TA 18

Riza tidak hanya membawa pulang surat surat berharga dari rumah mendiang ayahnya itu, Yunda dan Sesil juga dia bawa ke rumah megah kakeknya itu.

Riza menggandeng sang adik untuk memasuki kediaman kakeknya, dengan sangat hati hati dan penuh kesabaran, karena adiknya sangat lambat saat berjalan.

"Rumah kakek?" tanya Sesil

"Iya, ini rumah kakek" jawab Riza

Riza merasa tidak ada yang mengikutinya di bekakang, jadi dia menoleh, dia melihat keraguan di wajah Yunda yang hanya berdiam berdiri di depan pintu masuk.

"Masuklah Yunda, kau tidak perlu khawatir, aku mempercayaimu, aku bisa pastikan kalau kau akan aman di sini" ucap Riza.

"I iya tuan muda, terimakasih banyak" ucap Yunda yang segera melangkah masuk dengan sungkan.

Riza membawa Sesil ke salah satu kamar untuk memandikan sang adik yang kumuh itu demgan air hangat, membantunya membilas rambutnya yang sudah mengembang, lalu mengganti semua pakaian Sesil yang kotor dan berbau menyengat itu dengan yang baru dan wangi.

Setelahnya, Riza mengajak sang adik ke meja makan, Riza menduga kalau sang adik jarang sekali di beri makan saat dia di sekap.

Sesil bertepuk tangan ketika melihat pelayan rumah menyajikan satu persatu makanan ke meja makan, hingga meja yang berukuran cukup besar itu hampir di penuhi oleh berbagai jenis makanan.

"Wah, banyak makan, aku makan, aku ini" ucap Sesil girang dengan menunjuk ayam panggang.

"Makanlah yang banyak, supaya kamu kuat, setelah ini kakak akan mebawamu ke pusat rehabilitasi seperti kakak, kuharap kau akan segera kembali normal" ucap Riza,

"Yeay, ayam goreng enak" triak Sesil sambil memadukan makanan ke mulutnya.

...***...

Sementara di sisi lain, Redrik yang dapat laporan dari Audrey soal kedatangan Riza ke rumahnya langsung segera pulang, langsung marah besar karena kamarnya sudah di obrak abrik oleh Riza.

Pria paruh baya bergaya perlente itu membariskan semua penjaga rumah itu di depan pintu yang dia claim sebagai ruangan pribadinya.

"Bodoh, bodoh, bodoh kalian semua, kenapa membiarkan orang gila itu masuk ke ruangan ku hah?, gobl*k kalian semua, apa kerja kalian, hah?" erang Redrik dengan menoyor satu persatu kepala penjaga rumahnya.

"Sudahlah bang, tidak perlu marah marah" ucap Retno istrinya.

"Kamu juga, gobl*ok, kenapa melahirkan anak gila semuanya, lihatlah kamar ini, sangat berantakan, apa saja yang di lakukan anak gila itu di kamarku?" ucap Redrik yang belum tau lebih jauh apa yang di lakukan Riza.

Dia pun segera memeriksa keadaaan kamar itu satu persatu,

"Sialan, habis semuanya, habis semua, lihatlah kelakuan anakmu itu Retno, dia sudah mencuri semua surat surat berhargaku, ini semua salahmu karena sudah melahirkan orang gila seperti dia" ucap Redrik yang merasa benar benar marah.

"Tapi dia juga punya hak di rumah ini bang" ucap Retno.

"Diam kamu, anak gila macam dia hanya Aib di rumah ini, kau benar benar wanita pembawa sial, keturunanmu pembawa sial semunya Retno" Redrik yang frustasi terus menjadikan Retno sebagai sasaran pelampiasannya.

"Dia juga membawa pergi Yunda dan Sesil pah, Sepertinya Riza sudah sembuh dari gilanya pah," ucap Audrey.

"Apa?, tidak mungkin dia bisa sembuh, kalaupun dia sembuh kenapa dia tidak datang secara baik baik, juga di mana dia tinggal sekarang?, paling di kolong jembatan?, aku harus segera mencari dia sampai ketemu" ucap Redrik.

Retno menangis karena di marahi habis habisan oleh Redrik, tapi di sisi lain dia merasa lega mendengar Sesil di bawa oleh Riza, yang kemungkinan besar putranya sudah menjadi manusia yang normal, dan bisa mengambil keputusan yang benar.

.

.

.

Sementara itu di kediaman Adiatama.

Riza kini sedang duduk berhadapan dengan Yunda di ruang tengah rumah itu.

"Ceritakan apa yang kamu tau, semuanya!!" ucap Riza.

"Baik tuan, Semenjak Nyonya menikah dengan Redrik, dia sering menyuruh putrinya utuk memasukan serbuk obat ke makanan yang tuan muda dan nona sering makan, Saya sempat memergoki Nona Audrey saat berbuat itu, tapi mereka bilang itu hanya penambah suplemen untuk makanan, katanya itu sangat bagus untuk kalian, dan tanpa curiga saya juga menyuruh pelayan lain memberikannya pada tuam muda, , maaf" ucap Yunda.

"Kenapa selama ini aku sebodoh itu?, kenapa aku tidak sadar kalau yang kumakan semuanya di campuri obat Gila itu" gumam Riza.

"Maaf tuan, saya benar benar tidak tau, saya sangat bodoh" ucap Yunda

"Tidak apa, itu bukan salahmu, tapi kenapa Ibu tidak pernah membela ku atau Sesil, kenapa dia tidak mengirim kita ke pusat rehabilitasi saat jiwa kita terganggu?" tanya Riza.

"Mungkin Itu karena tuan Redrik melarangnya, dia sangat tempramental, dan sifatnya yang ingin berkuasa di rumah saat tuan muda sakit, itu membuat Nyonya merasa takut kepadanya, dan yang lebih parahnya, nyonya di paksa tunduk dan patuh padanya, bahkan di perlakukan layaknya pembantu di rumahnya sendiri setelah tuan muda kehilangan kewarasan" ucap Yunda.

"Dari Awal aku memang tidak setuju jika ibu menikah lagi, meskipun Redrik itu sahabat dari ayah, tapi memang, si biadab itu terkesan sangat baik di hadapanku , benar benar pemain sandiwara yang handal" ucap Riza.

"Ya, semua orang di rumah juga sama sekali tidak menyangka kalau akhirnya akan seperti ini tuan, kami juga benar benar di bungkam dari dunia luar, jadi saya merasa sangat bersalah karena tidak bisa berbuat apa apa untuk membela nyonya " ucap Yunda.

"Itu bukan tugasmu, tapi tugasku, hanya saja aku perlu bantuan darimu untuk mengumpulkan bukti bukti, dan juga saksi, jika nanti aku menyeretnya ke penjara" ucap Riza.

"Saya sangat bersedia Tuan, terimakasih atas kepercayaan Anda" ucap Yunda

"Ya, tentu saja" ucap Riza.

Sore harinya, Riza segera mengantar Sesil ke tempat rehabilitasi yang pernah dia huni sebelumnya, karena menurutnya lebih cepat lebih baik.

"Sesil, maafkan kakak ya, kakak harus menitipkan mu di sini untuk sementara waktu, Kakak sebenarnya tidak mau, tapi kaka hanya bisa melakukan ini untuk kesembuhanmu" ucap Riza pada adiknya yang acuh tak acuh padanya.

"Kakak pulang ya, baik baik kamu di sini" ucap Riza

"Kemana?" tanya Sesil, saat melihat Riza beranjak.

"Tidak kemana mana, kaka hanya keluar sebentar" ucap Riza.

"Ikut"

"Tidak, kamu di sini dulu ya, anak baik" ucap Riza.

"Umhh" Sesil pun sedikit mengangguk.

Dengan berat hati Riza meninggalkan Sesil di Asrama rehabilitasi itu,

Riza mengintip dari luar saat Sesil di bawa ke kamar pasien khusus oleh petugasnya.

"Aku ingin dua orang dari kalian menjaga adiku di sini" ucap Riza pada pengawalnya.

"Saya siap melaksanakan" ucap salah seorang dari pengawal.

"Pastikan Adiku baik baik saja selama dia berada di sini" ucap Riza.

"Siap tuan"

Riza dan pengawal lainya pun segera meninggalkan tempat itu, dan hanya menyisakan dua pengawal untuk menjaga Sesil di sana.

...~•~...

Bersambung.....

Terpopuler

Comments

Lee

Lee

Retno jg dpat tekanan dri Redrik, kmungkinan itu yg bkin retno gk bsa lepas bgtu saja dri Redrik

2024-03-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!