TA 13

Keesokan harinya, pagi pagi sekali Velisha sudah beranjak dari tempat tidur penunggu pasien di ruang rawat VIP ayahnya, dia pergi ke balkon untuk mencari udara segar dan menikmati pemandangan pagi yang monoton. karena hanya terlihat gedung gedung perkotaan di sejauh mata memandang.

Tidak lama ponselnya berdering tanda panggilan masuk, dan Velisha langsung mengangkat panggilan dari sahabatnya Raya.

📞"Halo Vel, kamu di ruangan mana?, aku dan Hana sudah di lobi" ucap Raya di telpon

"Kamu naik lift saja ke lantai empat, nanti aku tunggu kalian di depan pintu lift" ucap Velisha.

📞"Oh baiklah, sampai ketemu di sana" ucap Raya.

Setelah panggilan berakhir, Velisha segera beranjak pergi ke luar ruangan untuk menjemput sahabat sahabatnya di area lift.

Tidak lama Hana dan Raya pun keluar dari pintu lift dan langsung menghampiri Velisha di sana.

"Hayyy, sory ya aku baru lihat story kamu pas bangun tidur tadi, kalau tau lebih awal mungkin dari semalam kita langsung kesini setelah pulang kerja" ucap Raya yang langsung memegangi tangan Velisha.

"Iya Vel, maaf ya kita gak bisa temenin kamu di sini semalam" ucap Hana

"Tidak papa, aku juga tidak sendirian kok, ada Ija yang nemenin semalaman" ucap Velisha

"Ija?, mana dia?, kapan dia balik?" tanya Raya sambil celingak celinguk mencari Riza.

"Dia tidak di sini sekarang, kemarin dia ke stand jualan ku lagi, dan kebetulan saat pulang kami mendapati ayah yang kondisinya memburuk, Jadi Ija ku ajak kesini sekalian, tapi Aku juga belum melihatnya pagi ini sih, mungkin dia ada di luar" ucap Velisha

"Sayang sekali, kangen banget aku sama dia, hampir sebulan dia menghilang kan?" ucap Raya.

"Iya kurang lebih lah, nanti dia juga pasti kemari lagi" ucap Velisha

"Ya sudah kita langsung ke ruangan ayahmu saja, oya, bagaimana kondisi ayahmu sekarang?" tanya Hana

"Kata dokter sudah sedikit membaik sih dari pada saat pertama datang, tapi tadi dia belum bangun, jadi aku tidak bisa memastikan" ucap Velisha.

Mereka bertiga pun segera masuk ke ruang perawatan pak Beni, Raya dan Hana sontak terperangah saat melihat ruangan VIP yang hanya di huni oleh pak beni saja, bukan mereka belum pernah melihat ruangan seperti itu, tapi setau mereka hanya kalangan tertentu saja yang mendapatkan pelayanan kamar VIP itu.

"Velisha, kamu tidak salah tempat kah?, ini sih seperti di kamar hotel Vel, ada kulkasnya segala lagi, ac nya juga, ini beneran ruangan rawat paman Beni?" tanya Raya.

"Ya beneran, itu ayahku tidur di sana kan" ucap Velisha menunjuk ke arah sang Ayah.

"Iya juga sih, Kalau begitu boleh dong bongkar isi kulkasnya" ucap Raya asal,

"Jangan sembarangan, aku saja yang dari kemarin di sini belum berani membukanya" ucap Velisha.

"Maka dari itu, sebelum kita kabur karena tidak bisa bayar pengobatan paman, alangkah baiknya kalau kita nikmati dulu fasilitas yang tersedia di sini, ya contohnya kuras isi kulkas dulu gitu" ucap Raya.

"Jangan malu maluin dong, terakhir kali kamu buat ulah kita semua yang kena getahnya kan" ucap Hana.

"Cuma bikin malu sedikit kan?, wajar kali Han" ucap Raya malah terkekeh.

"Tau ah, gak ikutan pokoknya" ucap Hana

Mereka bertiga pun segera duduk di sofa ruangan itu.

"Kalian tenang saja, ruangan ini sudah di bayar untuk beberapa hari kedepan, jadi tidak perlu ada acara kabur segala" ucap Velisha

"Hah?, yakin lunas Vel?, kamu pake duit tabunganmu kah?, alamak, kasian kali kau" ucap Raya.

"Enggak juga Ray,, ada seseorang yang sudah membayarnya, tapi aku sampai sekarang masih belum tau siapa orangnya itu" ucap Velisha.

"Zidan kali Vel" ucap Hana.

"Enggak tau juga sih, soalnya dari kemarin aku juga gak lihat penampakan Zidan di rumah sakit ini" ucap Velisha

"Kok aneh ya?, kalau memang Zidan yang membayarnya, pasti belagunya gak ketulungan kan, biasanya juga dia sok cari muka, terus ingin di puji gitu kan kalau dia bantuin Velisha, jadi gak mungkin adem ayem kayak gini, ini bukan gaya nya" ucap Raya.

"Bener Ray, aku setuju pendapatmu, tapi kalau bukan dia, lalu siapa?" ucap Velisha dengan mode berpikir.

"Iya yah" ucap Hana juga ikut berpikir.

"Aah, aku tau siapa orangnya, tidak mungkin orang yang gak kelihatan yang bantuin kamu kan, pasti dia orang terdekat kamu juga,, mmm, Ija mungkin gak sih?" ucap Raya berpendapat.

Velisha sedikit mengingat ingat semua hal kemarin, "Enggak kayaknya, itu rasanya gak mungkin juga sih, soalnya semenjak berangkat dari rumah, hingga sampai di sini juga dia terus ada di dekat ku,, lagian darimana juga Ija punya uang kan" ucap Velisha.

"Iya sih, kalau di lihat sepintas juga gak mungkin sih" ucap Raya.

"Jangan menilai seseorang dari penampilanya, bisa saja orang yang terlihat biasa itu di dalamnya menyimpan hal yang luar biasa, ya contohnya aku" ucap Hana

"Huuu, pede lo ketinggian, ntar jatuh ngerepotin kita lagi" ucap Raya.

"Becanda doang juga" ucap Hana

'Tuk tuk tuk' tiba tiba terdengar suara ketukan dari pintu ruangan, dan seorang perawat segera masuk dengan bingkisan buah buahan segar di tanganya,

"Permisi nona ada yang mengirim bingkisan untuk anda" ucap sang Perawat.

"Bingkisan??" Velisha segera beranjak menghampirinya.

"Kalau boleh tau, siapa yang mengirimnya" tanya Velisha

"Saya kurang tau nona, mungkin ada namanya di kartu ucapan " ucap sang perawat.

"Oh, baiklah, terimakasih sus" ucap Velisha yang segera menerimanya, dan segera menaruhnya di meja kecil di dekat tempat tidur ayahnya.

Ke dua temannya juga ikut penasaran dan mengikuti Velisha, "Dari siapa Vel, perhatian sekali" tanya Raya dari belakang Velisha.

"Bentar, mana kartu ucapanya ya,, gak ada kayaknya" ucap Velisha yang mencari kartu ucapan yang biasanya tergantung di luar.

"Itu yang di dalam bukan sih?" ucap Hana yang melihat sebuah kartu di dalam bingkisannya

"Sepertinya iya," ucap Velisha, dia harus merobek pembungkusnya terlebih dahulu untuk bisa mengambilnya, dan setelah di dapatkan, ternyata tidak hanya kartu itu saja yang Velisha bawa, melainkan ada sekuntum bunga mawar merah hati menempel di kartu ucapannya.

"O my god, ada bunganya segala, jadi makin penasaran aku, cepet buka buka," ucap Raya tidak sabar.

"Iya iya sabar"

Velisha segera membukanya, tapi bukanya mendapati nama sang pengirim atau ucapan GWS untuk ayahnya,, melainkan sebuah kalimat panjang yang di tulis tangan oleh sang pengirim.

['Bunga mawar ini pasti akan tersipu jika berada di tanganmu, karena dia tau, bunga yang tumbuh di tepi jalan lebih indah darinya]

"Ini apa maksudnya?" Velisha langsung bingung saat membacanya.

"Coba sini lihat" Hana langsung menutup mulut dengan jemarinya "Ya ampun, so sweet banget sih, mungkin gak sih kalau bunga ini untuku" ucap Hana.

"Yeeekan jelas jelas itu bunga untuk Velisha, bunga yang tumbuh di tepi jalan itu pasti maksudnya kamu Veli, yang sehari hari jualan di pinggir jalan, masa gitu aja gak ngeh sih" ucap Raya

"Masa sih?" ucap Velisha tidak tau harus berekspresi seperti apa, karena dia tidak tau siapa pengirimnya.

"Kok kamu biasa saja si Vel, kalau kata kata itu untuku, pasti aku sudah lumer di lantai" ucap Hana

"Coklat kepanasan kali ah lumer" ucap Raya.

"Ya terus aku harus gimana, aku tidak tau ini bunga dari siapa, bisa saja ini bukan untuku kan" ucap Velisha.

"Ya mungkin itu dari pengagum rahasiamu Vel, bisa saja kan?" ucap Hana.

"Apa iya?" batin Velisha tentunya semakin bertanya tanya.

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Jawabannya ada di part slanjutnya..🤭

2024-03-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!