T A5

Mendengar pembicaraan Velisha dan kawan kawan yang ingin mendandaninya seperti wanita, jelas batin Riza berontak dan ingin berkata tidak.

Tapi dia juga kesulitan untuk menolak kepedulian Velisha padanya, dia takut Velisha akan marah seperti keluarganya jika dia tidak menurut.

"Sepertinya Ini ide paling gila yang pernah kita lakukan, benar benar gila" gerutu Velisha saat mendandani Riza.

"Oke, dada sudah montok, make up juga sudah, anting antingan sudah, tinggal apalagi yang kurang ya,?" gumam Raya sambil merapikan dada Riza yang di sumpal pembungkus makanan.

"Rambut bagaiamana?, apa tidak ada yang punya rambut palsu gitu?, kalau gini kan masih keliatan rambut laki nya" ucap Hana

"Aku tidak punya sih kalau yang begituan" ucap Velisha

"Pakai penutup kepala saja, topi atau kupluk mungkin" ucap Raya

"Ah, jaketku saja, ada kupluknya" ucap Hana

"Iya bagus bagus, sempurna" ucap Raya.

Setelah karya rupa mereka selesai, mereka pun berembung dan mulai menilai penampilan Riza yang kini hanya bisa duduk manis di kursinya.

"Bagaimana menurutmu Vel, sudah meyakinkan tidak?, dia terlihat cantik kan?" ucap Raya.

"Mmmm, entahlah, tapi wajahnya memang terlihat cantik juga sih, dia punya kulit yang putih" ucap Velisha.

"Aku setuju, dia cantik " ucap Hana.

Sementara itu batin Riza meronta ingin menangis saat di beri penilaian oleh tiga serangkai itu.

"Ja, sekarang ayo ikut aku, nanti kamu jangan melakukan hal yang aneh aneh ya, juga jangan bicara apapun, kamu diam saja, paham?" ucap Velisha

"Umh" ucap Riza mengangguk, kemudian segera mengikuti langkah Velisha dan yang lainnya dari belakang.

"Kalau ayah mu tanya dia siapa, kita harus jawab apa?" tanya Hana

"Ija saja, namanya sudah mirip cewek kan?, jadi tidak perlu di ubah lagi" ucap Velisha

"Benar juga ya" ucap Hana dengan terkekeh.

Merka ber empat pun melangkah dengan yakin ke tempat yang di tuju.

Dengan Riza yang cukup jarang bicara, Velisha tentu tidak punya kekhawatiran kalau Riza akan membuat ulah nantinya.

Mereka berjalan santai karena memang jarak rumah Velisha dari stand hanya sekitar 200 meter, dan tidak butuh waktu lama merekapun akhirnya tiba di depan rumah sederhana berukuran sedang, tidak kecil, juga tidak terlalu besar.

Velisha yang sebagai tuan Rumah langsung membuka pintu rumahnya yang tidak di kunci.

"Yah, aku pulang" ucap Velisha

"Uhuk uhuk" hanya terdengar suara batuk dari salah satu kamar yang menyahut Velisha.

Velisha langsung beranjak masuk dan menghampiri ayahnya yang terbaring di tempat tidur.

"Bagaimana kondisi ayah hari ini?" tanya Velisha

"Masih sama saja seperti kemarin, uhuk uhuk" ucap Pria paruh baya yang sebenarnya belum terlalu tua, dia baru berusia 50han tahun.

Penyakitnya komplikasi dan tidak di periksakan ke dokter ahlinya, itulah kenapa tubuhnya semakin lama semakin lemah.

"Aku bawakan obat seperti yang sebelumnya dari apotik, kuharap akan baikan setelah meminum obat ini lagi" ucap Velisha.

Dia melirik sarapan yang tadi pagi dia siapkan untuk makan siang Ayahnya, dan hanya hilang sedikit.

"Vel, apa tidak sebaiknya ayahmu di periksakan ke dokter ya, memberi obat tanpa resep dokter kan bahaya juga Vel" ucap Hana

"Aku tahu, tapi biaya ke dokter spesialis kan lumayan Han, dokter klinik menyarankan ayahku agar di rawat ke ruamh sakit yang memadai, tapi mau bagaimana lagi, pasti butuh biaya yang besar juga kan?" ucap Velisha.

"Jangan pikirkan soal berobat ayah, ayah sudah merasa cukup hidup, pikirkan saja kuliahmu dan masa depanmu" ucap Beni.

Velisha langsung menghela nafasnya dalam dalam, karena selalu saja itu yang ayahnya katakan, itulah kenapa Velisha masih mempertahankan studinya dengan susah payah.

"Apa sama sekali tidak ada bantuan Vel?" tanya Hana

Velisha hanya menggelengkan kepalanya.

"Kamu Hana ya?, sudah lama tidak melihatmu" ucap Beni dengan suara berat dan nafas yang agak tersengal sengal

"Iya paman, aku lumayan sibuk soalnya" ucap Hana yang hanya berdiri di ambang pintu.

"Siapa yang dua lagi ini?, aduuuh, paman lupa" ucap Beni yang merasa dirinya sudah pikun.

"Aku Raya paman,, dan ini Ija" ucap raya yang juga memperkenalkan Riza.

"Ah iya, paman lupa, sudah tua mungkin" ucap Beni

"O ya, Mereka mau menginap di sini Yah, apa boleh?" Tanya Velisha.

"Tentu saja, biar rumah ini tidak terlalu sepi penghuni" ucap Beni

"Baiklah, o yah, aku akan panaskan dulu makan malam untukmu, sebentar ya" ucap Velisha segera beranjak dan pergi ke dapur yang tentunya langsung di ikuti oleh Hana dan yang lainya.

"Gimana, berhasilkan ide ku" ucap Raya.

"Sssst, jangan banyak bicara" Bisik Velisha karena khawatir apa yang di bicarakan mereka nantinya bisa di dengar ayahnya.

"Oh, oke" ucap Raya.

Velisha pun mulai memasak beberapa persediaan makanan yang ada, lalu menyajikannya selagi hangat pada ayahnya, memberinya obat.

Dan setelahnya Velisha dan yang lainya berkumpul di ruang tengah untuk membuat tugas kuliahnya bersama tiga rekanya.

Sementara Riza hanya menyimak dan tidak bicara sama sekali seperti yang di harapkan Velisha.

Keesokan paginya, Velisha yang tertidur di depan laptopnya terbangun lebih dulu, dan melihat teman temanya masih belum terbangun di posisi yang sama denganya, mereka memang mengerjakan tugas sampai larut malam, jadi tidak sempat berpindah ke ruangan kamar saking beratnya mata mereka.

Riza yang tertidur di karpet lantai juga masih terlihat sangat lelap.

"Hmm, ada ada saja" gumam Velisha yang merasa rumit dengan tingkah absurd mereka.

Dia lalu beranjak untuk melakuan rutinitas paginya, merapihkan rumah, memasak, mencuci, dan yang lain lainnya, dia selalu melakukanya seorang diri, dan sudah cukup terbiasa dengan semua itu.

...***...

Tidak terasa, sepekan telah berlalu dengan begitu cepatnya, itu karena Velisha maupun Riza menjalani hari mereka tanpa beban yang berarti.

Semakin hari, mereka semakin akrab satu sama lain, dan kemistri mereka juga terbangun.

"Ja, tolong ambilkan parutan keju yang itu" ucap Velisha yang seperti biasa sedang menyiapkan beberapa makanan untuk para pelanggan stand nya.

"Iya" ucap Riza segera menuruti titahnya.

Tiba tiba terdengar suara serombongan mobil mobil Racing yang khas menepi, dan seorang pria turun dari salah satu mobil yang langsung menghampiri stand Velisha dengan langkah yang sedikit angkuh.

"Wah wah wah, pantas saja akhir akhir ini kau selalu menghindariku, ternyata kau punya simpanan di tempatmu ini ya" ucap Zidan.

Velisha pun langsung menatap lurus ke arah mata Zidan.

"Jangan bicara sembarangan, dia kakak sepupuku, soal aku menghindarimu seharusnya kau lebih tau alasanya kan" ucap Velisha datar.

"Maksudmu apa?, aku tidak mengerti" ucap Zidan.

"Kau tau aku tidak suka di permainkan, jika kamu serius dengan ku, jangan ada yang lain, jika hanya ingin main main, aku tidak akan serius dengan mu" ucap Velisha beralasan.

"Apa maksudmu soal Katrina?" tanya Zidan.

"Menurutmu?" Velisha bertanya balik seolah merajuk.

Dan kesan itu pun di tangkap oleh naluri Zidan.

"Kau bisa cemburu juga ternyata, aku pikir kau tidak peduli, baiklah aku bisa jelaskan soal itu, dengar, aku sedang mengikuti suatu events balapan bergengsi akhir akhir ini, semua peserta tentunya ingin keahlian mereka bisa di banggakan oleh orang yang di sayanginya, sementara aku, sekalipun tidak pernah jadi kebanggan mu kan, jadi apa salah jika aku akhirnya berteman dengan orang yang bisa memuji bakatku?" tanya Zidan.

Velisha hanya terdiam, karena dia bingung untuk mencari alasan lagi, yang dia harpakan Zidan dengan suka rela melepaskannya, dan tenggang pembayaran hutangnya bisa di negosiasikan.

Intinya Velisha tidak ingin memperkeruh keadaan dirinya, juga tidak ingin terjerumus lebih dalam di kehidupan Zidan yang tidak dia sukai, karena Velisha tau events yang di maksud Zidan hanyalah ajang taruhan para anak anak orang kaya, dan Velisha tidak ingin berada di lingkaran semacam itu.

"Velisha, intinya aku dan Katrina tidak ada hubungan apa apa, hanya sebatas atlit dan penggemar, tidak lebih, percayalah, hanya kamu satu satunya orang yang aku cintai di dunia ini, kau bisa belah dadaku jika kau meragukan itu" ucap Zidan mencoba meyakinkan.

Velisha yang mendengarnya pun sontak merasa mual, dan ingin sekali memuntahkan makan siangnya saat itu juga, tapi tentunya itu hanyalah keinginan fiktif dari batinnya.

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

pmbngkus mkanan? kirain kaos kaki..biasanya kaos kaki 🤭🤣

2024-03-12

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!