T A 2

Velisha berteriak cukup keras, lalu tubuhnya terhuyung ke arah depan, dan itu jelas bukan di sebabkan oleh sepeda motor yang menabrak dirinya, melainkan daya dorongan tangan dari arah belakangnya.

'Bruuukk' 'Prak' suara nyaring terdengar cukup renyah dari arah belakang Velisha.

Velisha yang hanya oleng dan dengan mudah menjaga keseimbangan tubuhnya, hingga masih bisa berdiri.

"Astaga, aku tidak tertabrak kan?" gumam Velisha yang sedikit syok sambil mengatur nafasnya.

Diapun segera berbalik ke arah belakangnya, dan nampak lah dua orang pria yang kini terkapar di jalanan itu dengan jarak yang tidak terlalu jauh.

Pria pengendara motor yang juga terjatuh itu segera bangkit dan mengangkat motornya, lalu kemudian mengendarainya lagi dengan tergesa gesa. karena dia tau kesalahanya yang berkendara di malam hari tanpa adanya penerangan yang memadai dari sepeda motornya.

"Hey, tunggu dulu, apa kau tidak tau caranya untuk minta maaf?" teriak Velisha kepada pengendara motor yang malah langsung kabur itu.

Merasa teriakannya percuma saja, Velisha segera menghampiri salah seorang pria yang masih tergeletak di jalanan itu.

"Tuan, apa kau tidak papa?" tanya Velisha ingin memastikan.

Tapi tidak ada jawaban sama sekali dari orang yang di maksud.

Velisha mencoba menggoyangkan badan pria yang tertelungkup di tengah jalan itu, dan sedikit memperhatikan pakaian lusuh yang di kenakanya sedikit familiar.

Velisha pun sadar kalau orang yang terkapar itu tidak lain adalah Riza yang sebelumnya dia suruh untuk berteduh dari hujan, dia sedikit bingung sejenak tapi segera membuat kesimpulan di benaknya.

"Astaga, kamu??, apa kamu yang mendorongku tadi?, ya tuhan, kamu tidak papa kan?" tanya Velisha langsung membalik tubuh Riza untuk memastikan keadaanya.

"Hey, jawablah, apa kamu tidak papa?" Velisha kembali mengulang pertanyaannya.

Namun Riza yang kehilangan kesadaran akibat terbentur ke badan jalan tidak merespon Velisha sama sekali.

"Ah, darah?, kamu berdarah?, ya tuhan bagaiamana ini?, hey, sadarlah, aku mohon" ucap Velisha yang seketika panik saat melihat ada bercak merah di jalan yang keluar dari pelipis Riza.

"Toloooooong,!!!" Dengan kepanikan yang memuncak karena khawatir akan keselamatan Riza, Velisa segera berteriak untuk mendapat bantuan dari orang-orang di sekitarnya.

Tidak lama beberapa orang menghampiri mereka dan membawa Riza ke klinik terdekat...

...***...

Di dalam klinik, Riza langsung mendapatkan pertolongan pertama, lalu terbaring lemas di brangkar klinik dengan kepalanya yang di perban.

.

.

Beberapa waktu kemudian, barulah Riza perlahan mendapatkan kesadaran nya kembali.

Dia merasa kepalanya sangat pusing dan berat, tanganya juga reflek menyentuh kepalanya.

"E, Aww, sakit" lirih Riza

"Kamu sudah sadar?, syukurlah" ucap Velisha yang langsung berdiri dari duduknya, karena memang dia menunggu Riza siuman sedari satu jam sebelumnya.

"Aku di mana?" Tanya Riza yang masih mengumpulkan sedikit demi sedikit kesadarannya.

"Kamu di klinik, tadi kamu tertabrak motor di jalan, jadi kepalamu terluka tadi, tapi tenang saja, sekarang kamu sudah di obati oleh dokter " ucap Velisha mencoba menenangkan.

"Oh, kakak cantik, tidak papa kan?" tanya Riza terpatah patah, dan sudah mulai mengingat.

"Aku baik baik saja, itu berkat kamu kan?, jadi terima kasih" ucap Velisha.

"Sama Sama" ucap Riza masih dengan terpatah.

"Veli !!" seseorang yang baru saja datang tiba-tiba masuk ke ruangan dan mendekat ke arah mereka.

Velisha langsung menoleh ke arah pria yang baru memasuki ruangan itu .

"Kamu tidak papa kan sayang?" tanya pria yang baru datang itu langsung memegang bahu Velisha dan memperhatikan kesetiap jengkal tubuhnya untuk memastikan Velisha baik baik saja.

"Tidak, aku tidak papa, kenapa kamu kesini?" tanya Velisha.

"Ya aku khawatir lah, aku fikir kamu kenapa kenapa di klinik ini kan" ucap Zidan

"Ya tadi memang aku hampir saja tertabrak motor di jalan, tapi malah temanku yang kena" ucap Velisha

Zidan langsung memperhatikan Riza di brangkar yang juga sedang memperhatikan ke arahnya.

"Temanmu?, temanmu yang mana?, aku tidak mengenalnya" ucap Zidan dengan sedikit mengerutkan dahinya.

"Sebenarnya bukan teman sih, tapi pelanggan di stand jualanku" ucap Velisha

"Oh, ya sudah, dia sudah di obati kan?, aku antar kamu pulang sekarang" ucap Zidan

"Tunggu sebentar lagi, dia kan seperti ini karena aku, tidak enak jika meninggalkan dia sendiri di sini" ucap Velisha.

"Terus?, dia hanya pelanggan kan?, apa harus sepeduli itu?" tanya Zidan.

"Ya tapikan... ya baiklah, kita pulang sekarang" ucap Velisha yang tidak enak juga jika harus berdebat dengan Zidan di depan orang sakit.

"Baiklah, kita pulang" ucap Zidan dengan melirik sinis pada Riza.

Velisha pun sejenak menatap Ke Arah Riza, lalu dengan berat hati mengikuti dorongan tangan Zidan di bahunya untuk pergi dari sana.

Riza hanya bisa tersenyum ke arah perginya Velisha, dan dia juga merasa keadaannya tidak terlalu buruk, jadi tidak masalah jika dia beristirahat sendirian di sana, tanpa harus ada yang menunggu, terlebih dia juga sudah terbiasa dengan kesendirian.

...***...

Keesokan paginya, Riza memaksakan diri untuk melangkah pergi dari klinik, tanpa ada yang berusaha mencegahnya, karena memang tidak ada petugas klinik yang jaga samapai pagi, juga biaya pengobatan sudah di tanggung oleh Velisha.

Riza dengan sedikit terhuyung kembali ke stand Velisha yang jaraknya memang tidak jauh dari sana, dia hanya di pandu oleh instingnya saja, lalu duduk bersandar ke didinding stand Velisha, dan hanya berdiam diri di sana.

Tidak lama, Velisha datang dengan ekspresi yang kebingungan melihat Riza malah kembali ke stand jualannya yang belum dia buka.

"Ya tuhan, kau di sini rupanya, aku mencari mu ke klinik, kenapa kamu malah di sini?, kamu masih sakit kan?" gerutu Velisha

"Tidak, aku baik" ucap Riza polos

Velisha langsung menggelengkan kepala nya, mau heran tapi dia berhadapan dengan orang yang tidak normal.

"O ya, aku bawakan sarapan untukmu, kamu makanlah" ucap Velisha memberikan kantong makanan yang dia bawa.

"Apa itu sosis?" tanya Riza.

"Bukan, ini bubur" ucap Velisha

"Oh, aku mau sosis" ucap Riza sembari menunjuk stand Velisha.

"Kebetulan, persediaan sosisnya sudah habis, aku belum membeli persediaan lagi, kamu makan bubur saja dulu ya, aku juga ada kuliah pagi hari ini, paling nanti sore baru ada sosisnya lagi" ucap velisha

"Oh, baiklah" ucap Riza tidak menolak,

"Anak baik, sepertinya kamu penurut juga" ucap Velisha sedikit memuji.

Riza hanya mengangguk pelan.

"Ya sudah, aku harus berangkat kuliah dulu, habiskan makanannya ya" ucap Velisha.

"Umhh" ucap Riza

Velisha pun segera beranjak, dan juga melakukan hal sama pada beberapa anak yatim di sekitar jalanan itu, yaitu berbagi makanan.

Velisha memang memiliki kepedulian tinggi terhadap orang orang di sekitarnya, meskipun keadaan Finansialnya juga sulit.

Riza hanya memandanginya dengan kagum, karena selain memiliki paras yang cantik, Velisha juga sangat baik hati.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!