan?, apa dia cari masalah lagi?, maaf, aku telat kesininya" ucap Raya yang tiba tiba menghampiri Velisha.

"Entahlah, aku juga tidak mengerti, masa dia tiba tiba bilang kalau aku sudah punya cowok yang lebih tajir lah, murahan lah apalah?, memang aneh tu nenek sihir" ucap Velisha

"Kamu kesini di antar pemotor itu kan?" tanya Raya.

Velisha menoleh pada Riza yang masih ada di tempatnya tadi, "Iya, memangnya kenapa?" tanya Velisha.

"Ya jelas lah dia bilang begitu, nenek sihir itu pasti kepanasan lihat kamu Vel, itu motor lumayan mahal harganya, hampir tembus satu M tau" ucap Raya.

"Ah masa sih semahal itu?" ucap Velisha.

"Ye di bilangin gak percaya, emang dia siapa lu Vel?" tanya Raya juga penasaran

"Kang ojek" ucap Velisha lempeng.

Raya langsung tertawa terbahak mendengarnya "Hahaha, ha ha ha, becanda lu kelewatan Vel, mana ada kang ojek pake moge mahal, kalau anak TeKa lu bisa kibulin, lah gue sebentar lagi jadi sarjana kali" ucap Raya.

"Ya kali aja kang ojeknya kaya, atau dapet undian mungkin" ucap Velisha.

"Wah, parah, parah kamu vel, makin ke sini makin gak jelas, sudah lah, siapa sih dia? kasi tau lah!!, jangan jawab yang aneh aneh, gak mungkin kalau dia orang kaya mau ngojek Vel " ucap Raya yang merasa perkataan Velisha tidak masuk akal.

"Iya sih, ongkosnya juga cuma sepuluh ribu tadi, murah banget kan?, lumayan jauh juga jaraknya, helmnya juga baru beli dadakan, emang aneh sih kang ojek itu" ucap Velisha netral.

"Ini kamu seriusan gak sih?, gak lagi ngibulin gue kan?" tanya Raya.

"Astaga, aku ngomong apa adanya Ray, sudahlah jangan di bahas, perkara gak penting juga, malah bikin pusing tau" ucap Velisha sedikit kesal pada sahabatnya itu.

"Iya iya" ucap Raya tidak ingin memperumit lagi. Mereka berdua segera melangkah memasuki kampus mereka, Sementara Riza baru pergi setelah dia tidak bisa melihat Velisha lagi.

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Ojek cinta itu mah Velisha, kyak q jg sring dpet ojek gratis malah..🤭

2024-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!