TA 16

Riza dengan senang hati mengalah pada Velisha yang malah menahannya pulang.

"Baiklah, aku akan duduk dulu, kau boleh melepaskan tanganku" ucap Riza.

"Tidak, aku tidak akan melepaskanmu sampai kamu benar benar duduk, nanti kamu kabur lagi" ucap Velisha dengan tersenyum.

"Hhh, Terserah lah" ucap Riza terlihat pasrah juga senang.

"Duduk yang manis dulu ya, di sini, diem" ucap Velisha perlahan melepas tangan Riza, lalu dia segera beranjak kembali untuk mengambil minum untuk Riza.

"Ini dia, minum dulu nih, aku yakin kamu pasti haus kan?" ucap Velisha langsung menyodorkan sirup buatannya di meja.

"Enggak juga tuh" ucap Riza.

"Kakak gituu,, tidak menghargai usahaku tau, aku sudah susah susah lho bikinya, enggak susah sih sebenarnya, tapi intinya aku sudah beritikad baik kan" ucap Velisha

"Iya iya, aku bohong, aku memang sangat haus" ucap Riza segera mengambil gelasnya dan meminumnya. 'glek,glek, glek' hanya dengan sekali teguk sirupnya hanya tinggal seperempatnya saja.

"Aku sudah tidak haus, apa sekarang sudah boleh pulang?" tanya Riza.

"Kenapa sih ngebet banget mau pulang, gak nyaman ya di rumah ini?" tanya Velisha

"Enggak juga sih" ucap Riza

"Ya sudah kalau enggak juga, santai dulu, temani aku ngobrol dulu gitu" ucap Velisha.

"Ini kita sudah ngobrol kan, boleh pulang gak?" tanya Riza

"Rrrrrghh, bukan gini juga ngobrolnya, memangnya ada apa sih di rumah kak Riza? pulang pulang mulu. ya sudah sana pulang" ucap Velisha kesal.

Riza tidak tau harus senang atau sedih dulu, senang karena memang dia sangat ingin selalu bersama Velisha, tapi sedih karena memang Velisha di miliki orang lain, bukan di miliki nya.

"Aku hanya bercanda, kamu lucu juga kalau marah" ucap Riza

"Baik, kalau begitu aku akan marah marah terus padamu" ucap Velisha dengan nada ketus.

"Gak gitu juga maksudnya, kebanyakan marah juga jelek kan" ucap Riza yang merasa balik di kibuli.

"Ehm ehm, Orang kalo ngobrol pasti ada pembahasannya yang jelas, tapi kalian cuma berisiknya saja, gak ngerti ayah" ucap pak Beni ikut ambil suara dari dalam kamarnya, yang pintunya terbuka.

Beni berkata seperti itu dengan sedikit senyum di bibirnya, dia hampir lupa kapan terakhir kali putrinya itu merajuk dan manja padanya. Dan Riza membuatnya mengingat masa di mana dirinya itu masih jaya dan masih bisa memenuhi semua kebutuhan keluarganya sendiri, dan dia sangat ingat sepolos itulah sifat Velisha sebelum menjadi Velisha yang mandiri, yang menjaga image, dan pekerja keras seperti sekarang.

"Iya maaf paman, tuh denger, berisik katanya kalo marah marah" ucap Riza

"Daripada sepi kan mending rame,, O ya kak, aku mau tanya serius, kak Riza tinggalnya di mana sekarang?" tanya Velisha yang memang tidak tau.

"Lumayan agak jauh dari sini, sekitar setengah jam kalo naik kendaraan, kamu tau flyover di pusat kota kan,, nah di ujung jalan itulah" ucap Riza.

"Rumahnya?"

"Bukan,, ada penjual bakpao di situ?"

"Astaga, aku serius nanya juga" ucap Velisha gregetan.

"Aku juga serius jawab, cuma kamu potong tadi, maksudku dari penjual bakpao itu ada jalan yang masuk lagi kedalamnya, teruuuus aja, nah di situ rumahnya" ucap Riza sedikit ngeles.

"Jangan bilang kalo itu rumah tukang bakpao yang tadi" ucap Velisha dengan menunjuk Riza.

"Tidak, itu rumahku, seriusan" ucap Riza

"Oh, kalo ga salah di situ tuh ada kawasan real estate gitu kan?" tanya Velisha

"Nah itu kamu tau, aku tinggal di deket sana" ucap Riza

"Emang ada perumahan lain ya di situ?, seingatku dulu cuma ada perumahan elit itu doang" ucap Velisha.

"Kamu sepertinya cukup hafal juga daerah itu" ucap Riza.

"Sedikit, soalnya dulu sempat punya teman main di daerah kompleks real estate itu, tapi itu dulu banget pas masih sekolah dasar, namanya Sesil kalau gak salah, tapi sudah lupa juga sih rumahnya" ucap Velisha.

"Sesil?" tanya Riza memastikan.

"Iya kalo gak salah, dia anak gedongan gitu" ucap Velisha

"Dia punya kakak?" tanya Riza memastikan lagi.

"Iya punya, tapi agak aneh gimana ya?, entahlah sudah sangat lama, udah ngeblur juga memorinya, kamu kenal yang namanya Sesil di sana?" tanya Velisha.

"Eng,, gak kayaknya" ucap Riza sedikit ragu.

"Oh, kirain kenal, kalau kenal mungkin saja itu Sesil yang sama, soalnya dia tinggal di sana dulu" ucap Velisha.

Beni yang duduk bersandar di atas tempat tidurnya terus memperhatikan putrinya yang terlihat bebas tanpa beban saat mengobrol dengan Riza, meski sekali kali Velisha marah pada Riza, tapi beni tau itu hanyalah gimik natural dari putrinya, Riza juga mengingatkan dia pada kakaknya Velisha yang sudah beberapa tahun silam meninggal karena suatu penyakit.

"Velisha" panggil Beni

"Eh sebentar, aku di panggil Ayah dulu, iya yah, ada apa?" Velisha segera menghampiri pintu kamar Beni.

"Ah tidak, nanti saja" ucap Beni yang ingin mengingatkan Velisha kalau dia masih memiliki hubungan dengan Zidan.

"Oh ya sudah"

Riza juga beranjak dari duduknya, "Paman aku pamit pulang sekarang, sepertinya aku hanya mengganggu istirahat anda saja di sini, maaf paman" ucap Riza

"Aaah, jangan pulang dong" ucap Velisha yang langsung berbalik pada Riza dengan wajah memelas.

"Tidak begitu Za, malah rasanya rumah ini hangat karena adanya kamu di sini, seandainya saja.....

"Hmh, Entahlah,,, ya sudah Za, hati hati di jalan" ucap Beni yang tidak ingin terlalu berharap kalau putrinya bisa menjalin hubungan serius dengan Riza.

Dia melihat putrinya sudah cukup nyaman dengan Riza, berbeda jauh jika putrinya bersama Zidan yang nampak selalu tertekan, tapi urusan hutang piutang yang membelitnya dengan keluarga Zidan, hanya bisa di selesaikan dengan uang yang banyak, dan tentunya itu tidak akan mudah untuknya memisahkan Velisha dari Zidan.

"Jangan merengek lagi, oke?, aku benar benar ada urusan, bukan hanya alasan, paham" ucap Riza

"Ya sudah, hati hati" ucap Velisha langsung terlihat sedih.

"Ayolah, jangan seperti itu, jelek tau" ucap Riza

"Aku memang jelek, kenapa emang?" ucap Velisha masih dengan cemberut.

"Gini aja, kamu mau apa?, nanti kalau aku sempat bisa sekalian bawakan kalau aku kemari lagi" tanya Riza.

"Aku tidak ingin apa apa darimu, sudahlah sana pergi" ucap Velisha.

"Maaf ya, jelek" ucap Riza sambil berjalan mundur ke pintu keluar.

"Kamu tuh yang jelek" ucap Velisha

"Emang,,, dadah" ucap Riza melambaikan tangan, kemudian segera berbalik pergi.

"Huuu, dasar" gerutu Velisha, dia segera menutup pintu rumahnya, lalu beranjak ke kamar sang ayah.

Tapi Velisha sedikit terkejut saat mendapati ayahnya yang tengah menitikan Air mata dan menatap nanar ke arahnya.

"Ayah?, ada apa?, apa kamu sakit lagi?, aku akan pangilkan dokter klinik lagi, tunggu sebentar" ucap Velisha segera mengeluarkan ponselnya.

"Tidak nak, Ayah tidak butuh dokter, kemarilah, ayah hanya ingin memelukmu sebentar" ucap Beni

Velisha segera mengurungkan niatnya untuk menghubungi dokter, dan segera menghampiri sang ayah.

Beni juga segera memeluk putrinya itu.

"Ada apa yah?, tolong cerita" ucap Velisha yang juga merasa sakit melihat tetesan air dari mata ayahnya itu.

"Maafkan ayah nak, ayah hanya bisa menyusahkan mu saja" ucap Beni.

"Tidak yah, ayah tidak pernah menyusahkanku, aku baik baik saja selama ini" ucap Velisha yang juga ikut menetes kan air matanya.

Beni tidak mampu untuk mengatakan semua yang ada di benaknya sekarang, dan hanya mendekap erat putri semata wayangnya itu.

Velisha juga tidak tau pikiran apa yang tengah merundung hati ayahnya sekarang, tapi dia cukup tau kalau itu mungkin sesuatu yang teramat berat, yang mungkin hanya ingin di pendam ayahnya sendirian.

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Apa org itu Riza? next thor..💪💪

2024-03-28

1

Mey Sinaga

Mey Sinaga

bagus..👍

2024-03-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!