TA 12

Velisha kembali ke ruangan sang ayah yang baru beberapa waktu lalu terlepas dari masa kritisnya, dengan Riza yang berada di sampingnya.

"Dokter bilang ruangan ini lagi ada promo, dan biayanya sangat terjangkau, jadi Ayah tidak perlu khawatir memikirkan soal biaya nya,, ya" ucap Velisha.

"Kamu pikir ayah ini bocah?, tidak ada dalam sejarahnya rumah sakit mengadakan promo" ucap Beni yang jelas tidak percaya.

"Intinya ayah tidak perlu khawatirkan soal pembayarannya, ayah hanya harus memikirkan kesembuhan ayah, itu saja" ucap Velisha yang memang merasa bualannya terlalu aneh.

"Siapa dia?" meski dengan suara parau yang lemah, Beni tetap mengajak putrinya itu untuk mengobrol,

"Oh iya, ini Riza yah, dia temanku" ucap Velisha memperkenalkan pria yang di sampingnya.

Tapi insting Beni merasa ada kedekatan yang tidak biasa antara putrinya dan pemuda di sampingnya itu.

"Bukankah kau masih punya hubungan dengan Zidan?" tanya Beni yang sedikit over thinking dengan putrinya.

"Ayah, dia ini hanya temanku,, namanya Riza, dia sudah banyak membantuku" ucap Velisha.

"Ayah tidak suka kalau cara bergaulmu seperti itu nak" ucap Beni.

Velisha langsung menghela nafasnya dalam dalam. "Baiklah, jadi apa mau ayah sekarang?" ucap Velisha yang tidak ingin berdebat.

"Suruh dia pulang saja" ucap Beni.

Velisha langsung melirik Riza dengan ragu.

"Maaf Riz, sepertinya ayahku tidak ingin kamu di sini, tidak apa kan?" ucap Velisha merasa tidak enak hati.

"Baiklah, tidak apa apa" ucap Riza, yang juga tidak merasa tersinggung, dan segera beranjak untuk ke luar dari ruangan itu.

"Ayah terlalu berlebihan, Riza itu teman baiku seperti halnya Hana dan Raya" ucap Velisha dengan lembut.

Riza terdiam sejenak di ambang pintu sebelum dia benar benar keluar, dan ingin menyimak obrolan putri dan ayahnya itu.

"Intinya ayah tidak ingin jika kamu sampai mempermainkan perasaan orang lain,, kalau kamu dekat dengan Zidan, ada baiknya kamu menjaga perasaannya, karena belum tentu dia bisa beranggapan seperti yang kamu pikirkan" ucap Beni

"Iya iya, aku tau Yah, ayah tidak perlu khawatir. Oh ya, aku perlu beli sesuatu dulu ke bawah, aku tinggal lagi sebentar yah" ucap Velisha

"Iya" ucap Beni.

Entah karena kesal atau tidak suka saat ayahnya membela Zidan, Velisha jadi sedikit kehilangan mood. Dan memilih untuk menghindari percakapan itu daripada harus berdebat, meskipun sebenarnya dia ingin ayahnya tau kelakuan Zidan di luar itu seperti apa, tapi jelas itu bukan tempat yang cocok untuk membicarakan hal itu.

Velisha segera pergi dari ruangan dan melewati Riza yang masih berdiri di depan pintu begitu saja.

Riza tau kalau Velisha bukan kesal padanya, melainkan hanya kesal karena tidak bisa mengungkapkan unek uneknya pada sang ayah.

Dan Riza tidak berniat mengikuti Velisha yang pergi, dia malah kembali masuk dan menghampiri ayah Velisha.

"Paman, saya hanya ingin sedikit meluruskan, kalau boleh saya akui, paman sudah sukses mebesarkan putri paman itu, Velisha gadis yang cantik, dan tidak hanya itu, dia juga gadis yang sangat kuat, baik, penyayang, peduli terhadap sesama, dan sangat menghargai perasaan orang lain, intinya semua hal baik melekat padanya, dan saya yakin itu adalah didikan dari paman".

"Jadi jika di bilang kagum, jujur saya sangat mengagumi semua hal dari putri anda, tapi saya juga masih tau batasan, saya tentu tidak ingin bunga indah yang paman mekar kan dengan susah payah itu gugur hanya karena ganguan kecil" ucap Riza

"Hmhh, sepertinya kamu anak yang baik, duduklah, temani paman mengobrol sedikit" ucap Beni.

"Tentu saja," ucap Riza langsung duduk di kursi tunggu.

Riza sebenarnya tidak ada niatan ingin di terima oleh Beni, dia hanya bermaksud membela Velisha di hadapannya, jadi Riza menganggap hal itu sebagai bonus.

Tidak berselang lama, Velisha kembali masuk ke ruangan ayahnya dengan ekspresi yang tidak berubah seperti saat dia keluar.

Tapi yang tidak dia duga, dia melihat ayahnya sedang mengobrol membicarakan masa kecilnya putrinya pada Riza, tapi Velisha tidak terlalu paham arah pembicaraannya, karena dia, hanya mendengar sepenggalnya saja dan itupun tidak begitu jelas karena suara parau ayahnya.

Jadi Velisha sangat penasaran dengan topik pembicaraan ayahnya yang di selingi senyuman Riza yang terlihat akrab dan natural.

"Ada apa di sini?, bukan kah ayah menyuruh Riza pulang tadi" ucap Velisha

"Oh, Kau sudah kembali ya, tidak ada apa apa, paman hanya sedikit bercerita barusan" ucap Riza.

Velisha tertegun sejenak, karena dia baru menyadari satu hal dari Riza yang sekarang, yaitu dia bisa berbicara sangat normal, Bahkan sebelum mereka pergi ke rumah sakit, dan itu sangat berbeda dengan Riza yang dia kenal sebelumnya.

"Oh, ya sudah lanjutkan saja, aku ingin dengar apa yang kalian bicarakan" ucap Velisha.

"Tidak boleh ada dua orang yang berjaga di sini kan?, jadi aku tunggu di luar saja" ucap Riza yang segera beranjak dari duduknya dan memberikan kursinya pada Velisha, lalu segera beranjak ke luar.

Velisha hanya menatap kosong pada punggung Riza yang perlahan hilang di balik pintu, jujur Velisha sangat di buat penasaran oleh Riza.

Setelah beberapa saat, Velisha keluar ruangan lagi untuk mencari Riza, tapi sayangnya dia tidak melihatnya lagi di antara orang yang duduk di kursi tunggu.

"Apa dia sudah pergi?, ya sudahlah, dia perlu istirahat kan, ini juga sudah larut, sebaiknya aku juga beristirahat" ucap Velisha kembali masuk ke ruang inap ayahnya.

...***...

Sementara itu, Riza terlihat baru saja tiba di halaman sebuah mansion megah yang tidak lain adalah kediaman Adiatama.

Riza turun dari motornya dan segera memasuki Rumah megah itu.

"Kek, aku pulang" ucap Riza yang melihat kakeknya ada di ruangan tengah untuk menunggunya pulang

"Dari mana saja?, kenapa baru pulang selarut ini?, apa kamu kesulitan pergi dari gadis itu?" tanya sang Kakek yang tentunya tau apa yang di lakukan cucunya selama dia di luar.

"Sial, pasti pengawalmu melaporkan semuanya kan?" ucap Riza langsung duduk di sofa di samping kursi roda kakeknya.

"Kalau tidak begitu kakek akan menghawatirkan mu" ucap Adiatama.

"Ya begitulah kek, gadis itu tidak membiarkanku pergi dengan mudah" ucap Riza.

"Tapi kau senang kan, hm?" tanya sang kakek.

"Ya, mungkin" ucap Riza dengan tersenyum simpul.

"O yah, kakek ingin dengar apa pendapatmu soal pembicaraan kita sebelumnya" tanya Adiatama.

"Maksudmu soal warisan ayah?" tanya Riza.

"Ya, kapan kau akan menggugatnya?" tanya sang kakek.

"Entahlah, aku masih betah ada di zona nyaman ini, aku pikir, aku harus mematangkan dulu niatku, karena sepertinya menyelesaikan hal itu akan sedikit rumit dan menyita waktu" ucap Riza

"Ya, itulah alasan kakek tidak bisa menyelesaikannya hanya dengan mengandalkan pengacara kakek saja, kakek sebenarnya tidak terlalu berambisi untuk mengambil harta warisan ayahmu, karena kakek juga tidak kekurangan uang, hanya saja kakek tidak suka jika hasil kerja keras ayahmu selama dia hidup, itu di nikmati oleh orang orang yang memperlakukan cucuku dengan sangat buruk " ucap Adiatama

"Aku mengerti kek, aku merasa sangat beruntung masih memiliki kakek sepertimu" ucap Riza.

...~•~...

Bersambung....

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

lanjut thor...💪💪

2024-03-18

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!